OPTIMALISASI KETERAMPILAN MEMBUAT SAMBUNGAN LAS POSISI
BAWAH TANGAN DENGAN LAS BUSUR LISTRIK MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL
TEACHING LEARNING) PADA SISWA
KELAS XI M 3 SMK MAN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN
2012/2013
ABSTRAK
OPTIMALISASI KETERAMPILAN MEMBUAT SAMBUNGAN LAS
POSISI BAWAH TANGAN DENGAN LAS BUSUR
LISTRIK
MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL
TEACHING LEARNING)
PADA
SISWA KELAS XI M 3 SEMESTER 4
SMK MAN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
Pramono, S.Pd.
MAN Karanganyar
Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran muatan
lokal las busur listrik yang melibatkan siswa secara aktif dan meningkatkan
keterampilan siswa dalam membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las
busur listrik melalui pendekatan CTL (Contekstual
Teaching Learning). Yang dihadapi guru adalah siswa adalah
kemampuan teknik mengelas pada kegiatan belajar mengajar mata pelajaran mulok
las busur listrik, terutama materi membuat sambungan las posisi bawah tangan masih perlu diperbaiki.
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelas XI M3 SMK MAN Karanganyar. Kegiatan dilakukan
sebanyak tiga siklus tindakan. Pola umum prosedure pada
setiap tindakan adalah : (1) perencanaan
(2) pelaksanaan, (3) observasi
(4) refleksi hasil penelitian, tindakan menunjukkan : (1) terjadi
peningkatan kemampuan teknik mengelas
siswa dalam membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur
listrik (2) keterampilan siswa dalam praktik las listrik mengalami peningkatan
sebesar 35 % dari nilai siklus I , dan
meningkat sebesar 68 % pada siklus II, keterampilan membuat sambungan las
posisi bawah tangan dengan las busur listrik siswa mengalami peningkatan dari nilai rata-rata
siklus 1 sebesar 73 , dan meningkat sebesar 78 pada siklus kedua. (3)
Penuntasan belajar siswa meningkat 68 %
pada siklus II menjadi 100 % pada siklus III.
Kata kunci: Optimalisasi keterampilan membuat sambungan las posisi bawah
tangan, Pendekatan CTL (Contekstual Teaching Learning).
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Tujuan utama
Sekolah Menengah Kejuruan adalah
memberikan bekal pemahaman
dan keterampilan untuk mempersiapkan lulusannya
terjun ke lapangan
pekerjaan. Berbagai upaya
secara khusus telah dilaksanakan
seperti perbaikan kurikulum yang terus menerus berkembang. Karena pada
hakekatnya sekolah kejuruan berorientasi pada dunia kerja, meliputi kemampuan pemahaman
akan teori dan
keterampilan praktek, maka kualitas lulusannya adalah tolak
ukur untuk memenuhi
tuntutan lapangan pekerjaan.
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan jurusan
Teknik Pemesinan perlu dibekali dengan keterampilan las busur listrik guna
mendukung kemampuan terjun di dunia kerja utamanya jenis pekerjaan yang banyak
terkait dengan pekerjaan konstruksi logam. Dalam kurikulum KTSP 2006 keterampilan
las dapat dimasukkan dalam mata pelajaran muatan lokal.
Belajar membuat sambungan las busur
listrik pada hakekatnya adalah belajar membuat produk konstruksi logam. Dari
konsep tersebut maka keterampilan membuat sambungan las busur listrik merupakan
suatu hal yang sangat penting baik waktu sekarang maupun waktu yang akan
datang. Mereka yang mahir membuat sambungan las busur listrik dengan mudah akan
dapat membuat produk konstruksi logam yang memerlukan banyak sambungan logam . Betapapun
cemerlang teori-teori dan ide-ide disain produk konstruksi logam yang
dimunculkannya namun bila tidak memiliki kemampuan membuat sambungan las busur
listrik yang baik maka akan sukar untuk mampu mengembangkan karya nyatanya bagi
orang lain.
Kenyataan yang ada banyak siswa kurang
memahami langkah-langkah dalam membuat sambungan las busur listrik, teknik membuat
sambungan las mereka kurang tepat, hasil tidak rapi, tidak mandiri dalam
praktek, dan tidak kreatif. Hal ini terjadi karena siswa tidak memperhatikan
pentingnya lembar persiapan kerja sebelum melaksanakan kegiatan praktik,
sehingga dalam melaksanakan praktik tidak sesuai prosedur langkah-langkah kerja
yang benar. Kenyataan seperti ini banyak dialami siswa kelas XI M2 SMK MAN
Karanganyar semester 4 tahun pelajaran 2012/2013, saat mereka melaksanakan
praktek mata pelajaran muatan lokal membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan
las busur listrik.
Rendahnya pemahaman langkah-langkah
dalam teknik membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik
yang dikuasai siswa tersebut perlu diperbaiki. Melalui upaya yang dilakukan
guru/instruktur diharapkan kemampuan teknik membuat sambungan las siswa dapat
meningkat terutama pada praktek las busur listrik posisi bawah tangan. Untuk
itu diperlukan strategi pembelajaran yang mampu memberdayakan dan mendorong
siswa untuk mengkonstruksikan ajaran dibenak mereka sendiri. Strategi tersebut
adalah strategi pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching Learning).
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah melalui pendekatan CTL (Contextual
Teaching Learning) dapat meningkatkan keterampilan siswa membuat sambungan
las posisi bawah tangan dengan las busur listrik?
2.
Bagaimana penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning)
di kelas dalam mata pelajaran Mulok Las Busur Listrik pada materi membuat
sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik?
3. Sejauh manakah pendekatan
pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa?
C. Cara Pemecahan Masalah
Bahan yang
dipelajari dalam muatan lokal las busur listrik terdiri dari
program diklat teori dan
praktek, penguasaan teori pengelasan
merupakan salah satu
pendukung keberhasilan dalam pelaksanaan praktek
kerja pengelasan dan
hasil praktek pengelasan.
Dalam proses belajar teknik pengelasan, siswa terlebih dahulu
mempelajari teori yang berkaitan dengan pekerjaan pengelasan itu sendiri
kemudian dituangkan dalam membuat lembar persiapan kerja (Work Preparation
Sheet). Kegiatan praktek merupakan tindak lanjut guna mengetahui sejauh mana
tingkat keterampilan siswa dalam penguasaan teori pengelasan tersebut. Hasil belajar
dalam hal ini adalah kemampuan teknik mengelas dan keterampilan membuat
sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik.
Pembelajaran dengan
pendekatan berbasis CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
membuat hubungan antara pengetahuan ynag dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian analisis
permasalahan diatas jelas terlihat bahwa pendekatan CTL (Contextual Teaching
Learning) yang lebih banyak mengajak siswa mengalami dan mempraktekkan
sendiri teknik membuat sambungan las
yang diterapkan di kelas dan bengkel akan dapat memecahkan masalah
kemampuan teknik mengelas dan keterampilan membuat sambungan las posisi bawah
tangan dengan las busur listrik.
D.
Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan
Umum
Untuk meningkatkan keterampilan membuat sambungan las
posisi bawah tangan dengan las busur listrik siswa kelas XI M3 SMK MAN
Karanganyar.
2.
Tujuan
Khusus
Untuk meningkatkan kemampuan membuat sambungan las
posisi bawah tangan dengan las busur listrik dari siswa melalui pendekatan CTL
pada siswa kelas XI M3 semester 4 SMK MAN Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013.
- Kemanfaatan Hasil Penelitian
1.
Manfaat
Teoritis
Membantu siswa dalam
mengoptimalkan kemampuan membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las
busur listrik sehingga diharapkan siswa dapat membuat konstruksi sambungan logam
dengan sambungan las listrik sesuai langkah dan teknik yang benar.
2.
Manfaat
Praktis
a.
Bagi siswa
Siswa dapat membuat sambungan
las posisi bawah tangan dengan las busur listrik dengan lancar dan mampu mengekspresikan
perasaan, pikiran, ide-ide dan keterampilannya dalam pembuatan konstruksi logam
dengan sambungan las busur listrik.
b.
Bagi guru
Meningkatkan profesionalisme guru khususnya dalam karya
ilmiah dan penerapan strategi pembelajaran aktif.
c.
Manfaat
bagi sekolah
Meningkatkan sumber daya siswa khususnya kemampuan keterampilan
mengelas dengan las listrik dan tentunya
juga akan berdampak pada prestasi sekolah

KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian
Teori
1.
Pengertian
Keterampilan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah
tangan.
Peranan
membuat sambungan las dalam pembuatan konstruksi
logam merupakan suatu hal yang sangat penting. Mereka yang mahir membuat sambungan
las dapat membuat karya konstruksi logam untuk kebutuhan diri sendiri maupun
orang lain. Dari hal diatas jelas kiranya bahwa keterampilan membuat sambungan
las perlu dimiliki dan dioptimalkan bagi setiap orang terutama yang bergerak
dibidang produksi konstruksi logam. Terkait dari penjelasan diatas ada beberapa
teori tentang ketrampilan membuat sambungan las listrik yang dapat dijadikan
acuan,yaitu :
a.
Las busur
listrik adalah suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga
listrik sebagai sumber panas dan elektroda sebagai bahan tambah. Las busur
listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala
busur listrik yang diarahkan kepermukaan logam yang akan disambung. Pada bagian
yang terkena busur listrik tersebut akan mencair pada ujungnya dan merambat
terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan sebagaian benda yang akan
disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang disambung, kemudian
membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut. (http://teknikmes.blogspot.com)
b.
Membuat sambungan
las dengan las busur listrik adalah suatu proses penyambungan logam yang
mencair dan berpadu akibat panas yang ditimbulkan oleh busur antara dua kutub.
Satu kutup dihubungkan dengan benda kerja dan kutub yang lain dihubungkan
dengan elektroda (Syaiful Faizin, 2000 :3)
c.
Membuat sambungan
las dengan las listrik adalah kemampuan untuk membuat sambungan pada suatu
konstruksi, sambungan harus baik dan
teknik membuat sambungan las dengan las listrik harus sesuai dengan standar kekuatan
konstruksi yang dibuat (Alip : 1989 dalam Fenoria Putri : 2009)
d.
Membuat sambungan
las dengan las listrik adalah suatu proses yang harus dilakukan sebelum membuat
konstruksi dengan cara- cara yang tepat untuk menghasilkan suatu konstruksi
yang rapi dan sempurna sesuai dengan gambar kerja.
e.
Lembar
persiapan kerja ( Work Preparation Sheet) adalah lembaran yang berisi
langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh peserta didik sebagai pedoman dalam
melakukan praktek memnbuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busr
listrik agar langkah kerja sesuai dengan prosedur. Lembar persiapan kerja
biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu yang
diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan
dicapainya.(Depdiknas: 2004:18). Trianto (2008 : 148) mendefinisikan bahwa
lembar persiapan kerja adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan
kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah.
f.
Ketrampilan
membuat sambungan las dengan las listrik hanya dapat diperoleh dan dikuasai
dengan jalan praktek dan banyak latihan.
2.
Dari
beberapa konsep tentang membuat sambungan las dengan las listrik dapat
disimpulkan bahwa tujuan yang akan dicapai dalam ketrampilan membuat sambungan
las dengan las listrik adalah untuk mendapatkan sambungan yang sesuai dengan gambar
kerja dan kriteria sambungan las yang memenuhi standart.
3.
Pendekatan
Contextual Teaching Learning (CTL)
Pendekatan
CTL (Contectual Teaching Learning) menurut Howey (Reese, 2002 dalam idris harta, 2009 : 39) mengutip definisi
pengajaran kontekstual dari Office of
Vocational and Adult Education sebagai pengajaran yang memungkinkan
terjadinya proses pembelajaran yang didalamnya siswa memanfaatkan pemahaman dan
keterampilan akademiknya dalam konteks yang bervareasi baik dalam sekolah
maupun diluar sekolah untuk memecahkan simulasi atau masalah dunia nyata, baik
sendiri maupun secara bersama-sama.
Katz dan
Smith (2006) mendefinisikan : cotekstual
teaching and learning sebagai berikut : Contextual
teaching and learning is defined as a conception of teaching and learning that
helps teachers relate subject matter content to real World situations. Paradigma
pembelajaran kontekstual berdasarkan definisi diatas adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan
kehidupan mereka pada masyarakat. Siswa Memperoleh keterampilan dari
konteks yang terbatas sedikit demi
sedikit dan mengkonstruksikan pengetahuan yang dibutuhkannya.
Dari
pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan kontekstual dapat memberikan makna baru bagi siswa dengan
menghubungkan pengalaman kehidupan mereka dengan pengetahuan yang didapat
disekolah. Selain itu siswa juga dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperolehnya ke dalam kehidupan sehari-hari.
Masnur
Muslich (2007) dalam idris harta (2009 : 40 ) menyatakan pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.
Pembelajaran
dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada
ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau lingkungan yang
alamiah (learning in real life setting),
b.
Pembelajaran
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna
(meaningful learning),
c.
Pembelajaran
dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing),
d.
Pembelajaran
dilaksanakan melalui kerja kelompok (learning
in a group),
e.
Pembelajaran
dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerjasama (learning to ask, to inquiry, to work
together),
f.
Pembelajaran
dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).
Pendekatan
CTL mempunyai 7 komponen utama pembelajaran efektif, yaitu :
a.
Kontruktivisme
(Constructivision)
Konstuktivisme merupakan
landasan berpikir pada pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun untuk
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas, sempit dan tidak sekonyong-konyong.
Esensi dari teori ini
adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan menstranformasikan suatu informasi
kompleks kesituasi lain dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi miliki
mereka sendiri.
b.
Menemukan
(Inquiri)
Menemukan merupakn bagian
inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Karena pengetahuan dan
ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari mengingat fakta-fakta
tetapi hasil dari menemukan sendiri.
c.
Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Questioning
(bertanya) merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis CTL. Bertanya
dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa.
d.
Pemodelan
(Modeling)
Dalam suatu pembelajaran
ketrampilan/pengetahuan tentu ada model yang dapat ditiru. Model itu dapat
berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melakukan sesuatu, cara mengerjakan
sesuatu misalnya : guru memberi contoh cara menhidupkan mesin las, mengatur
arus listrik, melakukan pengelasan dengan las listrik dihadapan peserta didik,
pidato, dan sebagainya. Model tidak harus guru tetapi bisa dari siswa yang
memiliki kemampuan lebih dari yang lain.
e.
Masyarakat
Belajar (Learning Community)
Kelompok belajar (Learning
community) adalah suatu pendekatan yang mampu membawa siswa untuk siap
belajar dengan cepat dan dapat digunakan untuk melihat kemampuan siswa,
membentuk kerjasama tim.
Strategi ini juga dapat memberikan suasana tersendiri
bagi situasi belajar, karena materi tidak harus dari guru tetapi bisa dari teman-temannya
sendiri. Ini berarti mampu meminimalkan rutinitas dalam pembelajaran.
f.
Refleksi (Reflektion)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir tentang apa yang pernah dipelajari. Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian, aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima.
Dalam hal ini diharapkan siswa mampu mengendapkan pengetahuan yang diperoleh
dibenak siswa sendiri. Dan diakhir pelajaran diharapkan guru meluangkan waktu
sejenak dengan memberikan refleksi yang realisasinya berupa :
1)
Pertanyaan
langsung tentang apa-apa yang diperoleh siswa
2)
Kesan/saran
3)
Hasil
karya
g.
Penilaian
yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa dan ini berguna untuk memastikan
bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar, assessment dilakukan pada
saat kegiatan berlangsung sehingga jika guru menemukan masalah segera dapat
mengatasi/mencari jalan keluar.
B.
Kerangka
Berpikir
Ketrampilan
membuat sambungan las dengan las listrik merupakan salah satu ketrampilan teknik
mesin yang harus dimiliki siswa. Dalam penerapannya keterampilan membuat sambungan
las dengan las listrik dilakukan secara integratif dengan ketrampilan pengukuran,
membaca gambar dan pembentukan logam. Jika kita tengok tuntutan yang harus
dikuasai siswa kelas XI M3 SMK MAN Karanganyar relaksasi standar kompetensi
yang ada di silabus adalah siswa mampu menggunakan peralatan, perlengkapan
pengelasan dan keselamatan kerja serta mampu melaksanakan prosedur pengelasan
sesuai standar operasional prosedur.
Untuk
dapat memenuhi tuntutan dalam silabus maka siswa harus memiliki kemampuan membuat
sambungan las dengan las busur listrik yang optimal karena pembelajaran muatan
lokal teknik pengelasan di kelas XI M3 SMK MAN Karanganyar lebih didominasi
oleh unsur psikomotor/praktek. Ini merupakan masalah tersendiri bagi guru mulok
teknik pengelasan, juga siswa kelas XI M3 SMK MAN Karanganyar, karena kemampuan
membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan masih rendah, Kenyataan ini terlihat pada saat
anak praktek membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah
tangan masih perlu banyak bimbingan.
Agar dapat memenuhi standar kompetensi dalam silabus dibutuhkan strategi
pembelajaran yang mampu mengoptimalkan kemampuan praktek membuat sambungan las
dengan las busur listrik posisi bawah tangan
siswa. Salah satu strategi tersebut adalah pembelajaran dengan
pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning). Penulis memilih
pendekatan CTL sebagai salah satu cara mengoptimalkan kemampuan membuat sambungan
las dengan las busur listrik posisi bawah tangan siswa, karena dalam pendekatan ini siswa akan
lebih banyak dilatih bagaimana menggunakan peralatan dan perlengkapan
pengelasan yang benar, melaksanakan prosedur pengelasan, dan membuat sambungan
las sesuai standar yang telah ditentukan.
Langkah-langkah
penerapan pendekatan CTL dalam kelas sebagai berikut:
1.
Guru
mengembangkan pemikiran pada anak bahwa belajar mengelas akan lebih optimal
dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengkontruksikan sendiri atau dengan
kata lain anak mengalami sendiri sehingga akan memperoleh life skill.
2.
Mengarahkan
siswa sesering dan seoptimal mungkin kegiatan yang bersifat inkuiri khususnya
pada kegiatan praktek mengelas dengan las listrik.
3.
Guru
memotivasi siswa meningkatkan rasa ingin tahu dengan bertanya sesuatu yang
belum diketahui baik pada teman-temannya maupun pada guru.
4.
Guru
sesering mungkin memberi tugas pada siswa dengan membentuk kelompok-kelompok
kecil untuk berdiskusi sehingga terbentuk masyarakat belajar yang dinamis dan
memungkinkan adanya sharing materi antar teman.
5.
Selalu
hadirkan model dalam setiap praktek mengelas dengan las listrik baik dari guru
maupun siswa.
6.
Melakukan
refleksi setelah pembelajaran berakhir
7.
Melakukan
penilaian dengan berbagai cara untuk mengukur kemampuan siswa
Dari
uraian langkah-langkah diatas diperkirakan bahwa melalui pendekatan CTL (Contextual
Teaching Learning) akan mampu mengoptimalkan kemampuan membuat sambungan
las dengan las listrik posisi bawah tangan siswa kelas XI M3 SMK MAN
Karanganyar.
C. Hipotesis Tindakan
Masalah : Kemampuan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi
bawah tangan siswa rendah
Rumusan
Masalah : Apakah melalui pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan membuat
sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan siswa?
Judul : Optimalisasi Keterampilan Membuat sambungan
las posisi bawah tangan dengan las busur listrik melalui pendekatan CTL (Contextual
Teaching Learning) pada Siswa Kelas XI M3 SMK MAN Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013
Hipotesis : Melalui pendekatan CTL dapat meningkatkan
keterampilan membuat sambungan las dengan las busur listrik
posisi bawah tangan siswa.

METODOLOGI PENELITIAN
A.
Setting
Penelitian
- Waktu Penelitian
Penelitian
dilaksanakan pada semester 4 tahun pelajaran 2012/2013 yaitu pada bulan Maret,
April dan Mei. Pengambilan data dilakukan pada bulan tersebut karena materi
praktek Membuat sambungan las dengan las listrik posisi bawah tangan banyak
disampaikan pada semester tersebut.
- Tempat Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di SMK MAN Karanganyar dalam pembelajaran mulok teknik pengelasan
khususnya ketrampilan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi
bawah tangan semester 4 tahun pelajaran 2012/2013. Alasan penelitian di tempat
tersebut karena berkaitan dengan tempat kerja peneliti. Disamping itu kemampuan
membuat sambungan las dengan las listrik posisi bawah tangan di sekolah
tersebut rata-rata rendah.
B.
Subyek
Penelitian
Mengingat
dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti adalah guru kelas XI M3 SMK MAN
Karanganyar. Maka subyeknya adalah siswa yakni siswa kelas XI M3 SMK MAN
Karanganyar semester 4 tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri 28 siswa.
C.
Sumber
Data
Sumber
data dalam penelitian tindakan kelas ini berasal dari subyek penelitian/siswa
yang merupakan sumber data primer yaitu nilai praktek baik nilai sebelum
tindakan kelas maupun nliai sesudah tindakan kelas dilakukan.
D. Teknik dan Alat
Pengumpulan Data
- Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat
berbentuk tes dan non tes. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data dalam bentuk tes. Pengertian tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok
(Suharsimi, 2007:89)
Adapun tes yang digunakan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah performance test/tes unjuk kompetensi.
Selain bentuk tes diatas penulis juga menggunakan metode pengamatan (observe)
selama proses pembelajaran pada pelaksanaan masing-masing siklus. Data yang
penulis kumpulkan bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Kuantitatif berupa data dari hasil pertanyaan, pemberian
tugas maupun hasil tes dan hasil praktik. Sedang data kualitatif berupa
motivasi belajar siswa, proses pengerjaan, konstruksi sambungan, , cacat las,
kerapian las dan sebagainya.
- Alat Pengumpulan Data
Mengingat teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes unjuk kompetensi dan observasi maka alat pengumpulan
data yang dipergunakan berupa petunjuk/perintah dan lembar penilaian serta
lembar observasi untuk mencatat keaktifan siswa selama proses tindakan kelas
berlangsung.
E.
Validasi
Data
Validasi adalah keadaan yang
menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mengenai kemampuan apa yang
akan diukur (Suharsimi Ari Kunto, 2007:119).
- Triangulasi sumber : Data diperoleh melalui kolaborasi teman sejawat yang dipandang mampu memberikan masukan pada pelaksanan penelitian.
- Triangulasi metode : Data diperoleh melalui beberapa metode seperti : inkuiri, ceramah, tanya jawab, belajar kelompok, pemodelan, unjuk kerja dan sebagainya.
F.
Analisa
Data
Teknik analisa data dalam penelitian
tindakan kelas ini bersifat kuantitatif menggunakan analisis deskriptif kompetitif
yang membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I, nilai tes siklus
II dan nilai tes siklus III kemudian baru direfleksi.
G.
Prosedur
Penilaian
Penelitian yang dilakukan oleh
peneliti merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui tiga
siklus dan tiap siklus meliputi tahapan sebagai berikut : perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi.
- Tahap Perencanaan
Rancangan-rancangan yang dilakukan pada tahap ini adalah
:
a.
Menyusun
instrumen yang berupa petunjuk/perintah melaksanakan tugas sesuai pokok
bahasan.
b. Menyusun rancangan
pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c. Membuat lembar
penilaian kemampuan membuat jalur las dan sambungan I
d.
Membuat
lembar observasi
e.
Membuat
analisis hasil tes setiap siklus
- Tahap Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan proses belajar
mengajar dengan menerapkan strategi pembelajaran berbasis CTL. Penerapan
strategi ini dimulai dengan cara guru menjelaskan materi konsep-konsep ketrampilan
membuat sambungan las dengan las busur listrik
posisi bawah tangan, memberi contoh kemudian
memberi tugas pada siswa secara individu
untuk mempraktekkan, kemudian memberi tugas secara kelompok untuk membahas
hasil pengalaman dari masing-masing individu dan membuat benda kerja kelompok.
Tugas yang telah diselesaikan siswa dipresentasikan untuk diberikan tanggapan
siswa lain. Dalam situasi ini guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator
terhadap kemampuan siswa melalui unjuk kompetensi kemampuan membuat sambungan
las dengan las busur listrik posisi bawah tangan. Dan akhir pembelajaran guru
memberi simpulan terhadap kejelasan materi yang disampaikan.
- Pemantauan/Observing
Pada tahap pemantauan ini,
dikumpulkan data dan informasi dari beberapa sumber untuk mengetahui seberapa
jauh efektivitas dari tindakan yang dilakukan. Data tentang penguasaan materi
ketrampilan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan diperoleh
dari nilai praktek membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah
tangan Dan data tentang motivasi, kerjasama dalam kelompok, minat, aktifitas
diperoleh dari hasil pemantauan saat proses belajar mengajar berlangsung.
- Refleksi
Refleksi adalah kegiatan yang
mengulas secara kritis (reflektif) tentang perubahan yang terjadi pada siswa,
dan guru. Semua siswa mendiskusikan sebelum dan sesudah diberlakukan tindakan
kemudian baru dirumuskan hasilnya, dan kemudian disusun langkah program
penyempurnaan serta perbaikan.
Kegiatan penelitian tindakan kelas
ini dilaksanakan pada semester 4 tahun pelajaran 2012/2013 mulai tanggal 20
Pebruari 2013. Kegiatan tersebut diawali dengan kegiatan observasi sebagai
penjajakan untuk memperoleh informasi dan gambaran tentang ketrampilan membuat sambungan
las dengan las busur listrik posisi bawah tangan. Setelah itu dilanjutkan
dengan membahas hasil-hasil observasi serta merencanakan dan menetapkan
tindakan yang tepat terhadap masalah yang ditemukan. Proses putaran siklus satu
dilaksanakan tanggal 6 sampai 20 Maret 2013, siklus II dilaksanakan tanggal 3
April sampai 24 April 2013, dan siklus III dilaksanakan tanggal 1 sampai 22 Mei
2013.
Rencana tindakan kelas ini disusun
secara terperinci pada setiap siklusnya, sesuai jadwal dan alokasi waktu berdasarkan
rancangan penelitian. Bentuk tindakan yang akan dilaksanakan dalam tim dalam
kelas pada tiap-tiap siklusnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel III. 1. Rencana Tindakan Penelitian dalam Setiap
Siklus
Siklus
|
Tindakan Guru
|
Tindakan Siswa
|
Siklus I
|
1. Melaksanakan tindakan :
|
|
-
Menanamkan
konsep-konsep tentang ketrampilan membuat sambungan las dengan las busur listrik
posisi bawah tangan melalui metode ceramah dan memberi contoh praktek
membuat jalur las dengan las listrik
posisi bawah tangan.
-
Memberi
tugas individu untuk mencoba mempraktekkan membuat jalur las dengan las
listrik posisi bawah tangan sebagai pre tes.
-
Menerapkan
pendekatan CTL dalam proses belajar mengajar dengan membagi kelas ke dalam
kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi membuat lembar persiapan kerja (Job Sheet) hasil pengalaman praktik
masing-masing individu, presentasi hasil diskusi dan melaksanakan praktik
membuat tugas praktek secara kelompok.
-
Mengarahkan pelaksanaan diskusi dan praktik agar berjalan seoptimal mungkin
-
Mengadakan tes unjuk kerja kompetensi membuat
jalur las pertama secara individu
|
-
Memahami
dan merespon hal-hal yang berkaitan dengan konsep-konsep tentang ketrampilan membuat
jalur las dengan las busur listrik
posisi bawah tangan.
-
Siswa secara individu mempraktekkan membuat
sambungan las dengan las listrik posisi bawah tangan.
-
Terlibat aktif dalam proses belajar mengajar
dengan melaksanakan diskusi dan kerjasama kelompok dalam membuat lembar kerja
(Job Sheet) dan dalam presentasi
hasil diskusi.
-
Praktik membuat jalur las dengan las busur listrik secara individu
dalam benda kerja kelompok.
-
Melaksanakan
tes unjuk kerja kompetensi membuat jalur las pertama secara individu
|
|
2. Memantau PBM :
|
||
- Mengamati dan mencatat peristiwa penting untuk mengetahui
tingkat perubahan terhadap tindakan yang dilakukan
|
- Termotivasi
untuk meningkatkan diri dengan mendapat masukan dari kelompoknya dan melihat
hasil praktik dari teman sekelompoknya sekaligus yang terbaik dalam kelompok
sebagai model, serta hasil praktik dalam tugas kelompok diketahui oleh teman
kelompoknya maka setiap siswa akan melaksanakan praktek dengan
sebaik-baiknya.
|
|
3. Mengevaluasi hasil pengamatan lalu mengolah
data kemudian memaknainya serta menentukan keberhasilan tindakan.
|
||
4. Mengadakan refleksi I dengan mengoreksi kembali
tindakan yang telah dilakukan
|
||
Siklus II
|
1. Melaksanakan tindakan :
|
|
-
Menanamkan
konsep-konsep tentang ketrampilan membuat sambungan las dengan las busur
listrik posisi bawah tangan melalui metode ceramah dan memberi contoh praktek
membuat jalur las dengan las listrik
posisi bawah tangan.
-
Menerapkan
pendekatan CTL dalam proses belajar mengajar dengan membagi kelas ke dalam
kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi
membuat lembar kerja (Job Sheet)
dari hasil pengalaman praktek pada siklus I dan pengetahuan sebelumya,
presentasi hasil diskusi dan melaksanakan praktik dalam benda kerja kelompok
-
Mengarahkan pelaksanaan diskusi dan praktik agar berjalan seoptimal mungkin
-
Mengadakan tes ujuk kerja kompetensi membuat
jalur las kedua.
|
-
Memahami
dan merespon hal-hal yang berkaitan dengan konsep-konsep tentang ketrampilan
membuat jalur las dengan las busur
listrik posisi bawah tangan.
-
Terlibat
aktif dalam proses belajar mengajar dengan melaksanakan diskusi dan kerjasama
kelompok dalam membuat lembar persiapan kerja (Job Sheet) dan dalam presentasi
hasil diskusi.
-
Praktik membuat jalur
las dengan las busur listrik secara individu dalam bingkai benda kerja
kelompok.
-
Melaksanakan
tes unjuk kerja kompetensi membuat jalur las kedua secara individu
|
|
2. Pemantauan PBM :
|
||
- Mengamati aktifitas
siswa dan mencatat perlakuan untuk mengetahui perubahan terhadap tindakan
yang dilakukan.
|
- Termotivasi untuk meningkatkan diri
dengan mendapat masukan dari kelompoknya dan melihat hasil praktik dari teman
sekelompoknya sekaligus yang terbaik dalam kelompok sebagai model, serta
hasil praktik dalam bingkai tugas kelompok diketahui oleh teman kelompoknya
maka setiap siswa akan melaksanakan praktek dengan sebaik-baiknya.
|
|
3. Mengevaluasi hasil
pengama-tan mengolah data serta me-nentukan keberhasilan penca-paian tujuan
dari tindakan
|
||
4. Mengadakan refleksi II
dengan meneliti tindakan yang telah dilakukan.
|
||
Siklus III
|
1. Pelaksanaan tindakan :
|
|
-
Menanamkan
konsep-konsep tentang ketrampilan membuat sambungan I dengan las busur
listrik posisi bawah tangan melalui metode ceramah dan memberi contoh praktik
membuat sambungan I dengan las listrik posisi bawah tangan
-
Menerapkan
pendekatan CTL dalam proses belajar mengajar dengan membagi kelas dalam
kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi membuat lembar persiapan kerja (Job Sheet), presentasi dan melakukan
praktik kelompok.
-
Mengadakan
tes unjuk kerja kompetensi membuat sambungan I posisi bawah tangan dengan las
busur listrik.
|
-
Memahami
dan merespon hal-hal yang berkaitan dengan konsep-konsep tentang ketrampilan
membuat sambungan I dengan las busur listrik posisi bawah tangan.
-
Terlibat
aktif dalam proses belajar mengajar dengan melaksanakan diskusi dan kerjasama
kelompok dalam membuat lembar persiapan kerja (Job Sheet) dan dalam presentasi hasil diskusi.
-
Praktik membuat sambungan I dengan las busur
listrik secara individu dalam benda kerja kelompok.
-
Melaksanakan
tes unjuk kerja kompetensi membuat sambungan I posisi bawah tangan dengan las
busur listrik secara individu.
|
|
2. Memantau PBM :
|
||
- Mengamati aktivitas
siswa dan mencatat hal-hal yang penting yang terjadi saat pelaksanaan presentasi
untuk mengetahui peruba-han tindakan yang telah dilakukan
|
- Termotivasi untuk meningkatkan diri
dengan mendapat masukan dari kelompoknya dan melihat hasil praktik dari teman
sekelompoknya sekaligus yang terbaik dalam kelompok sebagai model, serta
hasil praktik dalam bingkai tugas kelompok diketahui oleh teman kelompoknya
maka setiap siswa akan melaksanakan praktek dengan sebaik-baiknya.
|
|
3. Mengevaluasi hasil
pengama-tan, mengolah data dan menyim
pulkan tingkat keberhasilan.
|
||
4. Mengadakan refleksi untuk
meneliti tindakan yang telah dilakukan sebagai dasar mengevaluasi seluruh
tindakan yang dilakukan
|
Kegiatan dan
pengamatan pada setiap siklus diatas dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1.
Kegiatan
Guru
Guru
melaksanakan beberapa kegiatan diantaranya menanamkan konsep-konsep ketrampilan
membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan, memberi
contoh dengan mempraktekkan membuat sambungan las dengan las busur posisi bawah
tangan, memberi materi dengan menerapkan strategi berbasis CTL, memotivasi
siswa agar mau mengembangkan diri lebih baik. Guru juga merancang rencana
pembelajaran dengan penerapan pendekatan CTL sehingga siswa terlibat secara
aktif. Pada waktu pembelajaran guru juga mencatat semua perilaku siswa yang
dianggap penting. Dan diakhir pembelajaran guru melakukan refleksi untuk
melihat apa yang telah dilakukan, bagaimana perkembangannya dan apabila tidak
ada perubahan disusun rencana perbaikan untuk tindakan berikutnya.
2.
Kegiatan
Siswa
Siswa
sebagai obyek penelitian dan sebagai subyek didik diharapkan terlibat secara
aktif dalam proses belajar mengajar yang menerapkan pendekatan CTL sehingga
tujuan pembelajaran ketrampilan membuat sambungan las dengan las busur listrik
posisi bawah tangan dapat meningkat. Setiap siklus diakhiri dengan refleksi.
Dan data yang diperoleh dari siswa dianalisis dan dijabarkan secara deskriptif
komperatif. Data yang sudah dianalisis disimpulkan apabila belum menghasilkan
perubahan yang lebih baik maka disusun rencana tindakan ke siklus berikutnya.
tambah judul yang lain dong
BalasHapusmantap pak pramono. sangat bermanfaat 👍🏼
BalasHapus