Minggu, 28 September 2014

ptk teknik las


OPTIMALISASI  KETERAMPILAN MEMBUAT SAMBUNGAN LAS POSISI BAWAH TANGAN DENGAN LAS BUSUR LISTRIK MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING LEARNING)  PADA  SISWA KELAS  XI M 3   SMK MAN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ABSTRAK

OPTIMALISASI  KETERAMPILAN MEMBUAT SAMBUNGAN LAS
POSISI BAWAH TANGAN DENGAN LAS BUSUR LISTRIK
MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING LEARNING)
 PADA  SISWA KELAS  XI M 3  SEMESTER 4  SMK MAN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh
Pramono, S.Pd.
MAN Karanganyar

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran muatan lokal las busur listrik yang melibatkan siswa secara aktif dan meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik melalui pendekatan CTL (Contekstual Teaching Learning). Yang dihadapi guru adalah siswa adalah kemampuan teknik mengelas pada kegiatan belajar mengajar mata pelajaran mulok las busur listrik, terutama materi membuat  sambungan las posisi bawah tangan masih perlu diperbaiki.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelas XI M3 SMK  MAN Karanganyar. Kegiatan dilakukan sebanyak  tiga  siklus tindakan. Pola umum prosedure pada setiap tindakan adalah : (1) perencanaan  (2) pelaksanaan, (3) observasi  (4) refleksi hasil penelitian, tindakan menunjukkan : (1) terjadi peningkatan kemampuan teknik mengelas  siswa dalam membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik  (2) keterampilan  siswa dalam praktik  las listrik mengalami peningkatan sebesar  35 % dari nilai siklus I , dan meningkat sebesar 68 % pada siklus II, keterampilan membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik  siswa mengalami peningkatan dari nilai rata-rata siklus 1 sebesar 73 , dan meningkat sebesar 78  pada siklus kedua. (3) Penuntasan belajar siswa meningkat 68 %  pada siklus II menjadi 100 % pada siklus III.



Kata kunci: Optimalisasi keterampilan membuat sambungan las posisi bawah tangan, Pendekatan CTL (Contekstual Teaching Learning).
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah

Tujuan  utama  Sekolah  Menengah Kejuruan  adalah  memberikan  bekal  pemahaman  dan keterampilan  untuk    mempersiapkan  lulusannya  terjun  ke  lapangan  pekerjaan. Berbagai upaya  secara  khusus telah  dilaksanakan  seperti  perbaikan  kurikulum yang  terus menerus berkembang. Karena pada hakekatnya sekolah kejuruan berorientasi pada dunia kerja, meliputi kemampuan  pemahaman  akan  teori  dan  keterampilan  praktek, maka  kualitas lulusannya adalah  tolak  ukur  untuk  memenuhi  tuntutan  lapangan  pekerjaan.
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan jurusan Teknik Pemesinan perlu dibekali dengan keterampilan las busur listrik guna mendukung kemampuan terjun di dunia kerja utamanya jenis pekerjaan yang banyak terkait dengan pekerjaan konstruksi logam. Dalam kurikulum KTSP 2006 keterampilan las dapat dimasukkan dalam mata pelajaran muatan lokal.
Belajar membuat sambungan las busur listrik pada hakekatnya adalah belajar membuat produk konstruksi logam. Dari konsep tersebut maka keterampilan membuat sambungan las busur listrik merupakan suatu hal yang sangat penting baik waktu sekarang maupun waktu yang akan datang. Mereka yang mahir membuat sambungan las busur listrik dengan mudah akan dapat membuat produk konstruksi logam yang memerlukan banyak sambungan logam . Betapapun cemerlang teori-teori dan ide-ide disain produk konstruksi logam yang dimunculkannya namun bila tidak memiliki kemampuan membuat sambungan las busur listrik yang baik maka akan sukar untuk mampu mengembangkan karya nyatanya bagi orang lain.
Kenyataan yang ada banyak siswa kurang memahami langkah-langkah dalam membuat sambungan las busur listrik, teknik membuat sambungan las mereka kurang tepat, hasil tidak rapi, tidak mandiri dalam praktek, dan tidak kreatif. Hal ini terjadi karena siswa tidak memperhatikan pentingnya lembar persiapan kerja sebelum melaksanakan kegiatan praktik, sehingga dalam melaksanakan praktik tidak sesuai prosedur langkah-langkah kerja yang benar. Kenyataan seperti ini banyak dialami siswa kelas XI M2 SMK MAN Karanganyar semester 4 tahun pelajaran 2012/2013, saat mereka melaksanakan praktek mata pelajaran muatan lokal membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik.
Rendahnya pemahaman langkah-langkah dalam teknik membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik yang dikuasai siswa tersebut perlu diperbaiki. Melalui upaya yang dilakukan guru/instruktur diharapkan kemampuan teknik membuat sambungan las siswa dapat meningkat terutama pada praktek las busur listrik posisi bawah tangan. Untuk itu diperlukan strategi pembelajaran yang mampu memberdayakan dan mendorong siswa untuk mengkonstruksikan ajaran dibenak mereka sendiri. Strategi tersebut adalah strategi pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching Learning).
B.  Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) dapat meningkatkan keterampilan siswa membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik?
2.  Bagaimana penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) di kelas dalam mata pelajaran Mulok Las Busur Listrik pada materi membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik?
3. Sejauh manakah pendekatan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) dapat meningkatkan hasil  belajar siswa?
C.   Cara Pemecahan Masalah
Bahan  yang  dipelajari dalam muatan lokal las busur listrik terdiri  dari  program diklat  teori  dan  praktek, penguasaan  teori  pengelasan  merupakan  salah  satu  pendukung  keberhasilan  dalam pelaksanaan  praktek  kerja  pengelasan  dan  hasil  praktek  pengelasan.  Dalam proses belajar teknik pengelasan, siswa terlebih dahulu mempelajari teori yang berkaitan dengan pekerjaan pengelasan itu sendiri kemudian dituangkan dalam membuat lembar persiapan kerja (Work Preparation Sheet). Kegiatan praktek merupakan tindak lanjut guna mengetahui sejauh mana tingkat keterampilan siswa dalam penguasaan teori pengelasan tersebut. Hasil belajar dalam hal ini adalah kemampuan teknik mengelas dan keterampilan membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik.
Pembelajaran dengan pendekatan berbasis CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong membuat hubungan antara pengetahuan ynag dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian analisis permasalahan diatas jelas terlihat bahwa pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) yang lebih banyak mengajak siswa mengalami dan mempraktekkan sendiri teknik membuat sambungan las  yang diterapkan di kelas dan bengkel akan dapat memecahkan masalah kemampuan teknik mengelas dan keterampilan membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik.

D.      Tujuan Penelitian
1.        Tujuan Umum
Untuk meningkatkan keterampilan membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik siswa kelas XI M3 SMK MAN Karanganyar.
2.        Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan kemampuan membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik dari siswa melalui pendekatan CTL pada siswa kelas XI M3 semester 4 SMK MAN Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013.


  1. Kemanfaatan Hasil Penelitian

1.      Manfaat Teoritis
Membantu siswa dalam mengoptimalkan kemampuan membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik sehingga diharapkan siswa dapat membuat konstruksi sambungan logam dengan sambungan las listrik sesuai  langkah dan teknik yang benar.

2.        Manfaat Praktis
a.         Bagi  siswa
Siswa dapat membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik dengan lancar dan mampu mengekspresikan perasaan, pikiran, ide-ide dan keterampilannya dalam pembuatan konstruksi logam dengan sambungan las busur listrik.
b.    Bagi guru
Meningkatkan profesionalisme guru khususnya dalam karya ilmiah dan penerapan strategi pembelajaran aktif.
c.    Manfaat bagi sekolah
Meningkatkan sumber daya siswa khususnya kemampuan keterampilan mengelas dengan las listrik  dan tentunya juga akan berdampak pada prestasi sekolah

                                                       

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Kajian Teori

1.      Pengertian Keterampilan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan.
Peranan membuat sambungan las  dalam pembuatan konstruksi logam merupakan suatu hal yang sangat penting. Mereka yang mahir membuat sambungan las dapat membuat karya konstruksi logam untuk kebutuhan diri sendiri maupun orang lain. Dari hal diatas jelas kiranya bahwa keterampilan membuat sambungan las perlu dimiliki dan dioptimalkan bagi setiap orang terutama yang bergerak dibidang produksi konstruksi logam. Terkait dari penjelasan diatas ada beberapa teori tentang ketrampilan membuat sambungan las listrik yang dapat dijadikan acuan,yaitu :
a.       Las busur listrik adalah suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas dan elektroda sebagai bahan tambah. Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan kepermukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan sebagaian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut. (http://teknikmes.blogspot.com)
b.      Membuat sambungan las dengan las busur listrik adalah suatu proses penyambungan logam yang mencair dan berpadu akibat panas yang ditimbulkan oleh busur antara dua kutub. Satu kutup dihubungkan dengan benda kerja dan kutub yang lain dihubungkan dengan elektroda (Syaiful Faizin, 2000 :3)
c.       Membuat sambungan las dengan las listrik adalah kemampuan untuk membuat sambungan pada suatu konstruksi, sambungan harus baik  dan teknik membuat sambungan las dengan las listrik harus sesuai dengan standar kekuatan konstruksi yang dibuat (Alip : 1989 dalam Fenoria Putri : 2009)
d.      Membuat sambungan las dengan las listrik adalah suatu proses yang harus dilakukan sebelum membuat konstruksi dengan cara- cara yang tepat untuk menghasilkan suatu konstruksi yang rapi dan sempurna sesuai dengan gambar kerja.
e.       Lembar persiapan kerja ( Work Preparation Sheet) adalah lembaran yang berisi langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh peserta didik sebagai pedoman dalam melakukan praktek memnbuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busr listrik agar langkah kerja sesuai dengan prosedur. Lembar persiapan kerja biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.(Depdiknas: 2004:18). Trianto (2008 : 148) mendefinisikan bahwa lembar persiapan kerja adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah.
f.        Ketrampilan membuat sambungan las dengan las listrik hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan.

2.      Dari beberapa konsep tentang membuat sambungan las dengan las listrik dapat disimpulkan bahwa tujuan yang akan dicapai dalam ketrampilan membuat sambungan las dengan las listrik adalah untuk mendapatkan sambungan yang sesuai dengan gambar kerja dan kriteria sambungan las yang memenuhi standart.

3.      Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)
Pendekatan CTL (Contectual Teaching Learning) menurut Howey (Reese, 2002 dalam idris harta, 2009 : 39) mengutip definisi pengajaran kontekstual dari Office of Vocational and Adult Education sebagai pengajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang didalamnya siswa memanfaatkan pemahaman dan keterampilan akademiknya dalam konteks yang bervareasi baik dalam sekolah maupun diluar sekolah untuk memecahkan simulasi atau masalah dunia nyata, baik sendiri maupun secara bersama-sama.
 Katz dan Smith (2006) mendefinisikan : cotekstual teaching and learning sebagai berikut : Contextual teaching and learning is defined as a conception of teaching and learning that helps teachers relate subject matter content to real World situations. Paradigma pembelajaran kontekstual berdasarkan definisi diatas  adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan kehidupan mereka pada masyarakat. Siswa Memperoleh keterampilan dari konteks  yang terbatas sedikit demi sedikit dan mengkonstruksikan pengetahuan yang dibutuhkannya.
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual dapat memberikan makna baru bagi siswa dengan menghubungkan pengalaman kehidupan mereka dengan pengetahuan yang didapat disekolah. Selain itu siswa juga dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya ke dalam kehidupan sehari-hari.
Masnur Muslich (2007) dalam idris harta (2009 : 40 ) menyatakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.         Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau lingkungan yang alamiah (learning in real life setting),
b.         Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning),
c.         Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing),
d.        Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok (learning in a group),
e.         Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerjasama (learning to ask, to inquiry, to work together),
f.          Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).
Pendekatan CTL mempunyai 7 komponen utama pembelajaran efektif, yaitu :
a.       Kontruktivisme (Constructivision)
Konstuktivisme merupakan landasan berpikir pada pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun untuk manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas, sempit dan tidak sekonyong-konyong.
Esensi dari teori ini adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan menstranformasikan suatu informasi kompleks kesituasi lain dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi miliki mereka sendiri.
b.      Menemukan (Inquiri)
Menemukan merupakn bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Karena pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari mengingat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.
c.       Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis CTL. Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
d.      Pemodelan (Modeling)
Dalam suatu pembelajaran ketrampilan/pengetahuan tentu ada model yang dapat ditiru. Model itu dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melakukan sesuatu, cara mengerjakan sesuatu misalnya : guru memberi contoh cara menhidupkan mesin las, mengatur arus listrik, melakukan pengelasan dengan las listrik dihadapan peserta didik, pidato, dan sebagainya. Model tidak harus guru tetapi bisa dari siswa yang memiliki kemampuan lebih dari yang lain.
e.       Masyarakat Belajar (Learning Community)
Kelompok belajar (Learning community) adalah suatu pendekatan yang mampu membawa siswa untuk siap belajar dengan cepat dan dapat digunakan untuk melihat kemampuan siswa, membentuk kerjasama tim.
Strategi ini juga dapat memberikan suasana tersendiri bagi situasi belajar, karena materi tidak harus dari guru tetapi bisa dari teman-temannya sendiri. Ini berarti mampu meminimalkan rutinitas dalam pembelajaran.
f.       Refleksi (Reflektion)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir tentang apa yang pernah dipelajari. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima. Dalam hal ini diharapkan siswa mampu mengendapkan pengetahuan yang diperoleh dibenak siswa sendiri. Dan diakhir pelajaran diharapkan guru meluangkan waktu sejenak dengan memberikan refleksi yang realisasinya berupa :
1)      Pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperoleh siswa
2)      Kesan/saran
3)      Hasil karya
g.      Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa dan ini berguna untuk memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar, assessment dilakukan pada saat kegiatan berlangsung sehingga jika guru menemukan masalah segera dapat mengatasi/mencari jalan keluar.
B.       Kerangka Berpikir
Ketrampilan membuat sambungan las dengan las listrik merupakan salah satu ketrampilan teknik mesin yang harus dimiliki siswa. Dalam penerapannya keterampilan membuat sambungan las dengan las listrik dilakukan secara integratif dengan ketrampilan pengukuran, membaca gambar dan pembentukan logam. Jika kita tengok tuntutan yang harus dikuasai siswa kelas XI M3 SMK MAN Karanganyar relaksasi standar kompetensi yang ada di silabus adalah siswa mampu menggunakan peralatan, perlengkapan pengelasan dan keselamatan kerja serta mampu melaksanakan prosedur pengelasan sesuai standar operasional prosedur.
Untuk dapat memenuhi tuntutan dalam silabus maka siswa harus memiliki kemampuan membuat sambungan las dengan las busur listrik yang optimal karena pembelajaran muatan lokal teknik pengelasan di kelas XI M3 SMK MAN Karanganyar lebih didominasi oleh unsur psikomotor/praktek. Ini merupakan masalah tersendiri bagi guru mulok teknik pengelasan, juga siswa kelas XI M3 SMK MAN Karanganyar, karena kemampuan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan  masih rendah, Kenyataan ini terlihat pada saat anak praktek membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan  masih perlu banyak bimbingan. Agar dapat memenuhi standar kompetensi dalam silabus dibutuhkan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan kemampuan praktek membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan  siswa. Salah satu strategi tersebut adalah pembelajaran dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning). Penulis memilih pendekatan CTL sebagai salah satu cara mengoptimalkan kemampuan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan  siswa, karena dalam pendekatan ini siswa akan lebih banyak dilatih bagaimana menggunakan peralatan dan perlengkapan pengelasan yang benar, melaksanakan prosedur pengelasan, dan membuat sambungan las sesuai standar yang telah ditentukan.
Langkah-langkah penerapan pendekatan CTL dalam kelas sebagai berikut:
1.       Guru mengembangkan pemikiran pada anak bahwa belajar mengelas akan lebih optimal dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengkontruksikan sendiri atau dengan kata lain anak mengalami sendiri sehingga akan memperoleh life skill.
2.       Mengarahkan siswa sesering dan seoptimal mungkin kegiatan yang bersifat inkuiri khususnya pada kegiatan praktek mengelas dengan las listrik.
3.       Guru memotivasi siswa meningkatkan rasa ingin tahu dengan bertanya sesuatu yang belum diketahui baik pada teman-temannya maupun pada guru.
4.       Guru sesering mungkin memberi tugas pada siswa dengan membentuk kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi sehingga terbentuk masyarakat belajar yang dinamis dan memungkinkan adanya sharing materi antar teman.
5.       Selalu hadirkan model dalam setiap praktek mengelas dengan las listrik baik dari guru maupun siswa.
6.       Melakukan refleksi setelah pembelajaran berakhir
7.       Melakukan penilaian dengan berbagai cara untuk mengukur kemampuan siswa
Dari uraian langkah-langkah diatas diperkirakan bahwa melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) akan mampu mengoptimalkan kemampuan membuat sambungan las dengan las listrik posisi bawah tangan siswa kelas XI M3 SMK MAN Karanganyar.

C.  Hipotesis Tindakan

Masalah                     :     Kemampuan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan siswa rendah
Rumusan Masalah     :     Apakah melalui pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan siswa?
Judul                          :     Optimalisasi Keterampilan Membuat sambungan las posisi bawah tangan dengan las busur listrik melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) pada Siswa Kelas XI M3  SMK MAN Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013
Hipotesis                    :     Melalui pendekatan CTL dapat meningkatkan keterampilan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan siswa.



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.      Setting Penelitian
  1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester 4 tahun pelajaran 2012/2013 yaitu pada bulan Maret, April dan Mei. Pengambilan data dilakukan pada bulan tersebut karena materi praktek Membuat sambungan las dengan las listrik posisi bawah tangan banyak disampaikan pada semester tersebut.
  1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMK MAN Karanganyar dalam pembelajaran mulok teknik pengelasan khususnya ketrampilan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan semester 4 tahun pelajaran 2012/2013. Alasan penelitian di tempat tersebut karena berkaitan dengan tempat kerja peneliti. Disamping itu kemampuan membuat sambungan las dengan las listrik posisi bawah tangan di sekolah tersebut rata-rata rendah.

B.     Subyek Penelitian
Mengingat dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti adalah guru kelas XI M3 SMK MAN Karanganyar. Maka subyeknya adalah siswa yakni siswa kelas XI M3 SMK MAN Karanganyar semester 4 tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri 28 siswa.


C.    Sumber Data
Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini berasal dari subyek penelitian/siswa yang merupakan sumber data primer yaitu nilai praktek baik nilai sebelum tindakan kelas maupun nliai sesudah tindakan kelas dilakukan.

D.    Teknik dan Alat Pengumpulan Data
  1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat berbentuk tes dan non tes. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dalam bentuk tes. Pengertian tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi, 2007:89)
Adapun tes yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah performance test/tes unjuk kompetensi. Selain bentuk tes diatas penulis juga menggunakan metode pengamatan (observe) selama proses pembelajaran pada pelaksanaan masing-masing siklus. Data yang penulis kumpulkan bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Kuantitatif berupa data dari hasil pertanyaan, pemberian tugas maupun hasil tes dan hasil praktik. Sedang data kualitatif berupa motivasi belajar siswa, proses pengerjaan, konstruksi sambungan, , cacat las, kerapian las dan sebagainya.


  1. Alat Pengumpulan Data
Mengingat teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kompetensi dan observasi maka alat pengumpulan data yang dipergunakan berupa petunjuk/perintah dan lembar penilaian serta lembar observasi untuk mencatat keaktifan siswa selama proses tindakan kelas berlangsung.

E.     Validasi Data
Validasi adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mengenai kemampuan apa yang akan diukur (Suharsimi Ari Kunto, 2007:119).
  1. Triangulasi sumber : Data diperoleh melalui kolaborasi teman sejawat yang dipandang mampu memberikan masukan pada pelaksanan penelitian.
  2. Triangulasi metode : Data diperoleh melalui beberapa metode seperti : inkuiri, ceramah, tanya jawab, belajar kelompok, pemodelan, unjuk kerja dan sebagainya.

F.     Analisa Data
Teknik analisa data dalam penelitian tindakan kelas ini bersifat kuantitatif menggunakan analisis deskriptif kompetitif yang membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I, nilai tes siklus II dan nilai tes siklus III kemudian baru direfleksi.

G.    Prosedur Penilaian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui tiga siklus dan tiap siklus meliputi tahapan sebagai berikut : perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
  1. Tahap Perencanaan
Rancangan-rancangan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a.       Menyusun instrumen yang berupa petunjuk/perintah melaksanakan tugas sesuai pokok bahasan.
b.      Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c.       Membuat lembar penilaian kemampuan membuat jalur las dan sambungan I
d.      Membuat lembar observasi
e.       Membuat analisis hasil tes setiap siklus
  1. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan menerapkan strategi pembelajaran berbasis CTL. Penerapan strategi ini dimulai dengan cara guru menjelaskan materi konsep-konsep ketrampilan membuat  sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan, memberi contoh  kemudian memberi tugas  pada siswa secara individu untuk mempraktekkan, kemudian memberi tugas secara kelompok untuk membahas hasil pengalaman dari masing-masing individu dan membuat benda kerja kelompok. Tugas yang telah diselesaikan siswa dipresentasikan untuk diberikan tanggapan siswa lain. Dalam situasi ini guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator terhadap kemampuan siswa melalui unjuk kompetensi kemampuan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan. Dan akhir pembelajaran guru memberi simpulan terhadap kejelasan materi yang disampaikan.
  1. Pemantauan/Observing
Pada tahap pemantauan ini, dikumpulkan data dan informasi dari beberapa sumber untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas dari tindakan yang dilakukan. Data tentang penguasaan materi ketrampilan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan diperoleh dari nilai praktek membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan Dan data tentang motivasi, kerjasama dalam kelompok, minat, aktifitas diperoleh dari hasil pemantauan saat proses belajar mengajar berlangsung.
  1. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan yang mengulas secara kritis (reflektif) tentang perubahan yang terjadi pada siswa, dan guru. Semua siswa mendiskusikan sebelum dan sesudah diberlakukan tindakan kemudian baru dirumuskan hasilnya, dan kemudian disusun langkah program penyempurnaan serta perbaikan.
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester 4 tahun pelajaran 2012/2013 mulai tanggal 20 Pebruari 2013. Kegiatan tersebut diawali dengan kegiatan observasi sebagai penjajakan untuk memperoleh informasi dan gambaran tentang ketrampilan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan. Setelah itu dilanjutkan dengan membahas hasil-hasil observasi serta merencanakan dan menetapkan tindakan yang tepat terhadap masalah yang ditemukan. Proses putaran siklus satu dilaksanakan tanggal 6 sampai 20 Maret 2013, siklus II dilaksanakan tanggal 3 April sampai 24 April 2013, dan siklus III dilaksanakan tanggal 1 sampai 22 Mei 2013.
Rencana tindakan kelas ini disusun secara terperinci pada setiap siklusnya, sesuai jadwal dan alokasi waktu berdasarkan rancangan penelitian. Bentuk tindakan yang akan dilaksanakan dalam tim dalam kelas pada tiap-tiap siklusnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel III. 1. Rencana Tindakan Penelitian dalam Setiap Siklus
Siklus
Tindakan Guru
Tindakan Siswa
Siklus I
1. Melaksanakan tindakan :


-         Menanamkan konsep-konsep tentang ketrampilan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan melalui metode ceramah dan memberi contoh praktek membuat  jalur las dengan las listrik posisi bawah tangan.
-         Memberi tugas individu untuk mencoba mempraktekkan membuat jalur las dengan las listrik posisi bawah tangan sebagai pre tes.
-         Menerapkan pendekatan CTL dalam proses belajar mengajar dengan membagi kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi  membuat lembar persiapan kerja (Job Sheet) hasil pengalaman praktik masing-masing individu, presentasi hasil diskusi dan melaksanakan praktik membuat tugas praktek secara kelompok.

-         Mengarahkan pelaksanaan diskusi  dan praktik agar berjalan seoptimal mungkin

-         Mengadakan tes unjuk kerja kompetensi membuat jalur las pertama secara individu
-         Memahami dan merespon hal-hal yang berkaitan dengan konsep-konsep tentang ketrampilan membuat  jalur las dengan las busur listrik posisi bawah tangan.
-         Siswa  secara individu mempraktekkan membuat sambungan las dengan las listrik posisi bawah tangan.
-          Terlibat aktif dalam proses belajar mengajar dengan melaksanakan diskusi dan kerjasama kelompok dalam membuat lembar kerja (Job Sheet) dan dalam presentasi hasil diskusi.

-          Praktik membuat jalur  las dengan las busur listrik secara individu dalam  benda kerja  kelompok.

-         Melaksanakan tes unjuk kerja kompetensi membuat jalur las pertama secara individu

2.  Memantau PBM :


-     Mengamati dan mencatat peristiwa penting untuk mengetahui tingkat perubahan terhadap tindakan yang dilakukan
-     Termotivasi untuk meningkatkan diri dengan mendapat masukan dari kelompoknya dan melihat hasil praktik dari teman sekelompoknya sekaligus yang terbaik dalam kelompok sebagai model, serta hasil praktik dalam  tugas kelompok diketahui oleh teman kelompoknya maka setiap siswa akan melaksanakan praktek dengan sebaik-baiknya.

3.  Mengevaluasi hasil pengamatan lalu mengolah data kemudian memaknainya serta menentukan keberhasilan tindakan.


4.  Mengadakan refleksi I dengan mengoreksi kembali tindakan yang telah dilakukan

Siklus II
1.  Melaksanakan tindakan :


-         Menanamkan konsep-konsep tentang ketrampilan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan melalui metode ceramah dan memberi contoh praktek membuat  jalur las dengan las listrik posisi bawah tangan.

-         Menerapkan pendekatan CTL dalam proses belajar mengajar dengan membagi kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi  membuat lembar kerja (Job Sheet) dari hasil pengalaman praktek pada siklus I dan pengetahuan sebelumya, presentasi hasil diskusi dan melaksanakan praktik dalam benda kerja kelompok

-         Mengarahkan pelaksanaan diskusi  dan praktik agar berjalan seoptimal mungkin

-         Mengadakan tes ujuk kerja kompetensi membuat jalur las kedua.

-         Memahami dan merespon hal-hal yang berkaitan dengan konsep-konsep tentang ketrampilan membuat  jalur las dengan las busur listrik posisi bawah tangan.

-         Terlibat aktif dalam proses belajar mengajar dengan melaksanakan diskusi dan kerjasama kelompok dalam membuat lembar persiapan kerja (Job Sheet)  dan dalam presentasi hasil diskusi.

-          Praktik membuat  jalur  las dengan las busur listrik secara individu dalam bingkai benda kerja  kelompok.

-         Melaksanakan tes unjuk kerja kompetensi membuat jalur las kedua secara individu

2.  Pemantauan PBM :


-    Mengamati aktifitas siswa dan mencatat perlakuan untuk mengetahui perubahan terhadap tindakan yang dilakukan.
-    Termotivasi untuk meningkatkan diri dengan mendapat masukan dari kelompoknya dan melihat hasil praktik dari teman sekelompoknya sekaligus yang terbaik dalam kelompok sebagai model, serta hasil praktik dalam bingkai tugas kelompok diketahui oleh teman kelompoknya maka setiap siswa akan melaksanakan praktek dengan sebaik-baiknya.

3.  Mengevaluasi hasil pengama-tan mengolah data serta me-nentukan keberhasilan penca-paian tujuan dari tindakan


4.  Mengadakan refleksi II dengan meneliti tindakan yang telah dilakukan.

Siklus III
1.  Pelaksanaan tindakan :


-        Menanamkan konsep-konsep tentang ketrampilan membuat sambungan I dengan las busur listrik posisi bawah tangan melalui metode ceramah dan memberi contoh praktik membuat sambungan I dengan las listrik posisi bawah tangan

-        Menerapkan pendekatan CTL dalam proses belajar mengajar dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi membuat lembar persiapan kerja (Job Sheet), presentasi dan melakukan praktik kelompok.
-        Mengadakan tes unjuk kerja kompetensi membuat sambungan I posisi bawah tangan dengan las busur listrik.
-         Memahami dan merespon hal-hal yang berkaitan dengan konsep-konsep tentang ketrampilan membuat sambungan I dengan las busur listrik posisi bawah tangan.

-         Terlibat aktif dalam proses belajar mengajar dengan melaksanakan diskusi dan kerjasama kelompok dalam membuat lembar persiapan kerja (Job Sheet) dan dalam presentasi hasil diskusi.
-          Praktik membuat sambungan I dengan las busur listrik secara individu dalam benda kerja  kelompok.

-         Melaksanakan tes unjuk kerja kompetensi membuat sambungan I posisi bawah tangan dengan las busur listrik secara individu.


2.  Memantau PBM :


-    Mengamati aktivitas siswa dan mencatat hal-hal yang penting yang terjadi saat pelaksanaan presentasi untuk mengetahui peruba-han tindakan yang telah dilakukan
-    Termotivasi untuk meningkatkan diri dengan mendapat masukan dari kelompoknya dan melihat hasil praktik dari teman sekelompoknya sekaligus yang terbaik dalam kelompok sebagai model, serta hasil praktik dalam bingkai tugas kelompok diketahui oleh teman kelompoknya maka setiap siswa akan melaksanakan praktek dengan sebaik-baiknya.


3.  Mengevaluasi hasil pengama-tan, mengolah data dan menyim pulkan tingkat keberhasilan.



4.  Mengadakan refleksi untuk meneliti tindakan yang telah dilakukan sebagai dasar mengevaluasi seluruh tindakan yang dilakukan



      
 Kegiatan dan pengamatan pada setiap siklus diatas dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1.      Kegiatan Guru
       Guru melaksanakan beberapa kegiatan diantaranya menanamkan konsep-konsep ketrampilan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan, memberi contoh dengan mempraktekkan membuat sambungan las dengan las busur posisi bawah tangan, memberi materi dengan menerapkan strategi berbasis CTL, memotivasi siswa agar mau mengembangkan diri lebih baik. Guru juga merancang rencana pembelajaran dengan penerapan pendekatan CTL sehingga siswa terlibat secara aktif. Pada waktu pembelajaran guru juga mencatat semua perilaku siswa yang dianggap penting. Dan diakhir pembelajaran guru melakukan refleksi untuk melihat apa yang telah dilakukan, bagaimana perkembangannya dan apabila tidak ada perubahan disusun rencana perbaikan untuk tindakan berikutnya.
2.      Kegiatan Siswa
       Siswa sebagai obyek penelitian dan sebagai subyek didik diharapkan terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar yang menerapkan pendekatan CTL sehingga tujuan pembelajaran ketrampilan membuat sambungan las dengan las busur listrik posisi bawah tangan dapat meningkat. Setiap siklus diakhiri dengan refleksi. Dan data yang diperoleh dari siswa dianalisis dan dijabarkan secara deskriptif komperatif. Data yang sudah dianalisis disimpulkan apabila belum menghasilkan perubahan yang lebih baik maka disusun rencana tindakan ke siklus berikutnya.

2 komentar: