PROPOSAL TESIS
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCASARJANA UMS
A. JUDUL
TESIS
Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) di SMK Spesialis Otomotif (Studi Situs di SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar)
B.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai wahana utama pembangunan sumberdaya
manusia perlu berperan dalam mengembangkan peserta didik menjadi sumberdaya
manusia yang produktif dan memiliki kemampuan professional dalam melaksanakan
pembangunan dalam menghadapi tantangan masa depan. Pendidikan merupakan dasar
dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia, karena melalui pendidikan
seorang manusia dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannnya sebagai
modal dalam memasuki dunia kerja. Namun, pada kenyataannya
bukanlah hal yang mudah bagi para lulusan yang telah mengikuti pendidikan untuk
mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut karena adanya kesenjangan antara
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dengan kebutuhan di lapangan.
Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 dalam penjelasan pasal 15, yang berbunyi: “ Pendidikan
kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik
terutama untuk bekerja dalam bidang terentu.”Ditegaskan pula PP No. 19 tahun
2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa “Pendidikan Menengah
Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan
siswa untuk jenis pekerjaan tetentu.
Secara umum pendidikan di SMK bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik, guna menyiapkan mereka
sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang terampil, terdidik, memiliki etos
kerja professional, serta mampu mengembangkan diri sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sehingga diharapkan
lulusan SMK dapat lebih
berorentasi pada kebutuhan dunia usaha
dan industri.
Sejalan dengan tujuan tersebut, maka dalam
pelaksanaan kurikulum SMK perlu
dilakukan identifikasi dan pemilihan materi pengajaran yang relevan dengan
dunia kerja. Terlebih lagi SMK jurusan otomotif saat ini dituntut lebih tanggap
dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat dalam industri otomotif. Untuk
meningkatkan relevansi antara
kurikulum di sekolah dan
kebutuhan dunia kerja tersebut maka
pemerintah menetapkan kebijakan Link and Match melalui penyelenggaraan pendidikan sistem ganda (PSG).
Keberhasilan penyelenggaraan PSG
menuntut perpaduan antara keharmonisan dan keseimbangan serta interaksi unsur
esensial pendidikan yang terkait dengan pendidikan sistem ganda.
Dibutuhkan pembelajaran
menggunakan kurikulum yang relevan dengan dunia kerja yaitu
pembelajaran yang benar-benar dapat mendidik siswanya sesuai dengan kondisi dunia kerja. Termasuk
juga komponen sistem pendidikan seperti kualitas peserta didik , kompetensi
guru dan fasilitas pembelajaran harus
disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja.
Pendidikan sistem ganda merupakan
program yang diawali sejak penerimaan siswa baru, proses pembelajaran
(dilaksanakan sebagian di sekolah dan sebagian di industri) dan uji kompetensi
siswa sebelum siswa menyelesaikan pendidikannya di SMK dengan bersinergi dengan
industri. Zainal Arifin (2012 : 219) Keberhasilan PSG terletak pada kemampuan
SMK dan dunia Usaha/Industri dalam mensinergikan diri dalam menjawab tantangan
isu-isu yang berkembang, yang diterjemahkan dalam kebijakan bersama. Namun yang terjadi saat ini program PSG tidak
murni lagi dijalankan, mulai dari penerimaan siswa baru tidak mengacu pada
minat dan bakat yang dibutuhkan dunia kerja, guru produktif tidak memiliki
pengalaman kerja di industri, pembelajaran tidak mengikuti perkembangan
industri, ditambah lagi tidak terbangun sinergi antara sekolah dan industri
secara baik dalam penyelenggaraan pendidikan
system ganda (PSG).
Menurut Cepi Triatna (2010 : 1) permasalahan penyelenggaraan
pendidikan sistem ganda adalah lemahnya
keterlibatan dunia industri dalam mengelola pendidikan, baik pada input
, proses, maupun output. Aktaruzzaman, (2011 : 271), rendahnya mutu
lulusan pendidikan kejuruan disebabkan pembelajaran pendidikan kejuruan yang
tidak respon terhadap perkembangan teknologi, guru tidak kompeten dan minimnya
penyediaan fasilitas di pendidikan kejuruan. Jonas Masdonati, (2010 : 411)
kegagalan siswa pendidikan kejuruan untuk memasuki magang kerja disebabkan oleh
tidak ada minat, kurangnya kematangan vocasional dan kesulitan menyesuaiakan
diri dari perubahan diantara sekolah
dengan dunia kerja.
Sebagai jawaban atas kendala-kendala sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan sistem ganda tersebut, maka dilakukan
sinkronisasi unsur-unsur esensial faktor
sistem pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Ahim Surachim, (2013 : 424) Motivasi belajar
siswa, kompetensi guru, fasilitas dan proses pembelajaran berpengaruh langsung
maupun tidak langsung terhadap efektifitas program pembelajaran PSG. Sucahyono
(2008 : 88) untuk mencapai tujuan pembelajaran PSG baik dalam pengelolaan
organisasi maupun pengelolaan personel hendaklah komponen-komponen pembelajaran
PSG saling berinteraksi dan interpendensi.
SMK
Muhammadiyah 3 Karanganyar sebagai sekolah menengah kejuruan yang memusatkan diri dalam program otomotif mensikapi kesenjangan antara perkembangan di
dunia pendidikan dengan dunia industri khususnya industri otomotif salah
satunya dengan cara memperkuat penyelenggaraan PSG, dalam meningkatkan mutu
lulusannya.
Untuk
mengetahui lebih jauh dan mendalam mengenai penyelenggaraan pendidikan sistem ganda di SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar yang memusatkan diri pada
program keahlian otomotif, penulis tertarik melakukan penelitian dengan
judul “Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda di SMK
Spesialis Otomotif : Studi Situs di SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar“.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang penelitian diatas, fokus penelitian ini adalah, Bagaimana
karakteristik penyelenggaraan pendidikan sistem
ganda (PSG) di SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar?
Fokus penelitian ini dijabarkan menjadi 3 (Tiga) subfokus.
1.
Bagaimana
karakteristik peserta didik PSG yang dilaksanakan di SMK Muhammadiyah
3 Karanganyar ?
2.
Bagaimana
karakteristik guru PSG di SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar ?
3.
Bagaimana
karakteristik pembelajaran PSG di SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar ?
3. Tujuan Penelitian
1.
Mendeskripsikan
karakteristik
peserta didik PSG yang dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar ?
2.
Mendeskripsikan
karakteristik guru PSG di SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar ?
3.
Mendeskripsikan
karakteristik pembelajaran PSG di SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar ?
4.
Manfaat
Penelitian
a.
Manfaat
Teoritis
1) Bagi akademik, dapat menambah atau memperkaya
kajian teori di bidang ilmu pengetahuan khususnya mengenai pendidikan sistem ganda.
2) Bagi peneliti, dapat menjadi masukan atau sebagai
referensi bagi peneliti selanjutnya
untuk meneliti hal yang sama.
b.
Manfaat
Praktis
1) Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan
SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar melalui penyelenggaraan PSG.
2)
Bagi
warga sekolah, penelitian ini diharapkan warga sekolah dapat lebih memahami
mengenai arti pentingnya pendidikan sistem
ganda dan menjadi referensi baru dalam melaksanakan program pendidikan sistem
ganda di SMK.
3)
Bagi
Departemen Pendidikan Nasional, sebagai informasi terutama sebagai dasar dalam
memberikan kebijakan-kebijakan lebih lanjut untuk lebih komitmen dalam
meningkatkan mutu Sekolah Menengah Kejuruan.
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kajian Teori
a. Pendidikan Sistem Ganda
(PSG)
1) Pengertian Pendidikan Sistem Ganda
Pendidikan sistem ganda
sebagai alternatif pola pembelajaran di SMK ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nomor 323/U/1997 pasal 1 ayat 1, dalam
Ahim Surachim (2013 : 421) yaitu:
“ PSG adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan
yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah
menengah kejuruan dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui
bekerja langsung pada pekerjaan sesungguhnya di institusi pasangan, terarah
untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.”
PSG merupakan suatu
kombinasi antara penyelenggaraan pembelajaran di sekolah (SMK) dengan
penyelenggaraan praktek kerja industri (prakerin) di institusi kerja pasangan
(perusahaan; jasa, dagang, industri), secara sinkron dan sistematis, bertujuan
menghantarkan peserta didik pada penguasaan kemampuan kerja tertentu, sehingga
menjadi lulusan yang berkemampuan relevan seperti yang diharapkan. PSG yang
dikenal dengan istilah dual system menurut Pakpaham, (1995) dalam Anwar (2006: 48) adalah
:
“Model penyelenggaraan pendidikan kejuruan dimana perencanaan dan
pelaksanaan pendidikan diwujudkan dalam bentuk kemitraan antara dunia kerja
dengan sekolah, sehingga penyelenggaraan pendidikan berlangsung sebagian di sekolah dan sebagian lagi di dunia usaha atau
industri.”
Pendidikan
sistem ganda di Jerman adalah kombinasi antara kegiatan magang industri dan
belajar di sekolah-sekolah kejuruan. Pola tersebut dinamakan sistem ganda. Jurnal
ICF Internasional Company
(2012 : 3) Karakteristik sistem ganda adalah kombinasi antara pengetahuan teori
dan keterampilan praktek dalam suatu pelatihan. Di tempat kerja peserta didik
belajar bagaimana mengatasi masalah sesuai dengan perubahan permintaan pasar,
serta menghargai perbedaan kehidupan sosial yang berkembang di lingkungan kerja. Sedangkan menurut Ahim Surachim (2013 : 421) PSG adalah:
“Pendekatan yang menggabungkan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan prakerind di
lembaga mitra, melalui keterlibatan langsung
dan aktif dalam kegiatan pembelajaran di lembaga mitra sehingga menghasilkan
lulusan yang mampu mengisi kebutuhan pasar kerja dan memiliki keahlian khusus.”
Dari pengertian diatas, tampak bahwa PSG
mengandung beberapa pengertian, yaitu : (1) PSG
adalah suatu program yang meliputi keseluruhan program sekolah mulai dari kelas
1 sampai terakhir, atau mulai dari penerimaan peserta didik baru (PSB) sampai
menghasilkan dan memasarkan tamatan (2) PSG terdiri dari gabungan
subsistem pendidikan di Sekolah dan sub sistem
pendidikan di dunia kerja/industri; (3) PSG merupakan program pendidikan yang
secara khusus bergerak dalam penyelenggaraan pendidikan keahlian professional:
(4) penyelenggaraan program pendidikan di sekolah dan di dunia kerja/industri dipadukan secara
sistematis dan sinkron, sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan: dan (5) proses penyelenggaraan pendidikan di dunia kerja/industri
lebih ditekankan pada kegiatan bekerja sambil belajar secara langsung pada
keadaan yang nyata.
2) Latar Belakang Dilaksanakannya PSG
Pemerintah melalui Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan menetapkan kebijaksanaan link and match yang berlaku pada semua
jenis dan jenjang pendidikan di Indonesia. Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan mendapat tugas langsung dari menteri pendidikan dan kebudayaan untuk
mengembangkan dan melaksanakan pendekatan pendidikan dengan system ganda pada
sekolah menengah kejuruan.
Pendekatan pendidikan dengan system ganda
sebagai kajian tak terpisahkan dari kebijakan “ link and match” (keterkaitan dan kesepadanan), sangat relevan dengan sekolah kejuruan. Karena salah satu
program kejuruan “link” dapat
diterjemahkan dengan istilah keterkaitan program-program pendidikan yang
memiliki misi jelas kebutuhan di lapangan kerja. “ Match” dapat diterjemahkan sebagai kesepadanan. Artinya program
pendidikan yang sudah terkait dengan berbagai kepentingan tersebut harus
disamakan dengan jumlah tingkat mutu atau nilai yang dituntut atau
dipersyaratkan oleh masyarakat termasuk perubahan kepentingan yang selalu
terjadi dalam pendidikan. Winarsih, Sri (2012: 8 ) Link and match diartikan sebagai proses pendidikan yang seharusnya
sesuai dan terkait langsung dengan kebutuhan pembangunan, sehingga hasilnya
sesuai dengan tuntutan kebutuhan tersebut, baik jumlah, mutu, jenis, maupun
waktunya.
3)
Tujuan PSG
Penyelenggaraan PSG secara
umum bertujuan untuk menjawab tantangan industri. Menurut Anwar (2006 : 49) Tujuan diselenggarakannya pendidikan sistem ganda adalah :
“(1) menghasilkan tenaga kerja yang
berkualitas; (2) memperkokok link and match antara SMK dan dunia kerja; (3)
meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas; (4) memberi pengakuan dan
penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.”
PSG dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja yang profesional di bidangnya. PSG merupakan perkembangan dari magang yaitu belajar sambil bekerja atau
bekerja sambil belajar langsung dari sumber belajar dengan aspek meniru sebagai
unsur utamanya dan hasil belajar/bekerja itu merupakan ukuran keberhasilannya.
Anwar (2006 :49) Sasaran utama pendidikan sistem ganda adalah mengoptimalkan hasil pembelajaran dan menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan profesional dan sesuai dengan
tuntutan lapangan kerja.
4) Pelaksanaan
PSG
Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
akan menjadi salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan
sesuai dengan ketentuan pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan
Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 39 tahun 1992 tentang Peranan Masyarakat Dalam Pendidikan
Nasional, dan Kepmendikbud Nomor 080 / U / 1993 tentang kurikulum SMK.
Dalam pelaksanaan PSG pada sekolah
menengah kejuruan, isi pendidikan dan pelatihan menurut Nurharjadmo Wahyu (2008 : 219) meliputi
:
“ (1) Komponen pendidikan umum (Normatif) (2) Komponen
pendidikan dasar (3) Komponen kejuruan (4) Komponen praktek dasar profesi, berupa
latihan kerja untuk menguasai teknik bekerja secara benar sesuai tuntutan
profesi; (5) Komponen Praktik Keahlian Profesi yaitu berupa kegiatan bekerja
secara terprogram dalam situasi sebenarnya untuk mencapai tingkat keahlian dan sikap
professional.”
Model penyelenggaraan PSG ada dua, yaitu day release model, dan blok release model. Day release model adalah model yang disepakati bersama dari enam
hari belajar dalam satu minggu, beberapa hari siswa belajar di institusi
pasangan dan beberapa hari siswa belajar disekolah. Blok release model adalah model yang disepakati bersama bulan atau
catur wulan yang mana siswa harus belajar di institusi pasangan.
Untuk peningkatan pelayanan
PSG, diperlukan adanya peran serta masyarakat yang bertujuan ; (1) untuk membantu kelancaran pelaksanaan
PSG; (2) memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan SMK; (3) membantu,
mengawasi, dan mengevaluasi penyelenggaraan PSG; (4) membantu pembiayaan PSG
yang diselenggarakan SMK. Menurut Hossiyaturrobbah
(2010 : 5) disetiap sekolah perlu dibentuk organisasi atau
badan peran serta masyarakat seperti badan pembantu
penyelenggara pendidikan (BP 3), komite sekolah, dewan sekolah, majelis
sekolah, atau organisasi lainnya.
5)
Manfaat PSG
Pendidikan sistem ganda
(PSG) dapat terlaksana dengan efektif dan memberikan manfaat jika terjalin
kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan institusi pasangan dalam hal
ini dunia usaha/industri. Kerjasama antara sekolah dengan dunia
usaha/industri dilaksanakan dengan prinsip saling membantu, saling mengisi dan
saling melengkapi untuk keuntungan bersama.
Anwar, (2006 : 50) kerjasama antara pendidikan dan dunia kerja
memiliki nilai tambah segi
tiga antara DUDI, sekolah, dan peserta didik itu sendiri.
ICF GHK (2012 : 3 ) Pendidikan Sistem Ganda memiliki
manfaat sebagai berikut :
“Manfaat pendidikan sistem ganda bagi siswa, penekanan pada
pengalaman praktek untuk membiasakan diri pada lingkungan kerja, mendapatkan
keahlian tertentu, dan meningkatkan peluang mereka dipertahankan pasca magang
untuk menemukan pekerjaan alternative. Untuk pengusaha, untuk mengamankan
perekrutan staf berkualitas sudah mengenal budaya dan proses organisasi
mereka.”
b. Karaktersitik Peserta Didik PSG
Pengertian peserta didik menurut ketentuan umum Undang-Undang RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir (4) adalah:
“Anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. Dalam hal ini peserta didik adalah orang yang mempunyai
pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan.”
Karakter peserta didik
adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada peserta didik sebagai
hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola
aktivitas dalam meraih cita-citanya. Karakteristik peserta
didik sangat berpengaruh terhadap pembelajaran. Mahmud, (2010 : 93) Karakteristik peserta didik yang mempengaruhi kegiatan
belajar peserta didik antara lain adalah kondisi fisik,
tingkat kecerdasan, sikap, bakat, motivasi, lingkungan sosial dan
nonsosial, dan gaya belajar. Peserta didik memiliki karakteristik yaitu : (1)
kelemahan dan ketidak berdayaan; (2) berkemauan keras untuk berkembang; (3)
ingin menjadi diri sendiri (memperoleh kekuatan) (Akmadi dan Uhbiyati 2001 :
251 dalam A. Muliati 2007 : 10).
Ada
tiga hal yang perlu diperhatikan dalam karakteristik peserta didik, yaitu ; (1)
karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal, seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berfikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan
aspek psikomotor dan lainnya: (2) karakteristik yang berhubungan dengan latar
belakang dan satatus sosial dan (3)
karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti
sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Peserta didik merupakan
sasaran (obyek) dan sekaligus sebagai subyek pendidikan. Guru perlu mengetahui
informasi mengenai karakter peserta didik, yang sangat berguna dalam memilih
dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik. Manfaat
analisis karakteristik peserta didik adalah untuk mengetahui kemampuan awal , mengetahui tentang luas dan
jenis pengalaman belajar dan latar belakang sosial dan keluarga siswa.
c. Karakteristik Guru PSG
Guru adalah orang yang profesinya (pekerjaannya atau mata pencahariannya)
mengajar. Menurut (Moh. Uzer Usman, 2001 : 5) Guru merupakan jabatan atau
profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pengertian Guru menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen adalah Pendidik profesional yang
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru adalah pendidik
profesional sekaligus role model. Guru adalah digugu artinya harus memiliki kompetensi pedagogy and cognitive dan
ditiru maka seorang guru harus
memiliki kompetensi personality and
social (Samsudi, 2012 : 8). Bahwa guru sebagai tenaga profesional mengandung arti
bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seorang yang memiliki
kualifikasi akademik dan memiliki empat kompetensi atau standar kemampuan yang
meliputi kompetensi pedogogik, profesional, kepribadian dan sosial. Ngainun
Naim ( 2011 : 60) Guru yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan
tugasnya secara profesional.
Menurut Dikmenjur guru
dipandang sebagai ujung tombak yang sangat menentukan keberhasilan dalam
pelaksanaan pendidikan sistem ganda (PSG), yang secara khusus dalam PSG
didefinisikan sebagai berikut: “ Guru PSG adalah individu yang memiliki
kemampuan kompetensi, profesi keguruan atau pendidik secara domain tetapi juga
harus memiliki kompetensi teknis keahlian tertentu dan memiliki jiwa
enterpreneurship (Dikmenjur 1997).
Dalam
pelaksanaan PSG guru dipersyaratkan harus memiliki sejumlah kompetensi atau
kemempuan dasar yang dibutuhkan untuk meleksanakan keprofesiannya dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru PSG. Sehubungan dengan
kompetensi profesi guru dalam PSG adalah : (a) mampu mengorganisasikan program
pembelajaran di SMK yang kondusif, (b) mampu memberikan inovasi dan motivasi
kerja kepada siswa, (c) mampu menguasai keahlian baik secara teknis maupun
secara teoritis, (d) mampu menguasai emosi sehingga menjadi suri tauladan oleh
siswa dan kawan seprofesi, (e) mampu berkomunikasi dan berjiwa enterpreneurship
(Dikmenjur 1997).
d. Pembelajaran PSG
1) Pembalajaran PSG
Secara
sederhana, istilah pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan
seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi,
metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
Sedangkan menurut UU Sisdiknas Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 adalah sebuah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan terencana yang
mengondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran bermuara pada dua kegiatan pokok, yaitu : (1)
bagaimana orang melakukan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar; (2)
bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui
kegiatan mengajar. (Abdul Majid, 2012 : 111)
Merencanakan
pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari variabel pembelajaran. Hal ini
disebabkan oleh perencanaan pembelajaran tersebut terkait dengan tiga variabel
pembelajaran yaitu (1) kondisi
pembelajaran, (2) metode pembelajaran,
(3) hasil pembelajaran.
Dalam pembelajaran PSG pada
sekolah menengah kejuruan, isi pendidikan dan latihan meliputi : Komponen
pendidikan umum, komponen pendidikan dasar, komponen kejuruan, komponen praktek
dasar profesi, dan komponen praktik keahlian profesi. Menurut Nurharjadmo
Wahyu, (2008 : 219 ) Pembelajaran dalam pendidikan sistem ganda ada beberapa
prinsip dasar yang harus diperhatikan yaitu ;
“(1) ada keterkaitan
antara apa yang dilakukan di sekolah dan apa yang dilakukan di institusi
pasangan sebagai suatu rangkaian yang utuh; (2) praktek keahlian di institusi
pasangan merupakan proses belajar yang utuh, bermakna dan sarat nilai untuk
mencapai kompetensi lulusan; (3) ada kesinambungan proses belajar dengan waktu
yang sesuai dalam mencapai tingkat kompetensi yang dibutuhkan; (4) berorientasi
pada proses disamping berorientasi kepada produk dalam mencapai kompetensi
lulusan secara optimal.”
2) Tujuan Pembelajaran PSG
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu
aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala
kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut. Tujuan pembelajaran program PSG yang banyak dipengaruhi
oleh dinamika kehidupan masyarakat, diharapkan secara terstandar dapat
menghantarkan peserta didik menjadi lulusan SMK yang berkemampuan relevan.
Adapun “standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik”
(Peraturan Mendiknas RI Nomor 23 tahun 2006: pasal 1, ayat 1). Standar
kompetensi lulusan SMK menggambarkan harapan masyarakat terhadap hasil
pembelajaran.
Tujuan pembelajaran program PSG merupakan
rujukan dalam pembinaan dan pengembangan kemampuan peserta didik yang sejalan
dengan dinamika kehidupan masyarakat dapat memberikan bekal berharga bagi
lulusan SMK untuk dapat meraih kehidupan yang lebih baik. Pembelajaran program PSG di SMK yang
bertujuan menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah, dalam dinamikanya
dipengaruhi oleh perubahan kebutuhan institusi kerja terhadap hasil
pembelajaran. Tujuan pembelajaran program PSG dalam perkembangannya sejalan
dengan dinamika kehidupan masyarakat yang banyak melahirkan macam atau bentuk
pekerjaan baru, sejalan dengan upaya pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang
mempunyai persyaratan dan keterampilan kerja yang berbeda dari sebelumnya.
Tujuan
pembelajaran program PSG disusun dan dikembangkan secara dinamis sejalan dengan
perubahan kebutuhan institusi kerja atau kehidupan masyarakat, menggambarkan
suatu pemenuhan kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap proses dan hasil
pembelajaran. Tujuan pembelajaran program PSG menggambarkan kombinasi yang sinkron dan
dinamis menyajikan pembelajaran dan prakerin sesuai standar pelaksanaan pembelajaran program PSG.
e. SMK Spesialis Otomotif
Sekolah Menengah Kejuruan adalah suatu
lembaga pendidikan yang berfungsi memenuhi atau memuaskan kebutuhan-kebutuhan
peserta didik dalam hal pendidikan. Pemenuhan kebutuhan peserta didik sangat
penting dalam rangka pertumbuhan dan perkembangannya. Perkembangan peserta
didik SMK harus mengacu kepada kerangka kebutuhan pendidikan nasional termasuk
kebutuhan meningkatkan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Definisi SMK berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nonor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja dalam bidang tertentu. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasional, menjelaskan SMK secara lebih spesifik, bahwa pendidikan
menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang
mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu.
SMK
Spesialis Otomotif merupakan sekolah menengah kejuruan yang
memusatkan diri untuk pengembangannya pada satu program keahlian yaitu program
keahlian teknik otomotif. Secara khusus tujuan program keahlian teknik Otomotif
adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten sesuai dengan bidang
keahliannya yaitu bidang : (a) perawatan dan perbaikan motor otomotif, (b)
perawatan dan perbaikan chasis dan pemindah tenaga, (c) perawatan dan perbaikan
sistem kelistrikan otomotif.
2. Penelitian Terdahulu
Penelitian
yang dilakukan oleh Ahim Surachim, yang berjudul “Dual Education System (PSG) Effectiveness to Improving SMK Graduates
Quality “ menyatakan : “PSG program learning effectiveness can
produce graduates SMK capable relevant to community need, especially work
institution.” Program PSG merupakan sistem program
pembelajaran yeng efektif dapat menghasilkan
lulusan SMK yang memiliki
kemampuan relevan dengan kebutuhan
masyarakat, terutama lembaga pemakai tenaga kerja. Dijelaskan lebih lanjut siswa yang
memiliki dimensi terpercaya di dunia kerja, membutuhkan usaha guru dalam
pembelajaran dengan pengembangan layanan yang berbeda, kontradiktif, kompleks, dan
variatif. Dibutuhkan pembelajaran dari guru yang kompeten dalam penguasaan
materi, peralatan belajar, sumber belajar, dan aplikasi teknologi informasi.
Perpaduan pembelajaran antara sekolah dengan Industri dalam bentuk pendidikan
sistem ganda, yang merupakan sinkronisasi layanan belajar yang menggabungkan
pembelajaran di sekolah dengan di industri adalah solusi yang tepat (Ahim
Surachim, 2013)
Penelitian yang dilakukan oleh Okoye,
K R E; Chijioke, Okwell yang berjudul Private-Publik
Partnership And Technical Vocasional Education and Training (TVET) In
Edeveloping Economy menjelaskan; “the
long-term well-being of any country depends on the economic viability of her
citizenry, and quality supports and good training given to youths in
partnership collaboration between private and public sectors is an important
element to enhance the economic potentiality of the nation. It is believed that
partnership collaboration in providing technical and vocational education
(TVET) will make the difference. Adequate education in TVET ensures the
production of skilled workforce who possesses knowledge and attitudes needed
for professional career”. Dalam waktu jangka panjang kesejahteraan
negara manapun tergantung pada kelayakan ekonomi dari warga, dan mendukung kualitas dan pelatihan
yang baik diberikan kepada pemuda
dalam kolaborasi kemitraan antara
sektor publik dan swasta merupakan
elemen penting untuk meningkatkan potensi ekonomi bangsa.
Hal ini diyakini bahwa kerjasama kemitraan dalam memberikan pendidikan teknis dan kejuruan (TVET) akan membuat perbedaan. Pendidikan yang memadai di TVET memastikan produksi
tenaga kerja terampil yang memiliki
pengetahuan dan sikap yang
diperlukan untuk karir professional (Okeye, dkk,
2013).
Penelitian
Aktaruzzaman, dkk yang berjudul “ Vocational education and training (VET) in
human resource development : acase study of Banglades menjelaskan “The lack of linkage between the VET institutions and industry is a big
issue and the main reason of low employment rate of VET graduates which is the
biggest concern for its existence”. Kurangnya hubungan antara
lembaga-lembaga pendidikan kejuruan dengan industri merupakan masalah besar dan
alasan utama rendahnya kualitas lulusan pendidikan kejuruan. Dalam penjelasan
berikutnya dalam perspektif permintaan tenaga kerja,
pengusaha menyatakan keprihatinan tentang kualitas lulusan. Mereka merasa bahwa
sistem ini terus menghasilkan lulusan yang tertinggal dengan kemajuan
perdagangan tidak memenuhi kebutuhan pasar, pengusaha juga tidak
puas dengan fasilitas pelatihan yang tersedia termasuk mesin, peralatan dan
guru. Pengusaha menyarankan agar pemerintah lebih proaktif
dalam melibatkan mereka dalam pengelolaan sistem guna memastikan pendidikan kejuruan yang relevan
dengan kebutuhan mereka. Beberapa solusi yang diusulkan melalui kebijakan
pemerintah difokuskan pada perencanaan proses hasil di pendidikan kejuruan dan
mengatur hubungan antara dunia kerja dan pendidikan kejuruan dalam rangka
mempersiapkan lulusan menghadapi sukses dunia kerja (Aktaruzzaman, dkk
2011).
Werner Eichhorst dan Paul
Marx dalam penelitiannya yang berjudul “From
The Dual Apprenticeship System to Dual Labor Market?’ The German High-Skill
Equilibrium and service Economy, mengemukakan Model yang berbeda dari
perlindungan terhadap resiko pasar kerja terkait dengan model kinerja ekonomi.
Secara historis didirikan kelembagaan yang melengkapi antara regulasi pasar
tenaga kerja, perlindungan pengangguran, dan pelatihan kejuruan cenderung cermin
model spesifik dari produksi ekonomi. Sebagai contoh Sistem ganda magang Jerman
adalah fitur inti dari korporatis “kualitas beragam produksi”. Hal ini pada
gilirannya didukung melalui keterampilan, melindungi pengangguran, penghasil
asuransi, keterampilan berorientasi kebijakan pasar kerja aktif dan
perlindungan kuat sehingga hubungan jangka panjang antara perubahan struktural
dan perkembangan penciptaan keterampilan kasus dijerman dengan fokus khusus
pada perbedaan antara manufaktur dan jasa serta antara berbagai jenis layanan
sub-sektor. Penciptaan lapangan kerja dalam sektor layanan lingkungan
kelembagaan yang kurang diatur. (Werner Eichhorst, dan Paul Marx, 2009)
Makworo Edwin Obwoge,
Samuel Muchiri Mwagi, Wesonga Justus Nyongesa dalam penelitiannya
yang berjudul “Linking TVET
Institution and Industry in Kenya : Where Are We?”
menyatakan Untuk Kenya sektor TVET perlu disesuaikan dengan perkembangan industri
untuk memenuhi tuntutan perubahan global dalam perkembangan teknologi agar
dapat sejajar dengan Negara-negara maju. Reformasi yang utama dilakukan adalah
menghubungkan lembaga-lembaga formal TVET dengan Industri. Langkah yang
ditempuh adalah membuat kebijakan yang diformalkan untuk kerjasama TVET dan
Industri. Sukses program ini tergantung kolaborasi dari ketiga stakeholder (lembaga,
Industri dan Pemerintah) untuk menegakkan kualitas dan relevansi kesamaan visi
dan keyakinan untuk masa depan Negara. (Makworo Edwin Obwoge, dkk 2013)
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Desain
Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif.
Menurut Sugiyono (2013:1) Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Ditinjau dari jenis penelitiannya, penelitian ini tergolong dalam studi
kasus, yaitu studi kasus tunggal (single case study). Penyelenggaraan
PSG di SMK Spesialis Otomotif yang dijadikan kasus ini diobservasi dan didokumentasikan,
sedangkan pelaku-pelakunya diwawancarai secara mendalam. Data yang dipaparkan
dan dianalisis mengacu pada fokus penelitian.
Dalam
melakukan penelitian kualitatif ini penulis menggunakan pendekatan etnografi.
Ada dua belas langkah yang harus diikuti etnografer pendidikan yaitu : (a)
menetapkan informan, (b) mewawancarai informan, (c) membuat catatan etnografis
dari lapangan, (d) mengajukan pertanyaan diskriptif, (e) melakukan hasil
analisis hasil wawancara, (f) melakukan analisis domain, (g) mengajukan pertanyaan struktural, (h) membuat analisis
taksonomi, (i) mengajukan pertanyaan kontras, (j) membuat analisis komponen,
(k) menemukan tema budaya, (l) menulis sebuah etnografi (Spradley, 2007 : 63)
.
. 2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar, dengan
alamat Jl. Tentara pelajar no 20 Karanganyar. Alasan penetapan lokasi
penelitian adalah:
a. Salah satu SMK yang
memusatkan diri menyelenggarakan Program Keahlian Teknik Otomotif.
b.
Dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan standar ISO 9001 : 2008.
c. SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar
mampu berkompetisi dengan lembaga pendidikan yang sederajad lainnya misalnya :
(a) Juara 1 lomba LKS (otomotif skill) tingkat kabupaten tahun 2011, (b)
Juara 6 Lomba aoutomobike
tecnology tingkat
propinsi tahun 2011, (c) Juara 2 otomotif top skill contest tingkat Nasional tahun 2012, (d) Juara 3 outobodyrepair tingkat propinsi tahun 2013.
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September sampai dengan
Desember 2013.
.
3. Data, Sumber Data, dan Nara Sumber
Data adalah tulisan-tulisan atau catatan-catatan
mengenai segala sesuatu yang di dengar, dilihat, dialami dan bahkan yang
dipikirkan oleh peneliti selama kegiatan pengumpulan data dan merefleksikan
kegiatan tersebut ke dalam etnografi. Dilihat dari sumber datanya, pengumpulan
data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Menurut Sugiyono
(2013: 62) sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain, atau lewat
dokumen.
Data dalam
penelitian ini berupa perilaku elemen-elemen struktur formal dalam sekolah
sesuai dengan tujuan penelitian meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
guru, dan siswa SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar.
4.
Kehadiran Peneliti
Moleong
(2013 : 168) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan
perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada
akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Dalam hal ini peran peneliti adalah :
a) Sebagai Instrumen
Menurut
Sugiyono (2013: 59)
peneliti berkedudukan sebagai instrumen penelitian. Peneliti harus memilih dan
memilah yang paling tepat dalam konteksnya. Ketika ada kesempatan memperoleh
nara sumner yang tepat, maka peneliti akan secara aktif mengajukan permohonan
untuk memperoleh nara sumber yang dimaksud. Kehadiran peneliti sangat jelas
dalam bentuk observasi berperan serta dan wawancara mendalam.
b) Sebagai Siswa
Menurut
Spradly (2007:95), peneliti harus mampu untuk membina hubungan akrab dengan
subyek peneliti agar dapat bertukar informasi. Oleh karena itu
peneliti dituntut untuk banyak berada di lapangan untuk melakukan pengumpulan
data dengan observasi, wawancara maupun dokumentasi. Lebih lanjut, Spradly
(2007 : 5) menjelaskan bahwa peneliti juga merupakan siswa karena peneliti
ketika berada di lapangan ia sudah mengenal lingkungan tersebut, mengenal
subyek, mengetahui lokasi, memahami iklim dan kebiasaan-kebiasaan.
5.
Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2013 :
62) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (a) observasi berpartisipasi, (b)
interview mendalam atau wawancara, (c) dokumentasi. Untuk itu disusun sejumlah pedoman pengumpulan
data (sementara), yang dapat dikembangkan dan dimodifikasi oleh peneliti selama
pengumpulan
data di lapangan.
6.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan tidak hanya pada saat sudah terkumpul. Saat melakukan
penelitian di lapangan untuk mengumpulkan data, pada dasarnya sudah dilakukan
sejak awal sampai akhir penelitian. Untuk menyajikan data tersebut agar lebih
bermakna dan mudah dipahami, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analysis intractive model dari Miles
dan Huberman (1996:20)
|

![]() |
|||
![]() |
|||
|
|





![]() |
Gambar 1 : Komponen-komponen
Analisis Data : Model Interaktif
Sumber : Miles dan
Huberman (1996 : 20)
Alur
pertama, dilakukan pengumpulan data, selama pengumpulan data lalu dilanjutkan
reduksi data, meliputi proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan di lapangan. Reduksi data,
adalah analisis yang bertujuan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan
membuang data yang tidak perlu.
Alur
kedua, menyajikan data, dengan menyajikan data akan dapat dipahami apa yang
sedang terjadi dan yang harus dilakukan, lebih-lebih dalam mengambil keputusan
atau memaknai data-data yang berbentuk matrik, grafik, jaringan bagan dan
tanda-tanda lainnya.
Alur ketiga, menarik kesimpulan atau verifikasi,
yaitu menarik kesimpulan dari data-data yang ada. Untuk menguji kebenaran,
kekokohan dan kecocokan dilakukan peninjauan kembali pada catatan lapangan.
Agar penemuan dan penafsiran penelitian sesuai dengan faktanya, maka dilakukan
konfirmasi kepada subyek penelitian dan diskusi atau tukar pikiran dengan
pembimbing.
7.
Keabsahan Data
Keabsahan data dari sebuah penelitian
sangat penting artinya karena keabsahan data merupakan salah satu langkah awal
kebenaran dari analisis data menghindari adanya data yang tidak akurat yang
diperoleh dalam penelitian. Menurut Moleong (2013:324) untuk menetapkan keabsahan
data diperlukan teknik pemeriksaan yang didasarkan atas kriteria : 1) derajat
kepercayaan (credibility), 2) keteralihan (transferbility), 3)
ketergantungan (dependability), dan 4) kepastian (confirmability).
Untuk memeriksa keabsahan data dalam
penelitian ini digunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik, guna
mengecek data dari berbagai sumber.
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam
penelitian ini obyek yang diteliti adalah mengenai karakteristik
siswa, guru dan pembelajaran. Untuk
menguji kredibilitas data karakteristik siswa, guru,
dan pembelajaran dalam penyelenggaraan PSG,
dilakukan pengecekan kepada sumber-sumber
data yakni kepala sekolah, wakil kepala, guru, dan siswa. Data dari sumber-sumber tersebut kemudian
dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama dan berbeda, dan mana
yang spesifik dari sumber-sumber tersebut. Data yang telah dianalisis oleh
peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dalam penelitian ini dilakukan
dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Data
yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi. Apabila
dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang
berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data
yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar.
E. DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid,
2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Ahim Surachim, 2013. Dual
Education System (PSG) Effectiveness to Improving SMK Graduates Quality,
International Journal of Science and Research (IJSR), India Online ISSN :
2319-7064 Volume 2 Issue 6, June 2013.
Aktaruzzaman,Md; Clemen,
Che Kum. Vocational Education And
Training (VET) In Human Resource Development : Acase Of Banglades. Academic
Research International 1.1 (Juli 2011): 266-275
Anwar, 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills
Education). Bandung : Cv Alfabeta
Cepi Triatna, Menggagas Sinergitas Dunia Pendidikan Dengan
Dunia Industri dan Dunia Usaha. Bahan
Kajian Forum Peningkatan Mutu Pendidikan Propinsi jabar 2010. Sekretaris Pusat Pengkajian Pedagogik UPI.
Hossiyaturobbah
dkk, 2010. Pengelolaan Pendidikan Sistem
Ganda di SMK Kesejahteraan Keluarga. FKIP Universitas Jember, 2010
ICF GHK, 2012.
Developing 2010 “dual vocational
training” to support the labour market insertion of young people:can Spain
catch up with germany? Mutual learning Programme Case Study.
Jonas Masdonati, 2010. Vocational education and Training Attrition
and the School to Work transition. Education & Training Vol. 52 No 5,
2010
Mahmud, 2010. Psikologi
Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Makworo Edwin Obwoge, Samuel
Muchiri Mwangi, Wesonga Justus Nyongsea. 2013. Linking TVET Institutions and
Industry in Kenya : Where Are We? International Journal of Economy,
Management and Social Science. ISSN 2306-7276
Matthew B. Miles & A.
Michael Huberman, 2009. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas
Indonesia (UI-Press)
Moh. Uzer Usman,
2001. Menjadi Guru Profesional.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Moleong, 2013. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Muliati, A. 2007. Evaluasi
Program Pendidikan Sistem Ganda suatu penelitian evaluatif berdasarkan Stake
Countenance model mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda pada sebuah SMK di
Sulawesi Selatan. (2005/2007).
Ngainun Naim, 2011. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Nurharjadmo Wahyu,
2008. Evaluasi Implementasi Kebijakan
Pendidikan Sistem Ganda Di Sekolah Kejuruan, Spirit Publik Volume 4, Nomor
2, ISSN. 1907-0489 Oktober 2008.
Okeye, KRE; Chijioke,
Okwelle P, 2013. Private-Public
Partnership And Technical Vocational Education and Training (TVET) In A
Developing Economy. Arabian Journal of Business and Management Review (Oman
Chapter) 2.10 (May 2013)
Samsudi, 2012. Menuju Guru Profesional. Program Pasca
Sarjana Unnes
Spradley, 2007. Metode Etnografi, Yogyakarta
:Tiara Wacana.
Sucahyono, 2008. Implementasi Manajemen Pendidikan Sistem
Ganda Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Vidya Vol. 16, No 1 Januari 2008.
Sugiyono, 2013. Memahami
Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Alfabeta
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Jakarta, 2003
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Werner Eichhorst
& Paul Mark, 2009. From the Dual
Apprenticeship System to a Dual Labor Market? The German High-Skill Equilibrium
and the Service Economy. IZA DP No 4220 Juni 2009
Winarsih, Sri
(2012) Penyelenggaraan Pendidikan Sistem
Ganda Di SMK Pelita Salatiga, Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Zainal Arifin,
2012. Pengembangan Pola Kemitraan
SMK-Dunia Industri Dalam Menin gkatkan Mutu SMK. Prosding Seminar Nasional
Pendidikan Teknik Mesin FT UNY, Sabtu, 2 Juni 2012
F. LAMPIRAN
KISI-KISI WAWANCARA
1.
Kepala Sekolah
1.1.
Bagaimana sekolah melakukan penerimaan
peserta didik baru?
1.2.
Bagaimana sekolah melakukan penanganan
peserta didik disekolah?
1.3.
Bagaimana sekolah melakukan penanganan
peserta didik di industri?
1.4.
Bagaimana sekolah melakukan peningkatan
kompetensi guru PSG?
1.5.
Bagaiman penyelenggaraan pembelajaran PSG ?
1.6.
Siapa saja yang bertanggungjawab melaksanakan
dan melakukan evaluasi serta tindak lanjut dari :
a. Penerimaan
peserta didik baru.
b. Penanganan
peserta didik disekolah,
c. Penanganan peserta
didik di industri
d. Penyelenggaraan
pembelajaran PSG?
2.
Wakil Kepala Sekolah
2)
2.1. Apakah Wakil Kepala sekolah dilibatkan
dalam :
a. Penerimaan
peserta didik baru.
b. Penanganan
peserta didik disekolah,
c. Penanganan peserta
didik di industri
d. Penyelenggaraan
pembelajaran PSG?
3)
Dalam bentuk apakah wakil kepala sekolah
dilibatkan?
2.2. Apakah
wakasek juga bertanggungjawab melaksanakan dan melakukan evaluasi serta tindak
lanjut dalam :
a. Penerimaan
peserta didik baru.
b. Penanganan
peserta didik disekolah
c. Penanganan
peserta didik di industri
d. Penyelenggaraan
pembelajaran PSG
3. Pokja PSG
3.2.
3.1 Apakah Pokja PSG dilibatkan dalam: ?
a. Penerimaan
peserta didik baru.
b. Penanganan
peserta didik disekolah
c. Penanganan
peserta didik di industri
d. Penyelenggaraan
pembelajaran PSG
3.3.
Dalam bentuk apakah Pokja PSG dilibatkan?
3.4.
3.2. Apakah Pokja
PSG juga bertanggungjawab melaksanakan dan melakukan evaluasi serta tindak
lanjut dalam :
a. Penerimaan
peserta didik baru.
b. Penanganan
peserta didik disekolah
c. Penanganan
peserta didik di industri
d. Penyelenggaraan
pembelajaran PSG
4.
Guru
4.1. Apakah guru
dilibatkan dalam melakukan perencanaan pembelajaran PSG?
4.2. Dalam bentuk
apa guru dilibatkan?
4.3. Apakah guru
bertanggungjawab melaksanakan dan melakukan evaluasi serta tindak lanjut
program pembelajaran PSG?
5.
Siswa
5.1. Apakah siswa
dilibatkan dalam melakukan perencanaan pembelajaran PSG?
5.2. Dalam bentuk
apa siswa dilibatkan?
5.3. Apakah siswa
bertanggungjawab melaksanakan dan melakukan evaluasi serta tindak lanjut
program pembelajaran PSG?
Rekaman yang akan diobservasi
1. Program
Sekolah
2. Program dan
sasaran mutu Wakil Kepala Sekolah
3. Program Kerja
Pokja PSG
4. Program Kegiatan
Guru Produktif
5. Program
Kegiatan Guru pembimbing Prakerind.
Kegiatan yang akan diobservasi
1. Kegiatan
sebelum penyelenggaraan PSG
2. Kegiatan KBM
di Sekolah
3. Kegiatan KBM
di Industri
4. Kegiatan lain
yang menunjang
Dokumen :
1. Laporan PPDB Waka kesiswaan
2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar