Selasa, 27 November 2012

Tugas 1 Komputer dan Statistik

Tugas 1 Mahasiswa Manajemen Pendidikan  kelas IB semester I Tahun 2012
              Mata Kuliah : Statistik Pendidikan dan Komputer

Judul :
ABC, 123: The Impact of a Mobile Phone Literacy Program on Educational Outcomes

Jenny C. Aker, Christopher Ksoll and Travis J. Lybbert

Oleh : PRAMONO
NIM : Q100120045
Kelas I B Semester I
Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA



Abstrak
Laporan Hasil evaluasi secara acak dari program pembelajaran dengan menggunaan ponsel ( Proyek ABC) di Niger, Bagaimana dampak system pembelajaran di kelas menggunakan ponsel sebagai bagian dari kemampuan membaca dan menghitung.Secara keseluruhan penggunaan ponsel oleh siswa menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam skor tes membaca dan menghitung. Hal ini menunjukkan bahwa dengan system pembelajaran program pendidikan dengan menggunakan ponsel bagi orang dewasa efektif dalam meningkatkan pembelajaran. Siswa di desa ABC (Melek Ponsel) menunjukkan peningkatan secara substansial dalam nilai ujian berhitung, tapi tidak pada daerah lain, ada hasil yang bervareasi dalam program didaerah yang lain, dampaknya lebih kuat di daerah yang lebih padat penduduknya, Selanjutnya membaca maupun menghitung lebih baik untuk daerah yang penduduknya banyak yang muda. Ada juga hasil yang menunjukkan dampak nyata : enam bulan pada satu tahun akhir, siswa di desa-desa ABC mempertahankan terhadap apa yang telah mereka pelajari lebih baik daripada siswa di daerah non ABC. Efek ini tidak disebabkan oleh perbedaan kualitas Guru atau kehadiran guru maupun siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi dapat berfungsi sebagai alat pembelajaran yang efektif dan berkelanjutan di pedesaan dengan cara yang sederhana dan murah.

  1. Pendahuluan
Akerlof dan kranton  (2002) menyatakan sepuluh tahun terakhir membuktikan bahwa pendidikan yang efektif adalah membangun keterampilan kognitif dan meningkatkan produktifitas, pendapatan, hasil kesehatan, dan jaringan sosial. Selain itu peningkatan sumber daya manusia dilakukan dengan meningkatkan kemampuan individu dan menghadapi banyak permasalahan (Kasus 2006, Hanushek, 1995, Hanushek dan Woessmann, 2008, Krueger dan Lindahl, 2001)
Schultz (1975) dengan menyempurnakan kemampuan seseorang untuk memperoleh informasi dan menghasilkan suatu penemuan dan mendapatkan keuntungan dari teknologi baru ( Misalnya, Foster dan Rosenzweig, 1996). Meskipun betapa pentingnya pendidikan dalam proses pembangunan, prestasi pendidikan tetap sangat rendah di beberapa Negara termiskin di dunia. Sekitar 18 % dari orang dewasa di seluruh dunia tidak dapat membaca dan menulis pada tahun 2005 (UNESCO 2008).
Angka tersebut memacu investasi yang besar dibidang pendidikan dengan meningkatkan infrastruktur sekolah, dan melibatkan pemerintah dalam penanganannya. Usia anak-anak sekolah adalah focus utama pada investasi ini, pada Negara-negara berkembang telah menginvestasikan dana yang besar untuk mengentaskan kemampuan baca dan tulis bagi orang dewasa dengan harapan menuai hasil lebih baik bagi individu maupun pada lingkup sosial yang lebih besar. Namun demikian beberapa kajian skeptis dengan pembelajaran baca dan tulis bagi orang dewasa, yang cenderung ditandai dengan rendahnya pendaftaran, tingkat putus sekolah yang tinggi, dan cepat hilangnya keterampilan yang diperoleh (Ortega dan Rodriguez 2008). Romain dan Armstrong 1987, abadzi 1993 hal yang dikatakan mengecawakan dan kurang menguntungkan dikarenakan adanya harapan yang tinggi tingkat kemampuan baca tulis untuk pembangunan, serta kurangnya pemahaman bahwa literacy didefinisikan sebagai keterampilan  : 1) merekam informasi dari beberapa jenis kode dipahami oleh orang yang membuat catatan. 2) informasi decoding yang terekam demikian pula berhitung didefinisikan sebagai keterampilan menggunakan dan merekam nomor dan operasi numeric untuk berbagai tujuan.
Ponsel memberikan kesempatan unik untuk mengatasi kendala-kendala untuk menghafal aksara. Sebagian karena penyebaran yang cepat diseluruh dunia berkembang, ponsel telah memberikan dampak potensial bagi pembangunan ekonomi (Bhavani, et al.,2008).Sementara teknlogi informasi memiliki efek tidak langsung pada pendidikan melalui peningkatan keuntungan (Jansen 2007), ponsel mungkin memiliki efek yang lebih langsung terhadap pendidikan.Harga dari Short Message Service (SMS) relative lebih murah dibandingkan dengan suara. Di banyak Negara berkembang memberikan insentif keuangan yang kuat untuk menggunakan SMS, sehngga orang dewasa berkesempatan untuk belajar menulis dan membaca dalam bahasa setempat, dengan biaya murah dan dengan cara yang sederhana.
Kami memperkirakan dampak positif dari berlatih membaca, menulis dan menghitung dengan ponsel dengan teknik sederhana untuk orang dewasa laki-laki dan perempuan diniger (Projek Alphabetisation de basis nominal cellulair, atau ABC).
Ponsel sebagai cakupan alat, telepon pendidikan dan handphone telah menyebar diseluruh niger sejak tahun 2001, lebih dari 40% dari populasi memiliki akses cakupan (GSMA data untuk tahun 2009) dan pelanggan telepon seluler mewakili 10 % dari populasi ( data Wireles Intelegence tahun 2009), Niger adalah pemerintahan yang teratur, potensi membaca dan menghitung dengan jaringan telepon sebagai indikator pendidikan adalah salah satu terburuk didunia  lebih dari 73,3 % penduduknya tergolong buta huruf  (INS dan Macro Internasional, 2007 ).
Makalah ini melaporkan hasil evaluasi secara acak dari kemampuan baca, tulis dan berhitung dengan berbasis ponsel (Proyek ABC).Proyek ini dilakukan didua wilayah niger, masing-masing dilakukan acak  dan terpisah antara variable perlakuan dengan variable control. Setelah satu tahun program, dan menggunakan setengah dari sample kami menemukan bukti positif pembelajaran dengan ponsel memberikan dampak positif pada hasil pendidikan. Pada program ABC skor tes matematika untuk orang dewasa meningkat, terlebih pada daerah padat penduduknya, sementara siswa yang lebih muda memperoleh hasil yang paling tinggi. Pada delapan bulan akhir nilai tes matematika di desa ABC lebih tinggi dari pada desa non ABC ini mencerminkan perbaikan skor. Enam bulan terakhir diadakan kegiatan pembelajaran secara terus menerus dan disusun dalam bentuk portopolio dengan susunan sebagai berikut : 1) Mengaplikasikan pekerjaan  melek teknologi dan analisis, 2) memberikan latar belakang penelitian secara acak, 3) menjelaskan beberapa fitur kunci dari data, 4) menguraikan strategi estimasi kami, 5) hasil awal dan diskusi, 6)  menyediakan analisis efektifitas biaya sederhana dengan program ABC. Dari hasil temuan ini menawarkan diskusi untuk membuat kebijakan tentang relevansi pembelajaran dengan pelayanan mobile antara pembuat kebijakan dan penyedia layanan mobile.

  1. Informasi Teknologi dan Pendidikan
Ponsel sederhana dapat berfungsi sebagai alat pendidikan dengan memungkinkan orang dewasa untuk berlatih membaca, menulis, dan matematika melalui komunikasi dengan keluarga, teman dan teman bisnis. Sementara komunikasi tersebut dapat terjadi dengan suara, dengan layanan SMS biaya lebih murah. Dengan belajar menggunakan SMS dapat memperoleh keuntungan ganda yaitu membaca dan menulis, kedua dapat memahami banyak symbol (Bialistok, 1992). Kami mengekplorasi tiga saluran potensial melalui pelatihan berbasis SMS menghasilkan keuntungan tentang fungsi keaksaraan : Pertama : Bila digunakan secara efektif teknologi dapat langsung meningkatkan pembelajaran, Kedua : teknologi dan keterampilan saling melengkapi, Ketiga : dengan adanya teknologi komunikasi, melengkapi yang ada tidak hanya antara teknologi dengan keterampilan individu tetapi juga antar individu. Temuan ini menunjukkan bahwa teknologi informasi dapat membantu mempertahankan dampak setelah akhir program.(Linden et al 2003, Banerjee et al 2007)

  1. Proyek ABC
3.1  Deskripsi proyek dan perencanaan waktu penelitian
Proyek ABC dilaksanakan oleh Catholic Relief Services (CRS) di dua wilayah pedesaan Niger, Dosso dan Zinder, CRS adalah sebuah organisasi non pemerintah internasional (LSM) yang berada di 80 negara dan telah beroperasi diniger sejak tahun 1990-an. Niger adalah salah satu Negara termiskin dan Negara peringkat terendah pada Indeks Pembangunan Manusia PBB (IPM). Indikator didalam negeri sangat mencolok : lebih dari 71,3% dari populasi lebih dari 15 tergolong buta huruf pada tahun 2007 (INS dan Macro International, 2007). Dosso terutama dihuni oleh Zarma dan kelompok etnis Hausa, dengan kegiatan difokuskan pada produksi pertanian dan ternak kecil. Zinder terutama dihuni oleh Hausa dan kelompok etnis Kanuri dengan tradisi berkebun. Fokus utama dari program CRS di Niger adalah pertanian, air dan sanitasi, tanggap darurat dan pendidikan, termasuk melek huruf bagi orang dewasa. Dalam kemitraan dengan CRS  penulis mengembangkan kurikulum dengan memasukkan ponsel dalam pembelajaran baca tulis dan berhitung untuk orang dewasa di desa-desa program CRS. Ada 140 desa intervensi CRS dan 105 diantaranya layak untuk dijadikan study, kemudian dipilih secara acak dengan computer. Dalam tahun pertama 2009 terpilih 28 desa untuk berpartisipasi dalam program ABC, mulai bulan februari 2009 CRS menerapkan program keaksaraan untuk 59 desa di dua daerah, dengan dua kelas perdesa dipisahkan menurut gender. Sebanyak 50 slot  25 laki-laki dan 25 Perempuan yang tersedia untuk kelas keaksaraan di desa masing-masing. Layak pelamar kelas keaksaraan harus menjadi anggota asosiasi produsen yang sudah ada atau baru terbentuk dan tidak biasa membaca atau menulis dalam bahasa apapun, pelamar berhak mewakili dari 60 % dari populasi orang dewasa. Program ini tidak berlaku pada desa yang bukan wilayah intervensi CRS, dan desa yang tidak ada cakupan ponsel. Kelas dimulai bulan pebruari sampai dengan  juni setiap tahun selama 2 tahun. Semua kelas focus pada pembelajaran keaksaraan dan menghitung dalam bahasa lokal desa ( baik Zarma atau Hausa) pada tahun pertama dan topic keaksaraan terapan selama 11 bulan berikutnya. Peserta di desa-desa ABC mengikuti keaksaraan yang sama dan pelatihan berhitung seperti yang tradisional, tetapi dengan dua modifikasi : 1) Peserta dilatih bagaimana menggunakan ponsel secara sederhana termasuk menyalakan dan pengisian telepon, belajar bagaimana mengenali nomor dan huruf pada handset ponsel, mengirim dan menerima panggilan dan menulis dan membaca SMS, dan 2) Proyek yang disediakan ponsel untuk kelompok peserta literasi ( satu ponsel perkelompok 5 orang)

  1. Data
4.1  Survei dan Data Uji Skor
Dalam bagian ini diberikan informasi tentang data yang digunakan dalam makalah ini dan membandingkan karakteristik program desa (ABC) dan desa (non ABC). Dan belum memeriksa implikasi dari gesekan sample diseluruh program dan desa perbandingan meskipun deferensial.Tes membaca dan menghitung dikembangkan bekerjasama dengan Departemen pendidikan non formal dan identik dalam struktur dan kesulitan untuk semua putara survey antara dua daerah. Untuk menulis semua siswa diminta berpartisipasi dalam latihan dikte, dan Departemen Pendidikan non formal ditugaskan membagi skor menjadi 6 kategori : dari Level 0 sampai dengan level 6. Tingkat 0 benar-benar buta huruf, tingkat 1 menunjukkan tingkat minimum melek huruf, level 6 menyiratkan bahwa siswa benar –benar dapat menulis dua kalimat lengkap dengan pola kata yang lebih kompleks. Skor tes adalah data primer untuk menganalisis dampak keaksaraan dan berhitung berbasis mobile pada bidang pendidikan.. Dari hasil pra program menunjukkan bahwa membaca dan menghitung skor untuk desa pembanding mendekati nol, menunjukkan bahwa proyek ini berhasil dipilih peserta yang buta huruf sebelum awal program.

  1. Temuan
Fokus penelitian ini adalah pada  perkiraan dari dampak penggunaan ponsel dan skor tes kemampuan membaca dan menghitung. Untuk lebih memahami mekanisme yang mungkin mendasari dampak skor test, diperkirakan juga dampak program beberapa saluran, termasuk ukuran kualitas Guru.Memperkirakan dampak program adalah penting demikian menghargai heterogenitas.Dampak skor rata-rata uju dalam jangka pendek sample mencakup semua siswa yang berada di desa-desa program dan perbandingan pada tahun 2009.

5.1            Dampak skor rata-rata uji dalam jangka pendek.
Untuk program ini segera setelah delapan bulan program, secara umum kemampuan orang dewasa membaca dan menghitung lebih baik, dan mengalami peningkatan untuk niai matematika.Melek huruf dan matematika lebih tinggi didesa ABC, Kemampuan menulis sama-sama kuat kecuali kemampuan matematika lebih baik di desa ABC selama pendidikan tidak berlangsung. Artinya Program ABC tidak hanya untuk peningkatan dalam jangka pendek tetapi juga mengurangi penyusutan keterampilan selama pendidikan tidak berlangsung. Setelah enam bulan menunjukkan peserta di desa ABC benar bisa menulis huruf, suku kata dan dua suku kata sedangkan di desa non ABC hanya bisa menulis surat dan suku kata.Untuk keterampilan berhitung menunjukkan bukti serupa nilai tes meningkat pesat. Di desa ABC bahwa 1 dari 4 siswa mampu mencapai tingkat yang lebih tinggi berhitung karena ponsel.
5.2.  Fareasi hasil dari program
Hasil berdasarkan gender untuk seluruh sample dan menurut wilayah, efek tetap hasilnya konsisten. Program : Program ABC tidak memiliki efek jangka pendek yang signifikan secara statistic pada keaksaraan. Program ABC memiliki dampak positif dan signifikan secara statistic pada nilai matematika perempuan dalam keseluruhan sample namun kita tidak menola uji coba Chow yang menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.Program ABC lebih berguna pada usia yang lebih muda, dikarenakan factor lebih mudah dapat memperoleh manfaat dari akses SMS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar