Tugas 1
Mahasiswa Manajemen Pendidikan kelas IB
semester I Tahun 2012
Mata Kuliah : Statistik
Pendidikan dan Komputer
Judul :
ABC, 123: The Impact
of a Mobile Phone Literacy Program on Educational Outcomes
Jenny C. Aker, Christopher Ksoll and Travis J.
Lybbert
Oleh : PRAMONO
NIM : Q100120045
Kelas I B Semester I
Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA
Abstrak
Laporan Hasil
evaluasi secara acak dari program pembelajaran dengan menggunaan ponsel ( Proyek
ABC) di Niger, Bagaimana dampak system pembelajaran di kelas menggunakan ponsel
sebagai bagian dari kemampuan membaca dan menghitung.Secara keseluruhan
penggunaan ponsel oleh siswa menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam skor
tes membaca dan menghitung. Hal ini menunjukkan bahwa dengan system
pembelajaran program pendidikan dengan menggunakan ponsel bagi orang dewasa
efektif dalam meningkatkan pembelajaran. Siswa di desa ABC (Melek Ponsel)
menunjukkan peningkatan secara substansial dalam nilai ujian berhitung, tapi
tidak pada daerah lain, ada hasil yang bervareasi dalam program didaerah yang
lain, dampaknya lebih kuat di daerah yang lebih padat penduduknya, Selanjutnya
membaca maupun menghitung lebih baik untuk daerah yang penduduknya banyak yang
muda. Ada juga hasil yang menunjukkan dampak nyata : enam bulan pada satu tahun
akhir, siswa di desa-desa ABC mempertahankan terhadap apa yang telah mereka
pelajari lebih baik daripada siswa di daerah non ABC. Efek ini tidak disebabkan
oleh perbedaan kualitas Guru atau kehadiran guru maupun siswa. Hasil ini
menunjukkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi dapat berfungsi sebagai
alat pembelajaran yang efektif dan berkelanjutan di pedesaan dengan cara yang
sederhana dan murah.
- Pendahuluan
Akerlof dan
kranton (2002) menyatakan sepuluh tahun
terakhir membuktikan bahwa pendidikan yang efektif adalah membangun
keterampilan kognitif dan meningkatkan produktifitas, pendapatan, hasil
kesehatan, dan jaringan sosial. Selain itu peningkatan sumber daya manusia dilakukan
dengan meningkatkan kemampuan individu dan menghadapi banyak permasalahan
(Kasus 2006, Hanushek, 1995, Hanushek dan Woessmann, 2008, Krueger dan Lindahl,
2001)
Schultz
(1975) dengan menyempurnakan kemampuan seseorang untuk memperoleh informasi dan
menghasilkan suatu penemuan dan mendapatkan keuntungan dari teknologi baru (
Misalnya, Foster dan Rosenzweig, 1996). Meskipun betapa pentingnya pendidikan
dalam proses pembangunan, prestasi pendidikan tetap sangat rendah di beberapa
Negara termiskin di dunia. Sekitar 18 % dari orang dewasa di seluruh dunia
tidak dapat membaca dan menulis pada tahun 2005 (UNESCO 2008).
Angka
tersebut memacu investasi yang besar dibidang pendidikan dengan meningkatkan
infrastruktur sekolah, dan melibatkan pemerintah dalam penanganannya. Usia
anak-anak sekolah adalah focus utama pada investasi ini, pada Negara-negara
berkembang telah menginvestasikan dana yang besar untuk mengentaskan kemampuan
baca dan tulis bagi orang dewasa dengan harapan menuai hasil lebih baik bagi
individu maupun pada lingkup sosial yang lebih besar. Namun demikian beberapa
kajian skeptis dengan pembelajaran baca dan tulis bagi orang dewasa, yang
cenderung ditandai dengan rendahnya pendaftaran, tingkat putus sekolah yang
tinggi, dan cepat hilangnya keterampilan yang diperoleh (Ortega dan Rodriguez
2008). Romain dan Armstrong 1987, abadzi 1993 hal yang dikatakan mengecawakan
dan kurang menguntungkan dikarenakan adanya harapan yang tinggi tingkat
kemampuan baca tulis untuk pembangunan, serta kurangnya pemahaman bahwa
literacy didefinisikan sebagai keterampilan
: 1) merekam informasi dari beberapa jenis kode dipahami oleh orang yang
membuat catatan. 2) informasi decoding yang terekam demikian pula berhitung
didefinisikan sebagai keterampilan menggunakan dan merekam nomor dan operasi
numeric untuk berbagai tujuan.
Ponsel
memberikan kesempatan unik untuk mengatasi kendala-kendala untuk menghafal
aksara. Sebagian karena penyebaran yang cepat diseluruh dunia berkembang,
ponsel telah memberikan dampak potensial bagi pembangunan ekonomi (Bhavani, et
al.,2008).Sementara teknlogi informasi memiliki efek tidak langsung pada
pendidikan melalui peningkatan keuntungan (Jansen 2007), ponsel mungkin
memiliki efek yang lebih langsung terhadap pendidikan.Harga dari Short Message
Service (SMS) relative lebih murah dibandingkan dengan suara. Di banyak Negara
berkembang memberikan insentif keuangan yang kuat untuk menggunakan SMS,
sehngga orang dewasa berkesempatan untuk belajar menulis dan membaca dalam
bahasa setempat, dengan biaya murah dan dengan cara yang sederhana.
Kami
memperkirakan dampak positif dari berlatih membaca, menulis dan menghitung
dengan ponsel dengan teknik sederhana untuk orang dewasa laki-laki dan
perempuan diniger (Projek Alphabetisation de basis nominal cellulair, atau
ABC).
Ponsel
sebagai cakupan alat, telepon pendidikan dan handphone telah menyebar diseluruh
niger sejak tahun 2001, lebih dari 40% dari populasi memiliki akses cakupan
(GSMA data untuk tahun 2009) dan pelanggan telepon seluler mewakili 10 % dari
populasi ( data Wireles Intelegence tahun 2009), Niger adalah pemerintahan yang
teratur, potensi membaca dan menghitung dengan jaringan telepon sebagai
indikator pendidikan adalah salah satu terburuk didunia lebih dari 73,3 % penduduknya tergolong buta
huruf (INS dan Macro Internasional, 2007
).
Makalah ini
melaporkan hasil evaluasi secara acak dari kemampuan baca, tulis dan berhitung
dengan berbasis ponsel (Proyek ABC).Proyek ini dilakukan didua wilayah niger,
masing-masing dilakukan acak dan
terpisah antara variable perlakuan dengan variable control. Setelah satu tahun
program, dan menggunakan setengah dari sample kami menemukan bukti positif
pembelajaran dengan ponsel memberikan dampak positif pada hasil pendidikan.
Pada program ABC skor tes matematika untuk orang dewasa meningkat, terlebih
pada daerah padat penduduknya, sementara siswa yang lebih muda memperoleh hasil
yang paling tinggi. Pada delapan bulan akhir nilai tes matematika di desa ABC
lebih tinggi dari pada desa non ABC ini mencerminkan perbaikan skor. Enam bulan
terakhir diadakan kegiatan pembelajaran secara terus menerus dan disusun dalam
bentuk portopolio dengan susunan sebagai berikut : 1) Mengaplikasikan
pekerjaan melek teknologi dan analisis, 2)
memberikan latar belakang penelitian secara acak, 3) menjelaskan beberapa fitur
kunci dari data, 4) menguraikan strategi estimasi kami, 5) hasil awal dan
diskusi, 6) menyediakan analisis
efektifitas biaya sederhana dengan program ABC. Dari hasil temuan ini
menawarkan diskusi untuk membuat kebijakan tentang relevansi pembelajaran
dengan pelayanan mobile antara pembuat kebijakan dan penyedia layanan mobile.
- Informasi Teknologi dan Pendidikan
Ponsel
sederhana dapat berfungsi sebagai alat pendidikan dengan memungkinkan orang
dewasa untuk berlatih membaca, menulis, dan matematika melalui komunikasi
dengan keluarga, teman dan teman bisnis. Sementara komunikasi tersebut dapat
terjadi dengan suara, dengan layanan SMS biaya lebih murah. Dengan belajar
menggunakan SMS dapat memperoleh keuntungan ganda yaitu membaca dan menulis,
kedua dapat memahami banyak symbol (Bialistok, 1992). Kami mengekplorasi tiga
saluran potensial melalui pelatihan berbasis SMS menghasilkan keuntungan
tentang fungsi keaksaraan : Pertama : Bila digunakan secara efektif teknologi
dapat langsung meningkatkan pembelajaran, Kedua : teknologi dan keterampilan
saling melengkapi, Ketiga : dengan adanya teknologi komunikasi, melengkapi yang
ada tidak hanya antara teknologi dengan keterampilan individu tetapi juga antar
individu. Temuan ini menunjukkan bahwa teknologi informasi dapat membantu
mempertahankan dampak setelah akhir program.(Linden et al 2003, Banerjee et al
2007)
- Proyek ABC
3.1 Deskripsi proyek dan perencanaan
waktu penelitian
Proyek ABC
dilaksanakan oleh Catholic Relief Services (CRS) di dua wilayah pedesaan Niger,
Dosso dan Zinder, CRS adalah sebuah organisasi non pemerintah internasional
(LSM) yang berada di 80 negara dan telah beroperasi diniger sejak tahun
1990-an. Niger adalah salah satu Negara termiskin dan Negara peringkat terendah
pada Indeks Pembangunan Manusia PBB (IPM). Indikator didalam negeri sangat
mencolok : lebih dari 71,3% dari populasi lebih dari 15 tergolong buta huruf
pada tahun 2007 (INS dan Macro International, 2007). Dosso terutama dihuni oleh
Zarma dan kelompok etnis Hausa, dengan kegiatan difokuskan pada produksi
pertanian dan ternak kecil. Zinder terutama dihuni oleh Hausa dan kelompok
etnis Kanuri dengan tradisi berkebun. Fokus utama dari program CRS di Niger
adalah pertanian, air dan sanitasi, tanggap darurat dan pendidikan, termasuk
melek huruf bagi orang dewasa. Dalam kemitraan dengan CRS penulis mengembangkan kurikulum dengan
memasukkan ponsel dalam pembelajaran baca tulis dan berhitung untuk orang
dewasa di desa-desa program CRS. Ada 140 desa intervensi CRS dan 105
diantaranya layak untuk dijadikan study, kemudian dipilih secara acak dengan
computer. Dalam tahun pertama 2009 terpilih 28 desa untuk berpartisipasi dalam
program ABC, mulai bulan februari 2009 CRS menerapkan program keaksaraan untuk
59 desa di dua daerah, dengan dua kelas perdesa dipisahkan menurut gender.
Sebanyak 50 slot 25 laki-laki dan 25
Perempuan yang tersedia untuk kelas keaksaraan di desa masing-masing. Layak
pelamar kelas keaksaraan harus menjadi anggota asosiasi produsen yang sudah ada
atau baru terbentuk dan tidak biasa membaca atau menulis dalam bahasa apapun,
pelamar berhak mewakili dari 60 % dari populasi orang dewasa. Program ini tidak
berlaku pada desa yang bukan wilayah intervensi CRS, dan desa yang tidak ada
cakupan ponsel. Kelas dimulai bulan pebruari sampai dengan juni setiap tahun selama 2 tahun. Semua kelas
focus pada pembelajaran keaksaraan dan menghitung dalam bahasa lokal desa (
baik Zarma atau Hausa) pada tahun pertama dan topic keaksaraan terapan selama
11 bulan berikutnya. Peserta di desa-desa ABC mengikuti keaksaraan yang sama
dan pelatihan berhitung seperti yang tradisional, tetapi dengan dua modifikasi
: 1) Peserta dilatih bagaimana menggunakan ponsel secara sederhana termasuk
menyalakan dan pengisian telepon, belajar bagaimana mengenali nomor dan huruf
pada handset ponsel, mengirim dan menerima panggilan dan menulis dan membaca
SMS, dan 2) Proyek yang disediakan ponsel untuk kelompok peserta literasi (
satu ponsel perkelompok 5 orang)
- Data
4.1 Survei dan Data Uji Skor
Dalam
bagian ini diberikan informasi tentang data yang digunakan dalam makalah ini
dan membandingkan karakteristik program desa (ABC) dan desa (non ABC). Dan
belum memeriksa implikasi dari gesekan sample diseluruh program dan desa
perbandingan meskipun deferensial.Tes membaca dan menghitung dikembangkan
bekerjasama dengan Departemen pendidikan non formal dan identik dalam struktur
dan kesulitan untuk semua putara survey antara dua daerah. Untuk menulis semua
siswa diminta berpartisipasi dalam latihan dikte, dan Departemen Pendidikan non
formal ditugaskan membagi skor menjadi 6 kategori : dari Level 0 sampai dengan
level 6. Tingkat 0 benar-benar buta huruf, tingkat 1 menunjukkan tingkat
minimum melek huruf, level 6 menyiratkan bahwa siswa benar –benar dapat menulis
dua kalimat lengkap dengan pola kata yang lebih kompleks. Skor tes adalah data
primer untuk menganalisis dampak keaksaraan dan berhitung berbasis mobile pada
bidang pendidikan.. Dari hasil pra program menunjukkan bahwa membaca dan
menghitung skor untuk desa pembanding mendekati nol, menunjukkan bahwa proyek
ini berhasil dipilih peserta yang buta huruf sebelum awal program.
- Temuan
Fokus
penelitian ini adalah pada perkiraan
dari dampak penggunaan ponsel dan skor tes kemampuan membaca dan menghitung.
Untuk lebih memahami mekanisme yang mungkin mendasari dampak skor test,
diperkirakan juga dampak program beberapa saluran, termasuk ukuran kualitas
Guru.Memperkirakan dampak program adalah penting demikian menghargai
heterogenitas.Dampak skor rata-rata uju dalam jangka pendek sample mencakup
semua siswa yang berada di desa-desa program dan perbandingan pada tahun 2009.
5.1
Dampak skor rata-rata uji dalam
jangka pendek.
Untuk
program ini segera setelah delapan bulan program, secara umum kemampuan orang
dewasa membaca dan menghitung lebih baik, dan mengalami peningkatan untuk niai
matematika.Melek huruf dan matematika lebih tinggi didesa ABC, Kemampuan
menulis sama-sama kuat kecuali kemampuan matematika lebih baik di desa ABC
selama pendidikan tidak berlangsung. Artinya Program ABC tidak hanya untuk
peningkatan dalam jangka pendek tetapi juga mengurangi penyusutan keterampilan
selama pendidikan tidak berlangsung. Setelah enam bulan menunjukkan peserta di
desa ABC benar bisa menulis huruf, suku kata dan dua suku kata sedangkan di
desa non ABC hanya bisa menulis surat dan suku kata.Untuk keterampilan
berhitung menunjukkan bukti serupa nilai tes meningkat pesat. Di desa ABC bahwa
1 dari 4 siswa mampu mencapai tingkat yang lebih tinggi berhitung karena
ponsel.
5.2. Fareasi hasil dari program
Hasil
berdasarkan gender untuk seluruh sample dan menurut wilayah, efek tetap
hasilnya konsisten. Program : Program ABC tidak memiliki efek jangka pendek
yang signifikan secara statistic pada keaksaraan. Program ABC memiliki dampak
positif dan signifikan secara statistic pada nilai matematika perempuan dalam
keseluruhan sample namun kita tidak menola uji coba Chow yang menyatakan tidak
ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.Program ABC lebih
berguna pada usia yang lebih muda, dikarenakan factor lebih mudah dapat
memperoleh manfaat dari akses SMS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar