Kamis, 29 November 2012

Tugas 2 Komputer dan Statistik pendidikan : Memasukkan file Powerpoint kedalam Blog

Berikut File Power Point saya dengan Judul 

"Meningkatkan Kemampuan TIK Guru Untuk Pembelajaran Abad Ke-21"





Lihat dan Download  Pramono tugas 2 


Selasa, 27 November 2012

Lanjutan Tugas 2 Komputer dan Statistik


A.      Pendahuluan
1.       Latar Belakang Masalah
TIK untuk pendidikan diKorea telah menunjukkan perkembangan progresif dan telah berkembang sejak dimulai nya rencana IT master pertama dikorea pada tahun 1996 ( Hwang, Yang & Kim). Kemampuan Guru pada saat itu sudah dianggap cukup karena dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan ICT . Peran dan kompetensi  Guru menjadi satu hal yang harus mulai diperhatikan karena Guru dituntut berkembang dengan adanya perubahan kemajuan dalam masyarakat yang cepat, dan masuknya teknologi baru . Artinya seberapa baik guru telah siap untuk menghadapi tantangan dan kompleksitas dari pengajaran dan pembelajaran di abad ke-21. Bagaimana arah dan langkah apa yang harus diambil untuk lebih mempersiapkan generasi baru Guru. Mengingat perlu adanya perubahan system pendidikan guru.
2.       Tujuan Penelitian
a.       Makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi pendekatan system pendidikan yang baru untuk meningkatkan kemampuan TIK guru untuk pembelajaran di abad 21, dengan mempertimbangkan kondisi pendidikan ICT untuk guru di Korea.

b.      Tiga model pendidikan  guru diperkenalkan dan diperiksa bagaimana disain dan pemberlakuan dari program tersebut memberikan kontribusi terhadap kemampuan TIK guru untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran abad 21.


B.      Kajian Teori
1.       Kemampuan TIK guru untuk pembelajaran abad 21
Sifat teknologi untuk pengajaran dan pembelajaran menjadi  semakin memasyarakat, kolektif, dan multi modal sejak munculnya  teknologi tinggi dan adopsi cepat dari web 2.0. Program yang sebagian besar berbasis keterampilan TIK menuntut adanya pelatihan keterampilan bagi  guru dengan pendekatan yang tepat untuk menangani masalah yang kompleks, koneksi, pedagogi dan teknologi ( Jadi & Kim, 2009). Kebutuhan penting untuk guru adalah keahlian adaptif, Hammerness, darling hamond dan basford (2005) menunjukkan bahwa keahlian adaptif melibatkan dua dimensi keahlian, efisiensi dimensi dan dimensi inovasi. Dimensi efisiensi berarti kemampuan yang lebih besar untuk melakukan tugas tertentu tanpa harus mencurahkan banyak pengembangan kegiatan untuk mencapai tujuan. Dimensi inovasi  Melibatkan gerakan diluar rutinitas yang ada dan sering membutuhkan orang untuk memikirkan kembali ide-ide kunci, praktik,  dan bahkan nilai-nilai untuk membuat suatu perubahan.
2.       Pendekatan sosial budaya : ICT dan pendidikan guru Korea.
TIK  diintegrasikan dalam konteks pendidikan sejak pengumuman pertama IT master plan untuk korea 1996 yang mempromosikan penggunaan e-portal, elearning dan u-learning. Baru-baru ini pemerintah korea (MEST,2011) telah mengumumkan kebijakan pendidikan dan pembelajaran cerdas pengetahuan baru untuk masyarakat. Seiring dengan  kebijakan strategis pemerintah menuju belajar cerdas, pelatihan dan pengembangan guru perlu mencerminkan pembelajaran baru dibidang teknologi dan pedagogi dalam kurikulumnya.
Program pelatihan guru di korea sudah dilakukan untuk mendukung kebijakan nasional ICT untuk pendidikan sejak akhir 1980-an (Hwang et al.2010). Namun pemerintah belum merumuskan  kebijakan  khusus  pendidikan ICT untuk pra layanan pendidikan guru, sebaliknya lembaga pengontrol diberikan kewenangan kepada lembaga pendidikan guru (TEIs) dan perguruan tinggi. Oleh karena itu program ICT dalam pendidikan bervareasi antara lembaga yang satu dengan lainnya. Dalam tulisan ini membahas tiga kasus pada pelatihan TIK guru. Tiga kasus sengaja dipilih untuk menganalisa bagaimana pendekatan baru kemampuan TIK guru dirumuskan untuk guru bangunan. Ketiga kasus  tersebut adalah konteks TEIs, dimana penulis berafiliasi. Tiga penulis makalah ini berpartisipasi dalam setiap kasus sebagai instruktur.

C.      Pembahasan
1.       Kasus/Model  1 : Pembelajaran Scratch untuk berpikir komputasi dan kreatif
Tempat Penelitian dan tawaran Program
Kursus yang ditawarkan oleh Chuncheon Nasional Universitas Pendidikan (CcNUE) yang didirikan pada tahun 1939 untuk pendidikan guru sekolah dasar. “Praktek Komputer” yang dirancang untuk membantu pengembangan  guru untuk “fasih digital” dengan mengelola informasi dan bahan ajar. Pemrograman computer mendukung pengembangan kecakapan berpikir yang lebih tinggi sebagai pemikiran komputasi dan kemampuan memecahkan masalah (Papert, 1980:,Resnick et al, 2009, Wing, 2006), disamping menyediakan fasilitas pengembangan guru untuk merefleksikan proses berpikir mereka sendiri. Akibatnya guru dapat mengembangkan diri menjadi lebih menguasai media  dengan merancang, membuat, dan mengekspresikan diri dengan teknologi digital.
Tujuan Belajar program Scratch
·         Scratch menyediakan blok visual, seperti gerak, pandangan, suara, pena, control, penginderaan, operator, dan variable.
·         Scratch memungkinkan pengguna dengan mudah membuat media yang kaya konten dengan menggabungkan grafis, suara dan animasi.
·         Selain itu scratch memindahkan focus dari kursus pemrograman mastering bahasa ketingkat keterampilan yang lebih tinggi seperti pemecahan masalah, berpikir kreatif, penalaran logis, dll.
·         Scratch mempromosikan learning by doing dengan pemahaman untuk pengembangan kemampuan adaptif guru.
·         Sratch merancang siswa untuk datang dengan solusi kreatif dengan melakukan uji coba dengan program fragmen.
Struktur dan Metode
Kursus praktek computer dengan sembilan modul  ditambah  sesi orientasi.
·         Dalam modul orientasi, pelatihan guru diperkenalkan dengan apa yang dapat dilakukan dengan scratch dan menjadi akrap dengan penggunaan gores, jenis blok bangunan, dan fungsi dasar scratch.
·         Setiap modul berfokus pada kategori blok dan menyediakan sebuah rencana pembuatan scratch kecil, sehingga para peserta dapat melakukan percobaan dengan berbagai  jenis coding blok untuk penyelesaian rencana pembuatan scratch.
·         Modul panduan pelatihan guru untuk membuat animasi, buku memo, permainan, kuis, seni visual, musik, tarian, dll.
·         Modul terakhir para siswa belajar memasukkan sebuah Picoboard untuk menangkap informasi dari luar Komputer. (Modul ini dirancang untuk pelatihan guru untuk membuat berbagai jenis mengajar dan belajar konten yang mereka dapat memanfaatkan dalam konteks masa depan mereka mengajar).
·         Setelah selesai dari sembilan modul, peserta merancang dan mengimplementasikan proyek mereka sendiri di kelompok kedua.
·         Guru memilih topic apapun dimata pelajaran SD, mengembangkan rencana pelajaran, dan membuat konten pembelajaran yang dapat digunakan dam konteks rencana pelajaran mereka.
·         Pada akhir semester, setiap kelompok menyajikan proyek mereka sendiri di kelas, dan ditunjuk 2 orang untuk memberikan umpan balik untuk meningkatkan fitur yang telah dibuat.

2 contoh tugas akhir dari pelatihan guru :
Gambar 1 : Screen shot dari tugas akhir pra service guru (ilmu kelas 5)
Gambar 2 : Screen shot dari tugas akhir pra service guru (ilmu kelas 5)

Evaluasi
Untuk mencari persepsi peserta terhadap kursus pemrograman scratch, survey dilakukan pada tahun ketiga pelatihan guru yang mengambil kursus praktek computer pada semester musim gugur tahun 2010. Survei ini meliputi dua bagian : belajar keterampilan dan penggunaan prospektif  mengajar  di masa yang akan datang. Persepsi  peserta memperoleh keterampilan belajar melalui Scratch adalah keseluruhan positif, peserta dianggap bahwa program scratch membantu untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif, keterampilan pemecahan diikuti oleh masalah, komunikasi keterampilan, kemandirian dan kemampuan menerima informasi dari media dan literature. Mereka juga menjawab bahwa mereka akan menggunakan scratch untuk mengembangkan bahan ajar dalam praktek mengajar masa yang akan datang.
Pelajaran : Kelebihan dan Tantangan
Kelebihan :
·         Scratch membantu pelatihan guru focus pada apa yang bisa mereka lakukan dengan bahasa pemrograman
·         Mendapatkan konsep pemrograman menjadi implisit ketimbang eksplisit.
·         Peserta senang memiliki blog tersendiri, karena tidak perlu khawatir tentang debuging kesalahan sintaksis, dan mampu menciptakan nyata produk dari awal kursus.
·         Pendekatan pembelajaran kreatif dan inovatif.
·         Proses belajar dengan scratch memungkinkan belajar satu dengan yang lain.
Tantangan :
·         Bagaimana pemikiran perancang  proses pengembangan guru, karena mereka harus mengejar proyek-proyek baru yang semakin kompleks dengan integrasi ide-ide baru.
·         Pengembangan guru perlu mempertimbangkan bagaimana menggunakan scratch untuk menciptakan konten pendidikan dengan cara yang pedagogis bermakna.

2.       Kasus/Model 2 :Belajar robotika sebagai teknologi baru untuk berpikir konvergen dan divergen
Tempat Penelitian dan tawaran Program
Cheongju National University of Education (CjNUE), didirikan pada tahun 1941, telah membangun reputasi ICT dalam pendidikan Guru sebagai lembaga yang memenangkan penghargaan kontes untuk pengembangan perangkat lunak untuk guru yang diselenggarakan oleh Pendidikan Korea dan Penelitian Layanan Informasi tahun 2006-2009.
Tujuan Belajar
·         Meningkatkan kemampuan persiapan guru untuk berpikir dan melakukan pembelajaran kreatif, dengan merancang dan pemrograman berbasis web courseware
·         Memfasilitasi pemahaman yang lebih baik dari proses berpikir  nyata dalam pengajaran praktik.
Struktur dan metode
Kursus terdiri dari lima modul : gambaran, melek huruf, desain, implementasi dan diskusi
·         Modul gambaran meliputi review dan kritik sesi selama persiapan guru dengan melihat dan mendiskusikan berbagai pembelajaran yang diberikan dengan pengembangan perangkat lunak. (membantu perencanaan pembelajaran masa mendatang bagi peserta)
·         Modul literasi, Penggunaan flash dan actionscrip diperkenalkan selama dua minggu.
·         Peserta merancang dan mengembangkan courseware secara individu dan kelompok selama sembilan minggu
·         Menguji prototype cousware dengan rekan-rekan
·         Modul terakhir guru belajar tentang konsep robot berbasis courseware, berdasarkan IROBIQ layanan pendidikan  robot  dengan demonstrasi ( banyak kegiatan diskusi)

Gambar 3  menunjukkan demonstrasi robot yang dirancang untuk ilmu pengetahuan dasar kelas 5, perubahan volume sesuai dengan tingkat panas.
Evaluasi dan pelajaran
Evaluasi kursus resmi dari Universitas termasuk 347 pelatihan guru yang mengambil kursus pada tahun 2008 dan 2009. Hasil penelitian menunjukkan persepsi positif dari peserta, mereka merasa cocok untuk memenuhi kebutuhan pelajar untuk belajar berpikir, isi yang unik dibandimg program yang lain, peningkatan keterampilan teknis tentang ICT dan pengembangan diri.
Kelebihan :
·         Guru mampu mendapatkan peluang untuk kreatif berpikir disain, berpikir logis selama pengembangan dan pemrograman
·         Berpikir divergen dan konvergen selama diskusi dan berbagi ide
·         Melatih keahlian adaptif melalui berpikir teknologi dan pemecahan masalah
·         Melampaui lingkup melek computer dan berfokus pada merancang bahan ajar berdasarkan pengetahuan pedagogis dan berpikir kreatif.
Tantangan :
·         Guru merasa sulit untuk untuk mengikuti semua kegiatan kursus yang termasuk storyboard, penanganan grafis computer, desain interaksi dan pemrograman, dan pengenalan courseware robot.
·         Kesulitan untuk mengintegrasikan cutting-edge teknologi kedalam universitas dan anggaran untuk pembelian robot.

3.       Kasus/Model 3 : Belajar dengan desain untuk system berpikir
Tempat Penelitian dan tawaran Program
Mengeksplorasi upaya Nasional Korea Universitas Pendidikan (KNUE) terhadap mempersiapkan guru untuk masa depan kaya teknologi dalam pembelajaran.
Tujuan Belajar :
·         Membantu peserta dapat berpikir sistematis dan memiliki keahlian adaptif melalui learning by desain dengan pendekatan system.
·         Mempersiapkan guru mengembangkan pemikiran sistematis dengan koordinasi berbagai komponen untuk menciptakan lingkungan belajar yang baru untuk abad ke 21 termasuk kurikulum, konten, mahasiswa, mengajar dan metode penilaian, dan teknologi.
Struktur dan Metode
Kegiatan kursus terdiri dari dua bagian utama : Sistem instruksional desain (ISD) dan desain tkaya eknologi pada lingkungan belajar.
1.       Berfokus pada instruksional  desain system berdasarkan behaviorisme
·         Modul pada bagian ini dirancang untuk membantu peserta mengembangkan pandangan epistemic  pada desain instruksional dengan pendekatam system dalam hal memahami kompleksitas desain instruksional  komponen dan prosedur. Berdasarkan pemahaman mendasar tersebut, peserta beralih  ke desain  kaya teknologi untuk lingkungan belajar.
2.       Berfokus pada perancangan kaya teknologi, berpusat pada lingkungan belajar siswa berbasis pada konstruktivisme.
·         Pada bagian ini terdiri dari lima modul, termas uk pengenalan linglkungan pembelajaran konstruktivistik, aktivitas teori berbasis desain, didistribusikan kognisi berbasis desain, dan desain membumi.
·         Pada akhir bagian, peserta diminta untuk melengkapi laporan desain yang menggambarkan bagaimana merancang kaya teknologi dalam pembelajaran berdasarkan pendekatan konstruktivis.
Evaluasi dan Pelajaran
Peserta memberikan persepsi baik  terhadap pengalaman desain instruksional untuk merancang pembelajaran yang kaya teknologi dalam pembelajaran mulai dari awal pelatihan sampai dengan laporan desain ISD berupa pengalaman positif maupun negative, Mengenai persepsi peserta untuk desain instruksional dengan pendekatan system semua menunjukkan kesulitan dalam menyelesaikan desain instruksional untuk konteks asing, namun melalui pengalaman belajar, peserta bisa mengembangkan pandangan menyeluruh  dan sikap terhadap perpektif desain yang menggabungkan  berpikir sistematis dan keahlian adaptif.
Kelebihan
·         Melalui pengalaman belajar, peserta bisa mengembangkan pandangan epistemis dan sikap terhadap perspektif desain yang meliputi sitem pemikiran dan keahlian adaptif.
·         pengalaman belajar para peserta dapat mengambil kursus lain yang lebih maju.
Tantangan :
·         Seluruh peserta mengalami kesulitan dalam menyelesaikan desain instruksional untuk konteks asing.
·         Draf laporan desain peserta tidak mewakili komprehensif pembelajaran lingkungan dengan baik, kaya teknologi kurang teranalisis secara mendalam, diperlukan keselarasan antara landasan teori dan teknologi
·         Desain II, pada semester berikut untuk menerapkan dan memperluas pemikiran mereka untuk menciptakan teknologi dalam pembelajaran yang selaras dengan keahlian adaptif yang dimiliki.


D.      Kesimpulan

·         Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memperkenalkan dan membahas tiga kasus pendidikan guru di korea sebagai pendekatan baru untuk pembelajaran abad ke-21, dan untuk menganalisis apa fitur yang ditawarkan dapat digolongkan  sebagai pendekatan baru.
·         Kasus 1 dan 3 memandang bahwa TIK sebagai alat mediasi bagi guru untuk belajar keterampilan berpikir dan keyakinan, seperti komputasi, kreatif, atau system berpikir , yang terdiri dari keterampilan dasar untuk beradaptasi dengan komplektifitas perkembangan pendidikan saat ini.
·         Kasus 2 menunjukkan kemungkinan memperluas konsepsi tradisional dengan TIK, Ilustrasi guru mengembangkan kapasitasnya untuk belajar teknologi terdepan seperti robotika, untuk berpikir konvergen dan divergen, dan bagaimana  membantu persiapan guru memahami potensi dan tantangan  proses belajar mengajar masa mendatang.
·         Ketiga kasus menjelaskan  tentang pentingnya  membangun ICT dalam pendidikan ,  bagi kami guru mendatang dalam menerapkan ICT dalam pendidikan perlu mempertimbangkan kembali  keselarasan desain TIK, dengan modul secara konsisten.

E.       Saran-saran

·         Pemilihan tiga kasus adalah purposive karena bertujuan untuk memilih dan menganalisis kasus yang mengungkapkan fenomena penelitian, yang membongkar membuat pendekatan yang lebih inovatif untuk program TIK dalam konteks pendidikan guru, untuk selanjutnya maka perlu dibuat generalizing temuan.
·         Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dalam pengembangan kapasitas TIK untuk guru dan model pelatihan guru dengan melibatkan jumlah kasus yang lebih banyak dan dari berbagai sumber data.
·         Makalah ini merupakan kegiatan awal untuk mengeksplorasi pendekatan baru untuk pendidikan guru untuk abad ke 21, berikutnya diperlukan untuk meneliti tentang proses pembelajaran guru mulai dari pelatihan sampai dengan aplikasi dilapangan secara lebih mendalam.

Abstrak Tugas 2 Statistik dan Komputer


MENINGKATKAN  KEMAMPUAN TIK GURU UNTUK PEMBELAJARAN ABAD KE-21

Abstrak
Guru Korea Pada Umumnya dianggap terlatih untuk mengintegrasikan TIK kedalam mereka mengajar sejak dimulainya rencana Pertama IT master korea pada tahun 1996. Namun sejak kemunculan dan penerapan teknologi terdepan dan perkembangan pengetahuan baru ditengah masyarakat menuntut kompetensi guru untuk berkembang. Mengingat perubahan paradigma adanya peniningkatan pendidikan guru tersebut, makalah ini bertujuan mengekplorasi pendekatan pendidikan guru yang terbaru  untuk meningkatkan kemampuan  TIK guru untuk pembelajaran di abad 21. Dari hasil kajian literatur mengisyaratkan peran guru masa depan termasuk keterampilan melek media baru dan keahlian bidang adaptif yang efisien dan inovatif. Dari perspektif ini kita memeriksa tiga kasus :
1.       Belajar pemrograman  scractch untuk berpikir komputasi dan kraeatif.
2.       Belajar robotika untuk berpikir konvergen dan divergen
3.       Belajar desain dengan ICT untuk  berpikir sistematis.
Pendekatan baru memiliki kelebihan seperti,  :
·         focus pada keterampilan berpikir daripada keterampilan teknis,
·         menyediakan berbagai konteks yang berbeda dari pembelajaran kelas biasa
·         Membantu guru untuk mengembangkan keahlian adaptif
Peserta dari ketiga kasus mengalami kesulitan dalam :
·         mengintegrasikan ide-ide baru yang berhubungan dengan berbagai  vareasi kegiatan
·         pemahaman konteks desain yang rumit perlu kerja komprehensif
perlu penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki proses pembelajaran dan hasil pembelajaran Guru yang lebih mendalam dan banyak kasus dan dari berbagai sumber data untuk meverifikasi potensi dan tantangan pendekatan pembelajaran yang lebih bersaing.


Tugas 1 Komputer dan Statistik

Tugas 1 Mahasiswa Manajemen Pendidikan  kelas IB semester I Tahun 2012
              Mata Kuliah : Statistik Pendidikan dan Komputer

Judul :
ABC, 123: The Impact of a Mobile Phone Literacy Program on Educational Outcomes

Jenny C. Aker, Christopher Ksoll and Travis J. Lybbert

Oleh : PRAMONO
NIM : Q100120045
Kelas I B Semester I
Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA



Abstrak
Laporan Hasil evaluasi secara acak dari program pembelajaran dengan menggunaan ponsel ( Proyek ABC) di Niger, Bagaimana dampak system pembelajaran di kelas menggunakan ponsel sebagai bagian dari kemampuan membaca dan menghitung.Secara keseluruhan penggunaan ponsel oleh siswa menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam skor tes membaca dan menghitung. Hal ini menunjukkan bahwa dengan system pembelajaran program pendidikan dengan menggunakan ponsel bagi orang dewasa efektif dalam meningkatkan pembelajaran. Siswa di desa ABC (Melek Ponsel) menunjukkan peningkatan secara substansial dalam nilai ujian berhitung, tapi tidak pada daerah lain, ada hasil yang bervareasi dalam program didaerah yang lain, dampaknya lebih kuat di daerah yang lebih padat penduduknya, Selanjutnya membaca maupun menghitung lebih baik untuk daerah yang penduduknya banyak yang muda. Ada juga hasil yang menunjukkan dampak nyata : enam bulan pada satu tahun akhir, siswa di desa-desa ABC mempertahankan terhadap apa yang telah mereka pelajari lebih baik daripada siswa di daerah non ABC. Efek ini tidak disebabkan oleh perbedaan kualitas Guru atau kehadiran guru maupun siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi dapat berfungsi sebagai alat pembelajaran yang efektif dan berkelanjutan di pedesaan dengan cara yang sederhana dan murah.

  1. Pendahuluan
Akerlof dan kranton  (2002) menyatakan sepuluh tahun terakhir membuktikan bahwa pendidikan yang efektif adalah membangun keterampilan kognitif dan meningkatkan produktifitas, pendapatan, hasil kesehatan, dan jaringan sosial. Selain itu peningkatan sumber daya manusia dilakukan dengan meningkatkan kemampuan individu dan menghadapi banyak permasalahan (Kasus 2006, Hanushek, 1995, Hanushek dan Woessmann, 2008, Krueger dan Lindahl, 2001)
Schultz (1975) dengan menyempurnakan kemampuan seseorang untuk memperoleh informasi dan menghasilkan suatu penemuan dan mendapatkan keuntungan dari teknologi baru ( Misalnya, Foster dan Rosenzweig, 1996). Meskipun betapa pentingnya pendidikan dalam proses pembangunan, prestasi pendidikan tetap sangat rendah di beberapa Negara termiskin di dunia. Sekitar 18 % dari orang dewasa di seluruh dunia tidak dapat membaca dan menulis pada tahun 2005 (UNESCO 2008).
Angka tersebut memacu investasi yang besar dibidang pendidikan dengan meningkatkan infrastruktur sekolah, dan melibatkan pemerintah dalam penanganannya. Usia anak-anak sekolah adalah focus utama pada investasi ini, pada Negara-negara berkembang telah menginvestasikan dana yang besar untuk mengentaskan kemampuan baca dan tulis bagi orang dewasa dengan harapan menuai hasil lebih baik bagi individu maupun pada lingkup sosial yang lebih besar. Namun demikian beberapa kajian skeptis dengan pembelajaran baca dan tulis bagi orang dewasa, yang cenderung ditandai dengan rendahnya pendaftaran, tingkat putus sekolah yang tinggi, dan cepat hilangnya keterampilan yang diperoleh (Ortega dan Rodriguez 2008). Romain dan Armstrong 1987, abadzi 1993 hal yang dikatakan mengecawakan dan kurang menguntungkan dikarenakan adanya harapan yang tinggi tingkat kemampuan baca tulis untuk pembangunan, serta kurangnya pemahaman bahwa literacy didefinisikan sebagai keterampilan  : 1) merekam informasi dari beberapa jenis kode dipahami oleh orang yang membuat catatan. 2) informasi decoding yang terekam demikian pula berhitung didefinisikan sebagai keterampilan menggunakan dan merekam nomor dan operasi numeric untuk berbagai tujuan.
Ponsel memberikan kesempatan unik untuk mengatasi kendala-kendala untuk menghafal aksara. Sebagian karena penyebaran yang cepat diseluruh dunia berkembang, ponsel telah memberikan dampak potensial bagi pembangunan ekonomi (Bhavani, et al.,2008).Sementara teknlogi informasi memiliki efek tidak langsung pada pendidikan melalui peningkatan keuntungan (Jansen 2007), ponsel mungkin memiliki efek yang lebih langsung terhadap pendidikan.Harga dari Short Message Service (SMS) relative lebih murah dibandingkan dengan suara. Di banyak Negara berkembang memberikan insentif keuangan yang kuat untuk menggunakan SMS, sehngga orang dewasa berkesempatan untuk belajar menulis dan membaca dalam bahasa setempat, dengan biaya murah dan dengan cara yang sederhana.
Kami memperkirakan dampak positif dari berlatih membaca, menulis dan menghitung dengan ponsel dengan teknik sederhana untuk orang dewasa laki-laki dan perempuan diniger (Projek Alphabetisation de basis nominal cellulair, atau ABC).
Ponsel sebagai cakupan alat, telepon pendidikan dan handphone telah menyebar diseluruh niger sejak tahun 2001, lebih dari 40% dari populasi memiliki akses cakupan (GSMA data untuk tahun 2009) dan pelanggan telepon seluler mewakili 10 % dari populasi ( data Wireles Intelegence tahun 2009), Niger adalah pemerintahan yang teratur, potensi membaca dan menghitung dengan jaringan telepon sebagai indikator pendidikan adalah salah satu terburuk didunia  lebih dari 73,3 % penduduknya tergolong buta huruf  (INS dan Macro Internasional, 2007 ).
Makalah ini melaporkan hasil evaluasi secara acak dari kemampuan baca, tulis dan berhitung dengan berbasis ponsel (Proyek ABC).Proyek ini dilakukan didua wilayah niger, masing-masing dilakukan acak  dan terpisah antara variable perlakuan dengan variable control. Setelah satu tahun program, dan menggunakan setengah dari sample kami menemukan bukti positif pembelajaran dengan ponsel memberikan dampak positif pada hasil pendidikan. Pada program ABC skor tes matematika untuk orang dewasa meningkat, terlebih pada daerah padat penduduknya, sementara siswa yang lebih muda memperoleh hasil yang paling tinggi. Pada delapan bulan akhir nilai tes matematika di desa ABC lebih tinggi dari pada desa non ABC ini mencerminkan perbaikan skor. Enam bulan terakhir diadakan kegiatan pembelajaran secara terus menerus dan disusun dalam bentuk portopolio dengan susunan sebagai berikut : 1) Mengaplikasikan pekerjaan  melek teknologi dan analisis, 2) memberikan latar belakang penelitian secara acak, 3) menjelaskan beberapa fitur kunci dari data, 4) menguraikan strategi estimasi kami, 5) hasil awal dan diskusi, 6)  menyediakan analisis efektifitas biaya sederhana dengan program ABC. Dari hasil temuan ini menawarkan diskusi untuk membuat kebijakan tentang relevansi pembelajaran dengan pelayanan mobile antara pembuat kebijakan dan penyedia layanan mobile.

  1. Informasi Teknologi dan Pendidikan
Ponsel sederhana dapat berfungsi sebagai alat pendidikan dengan memungkinkan orang dewasa untuk berlatih membaca, menulis, dan matematika melalui komunikasi dengan keluarga, teman dan teman bisnis. Sementara komunikasi tersebut dapat terjadi dengan suara, dengan layanan SMS biaya lebih murah. Dengan belajar menggunakan SMS dapat memperoleh keuntungan ganda yaitu membaca dan menulis, kedua dapat memahami banyak symbol (Bialistok, 1992). Kami mengekplorasi tiga saluran potensial melalui pelatihan berbasis SMS menghasilkan keuntungan tentang fungsi keaksaraan : Pertama : Bila digunakan secara efektif teknologi dapat langsung meningkatkan pembelajaran, Kedua : teknologi dan keterampilan saling melengkapi, Ketiga : dengan adanya teknologi komunikasi, melengkapi yang ada tidak hanya antara teknologi dengan keterampilan individu tetapi juga antar individu. Temuan ini menunjukkan bahwa teknologi informasi dapat membantu mempertahankan dampak setelah akhir program.(Linden et al 2003, Banerjee et al 2007)

  1. Proyek ABC
3.1  Deskripsi proyek dan perencanaan waktu penelitian
Proyek ABC dilaksanakan oleh Catholic Relief Services (CRS) di dua wilayah pedesaan Niger, Dosso dan Zinder, CRS adalah sebuah organisasi non pemerintah internasional (LSM) yang berada di 80 negara dan telah beroperasi diniger sejak tahun 1990-an. Niger adalah salah satu Negara termiskin dan Negara peringkat terendah pada Indeks Pembangunan Manusia PBB (IPM). Indikator didalam negeri sangat mencolok : lebih dari 71,3% dari populasi lebih dari 15 tergolong buta huruf pada tahun 2007 (INS dan Macro International, 2007). Dosso terutama dihuni oleh Zarma dan kelompok etnis Hausa, dengan kegiatan difokuskan pada produksi pertanian dan ternak kecil. Zinder terutama dihuni oleh Hausa dan kelompok etnis Kanuri dengan tradisi berkebun. Fokus utama dari program CRS di Niger adalah pertanian, air dan sanitasi, tanggap darurat dan pendidikan, termasuk melek huruf bagi orang dewasa. Dalam kemitraan dengan CRS  penulis mengembangkan kurikulum dengan memasukkan ponsel dalam pembelajaran baca tulis dan berhitung untuk orang dewasa di desa-desa program CRS. Ada 140 desa intervensi CRS dan 105 diantaranya layak untuk dijadikan study, kemudian dipilih secara acak dengan computer. Dalam tahun pertama 2009 terpilih 28 desa untuk berpartisipasi dalam program ABC, mulai bulan februari 2009 CRS menerapkan program keaksaraan untuk 59 desa di dua daerah, dengan dua kelas perdesa dipisahkan menurut gender. Sebanyak 50 slot  25 laki-laki dan 25 Perempuan yang tersedia untuk kelas keaksaraan di desa masing-masing. Layak pelamar kelas keaksaraan harus menjadi anggota asosiasi produsen yang sudah ada atau baru terbentuk dan tidak biasa membaca atau menulis dalam bahasa apapun, pelamar berhak mewakili dari 60 % dari populasi orang dewasa. Program ini tidak berlaku pada desa yang bukan wilayah intervensi CRS, dan desa yang tidak ada cakupan ponsel. Kelas dimulai bulan pebruari sampai dengan  juni setiap tahun selama 2 tahun. Semua kelas focus pada pembelajaran keaksaraan dan menghitung dalam bahasa lokal desa ( baik Zarma atau Hausa) pada tahun pertama dan topic keaksaraan terapan selama 11 bulan berikutnya. Peserta di desa-desa ABC mengikuti keaksaraan yang sama dan pelatihan berhitung seperti yang tradisional, tetapi dengan dua modifikasi : 1) Peserta dilatih bagaimana menggunakan ponsel secara sederhana termasuk menyalakan dan pengisian telepon, belajar bagaimana mengenali nomor dan huruf pada handset ponsel, mengirim dan menerima panggilan dan menulis dan membaca SMS, dan 2) Proyek yang disediakan ponsel untuk kelompok peserta literasi ( satu ponsel perkelompok 5 orang)

  1. Data
4.1  Survei dan Data Uji Skor
Dalam bagian ini diberikan informasi tentang data yang digunakan dalam makalah ini dan membandingkan karakteristik program desa (ABC) dan desa (non ABC). Dan belum memeriksa implikasi dari gesekan sample diseluruh program dan desa perbandingan meskipun deferensial.Tes membaca dan menghitung dikembangkan bekerjasama dengan Departemen pendidikan non formal dan identik dalam struktur dan kesulitan untuk semua putara survey antara dua daerah. Untuk menulis semua siswa diminta berpartisipasi dalam latihan dikte, dan Departemen Pendidikan non formal ditugaskan membagi skor menjadi 6 kategori : dari Level 0 sampai dengan level 6. Tingkat 0 benar-benar buta huruf, tingkat 1 menunjukkan tingkat minimum melek huruf, level 6 menyiratkan bahwa siswa benar –benar dapat menulis dua kalimat lengkap dengan pola kata yang lebih kompleks. Skor tes adalah data primer untuk menganalisis dampak keaksaraan dan berhitung berbasis mobile pada bidang pendidikan.. Dari hasil pra program menunjukkan bahwa membaca dan menghitung skor untuk desa pembanding mendekati nol, menunjukkan bahwa proyek ini berhasil dipilih peserta yang buta huruf sebelum awal program.

  1. Temuan
Fokus penelitian ini adalah pada  perkiraan dari dampak penggunaan ponsel dan skor tes kemampuan membaca dan menghitung. Untuk lebih memahami mekanisme yang mungkin mendasari dampak skor test, diperkirakan juga dampak program beberapa saluran, termasuk ukuran kualitas Guru.Memperkirakan dampak program adalah penting demikian menghargai heterogenitas.Dampak skor rata-rata uju dalam jangka pendek sample mencakup semua siswa yang berada di desa-desa program dan perbandingan pada tahun 2009.

5.1            Dampak skor rata-rata uji dalam jangka pendek.
Untuk program ini segera setelah delapan bulan program, secara umum kemampuan orang dewasa membaca dan menghitung lebih baik, dan mengalami peningkatan untuk niai matematika.Melek huruf dan matematika lebih tinggi didesa ABC, Kemampuan menulis sama-sama kuat kecuali kemampuan matematika lebih baik di desa ABC selama pendidikan tidak berlangsung. Artinya Program ABC tidak hanya untuk peningkatan dalam jangka pendek tetapi juga mengurangi penyusutan keterampilan selama pendidikan tidak berlangsung. Setelah enam bulan menunjukkan peserta di desa ABC benar bisa menulis huruf, suku kata dan dua suku kata sedangkan di desa non ABC hanya bisa menulis surat dan suku kata.Untuk keterampilan berhitung menunjukkan bukti serupa nilai tes meningkat pesat. Di desa ABC bahwa 1 dari 4 siswa mampu mencapai tingkat yang lebih tinggi berhitung karena ponsel.
5.2.  Fareasi hasil dari program
Hasil berdasarkan gender untuk seluruh sample dan menurut wilayah, efek tetap hasilnya konsisten. Program : Program ABC tidak memiliki efek jangka pendek yang signifikan secara statistic pada keaksaraan. Program ABC memiliki dampak positif dan signifikan secara statistic pada nilai matematika perempuan dalam keseluruhan sample namun kita tidak menola uji coba Chow yang menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.Program ABC lebih berguna pada usia yang lebih muda, dikarenakan factor lebih mudah dapat memperoleh manfaat dari akses SMS.