Rabu, 17 Desember 2014

ptk teknik mesin


ABSTRAK

OPTIMALISASI  KEAKTIFAN SISWA PADA MATA
PELAJARAN   MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MESIN BUBUT  MELALUI   PEMBELAJARAN  BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) MATERI  MEMAHAMI GAMBAR KERJA DAN INSTRUKSI KERJA  DI  KELAS  XI IPA KETERAMPILAN TEKNIK PEMESINAN MAN KARANGANYAR
Oleh
Pramono, S.Pd./MAN Karanganyar

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif materi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut melalui pembelajaran berbasis masalah , khususnya materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja. Yang dihadapi guru adalah siwa kurang aktif  pada kegiatan belajar mengajar mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut, terutama materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja.
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelas XI IPA Keterampilan Pemesinan  MAN Karanganyar. Kegiatan dilakukan sebanyak  dua  siklus tindakan. Pola Umum Prosedure pada setiap tindakan adalah : (1) perencanaan  (2) pelaksanaan, (3) observasi  (4) refleksi hasil penelitian,  tindakan menunjukkan   :  (1) terjadi peningkatan aktivitas  siswa dan peningkatan pemahaman siswa pada materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja   (2) Aktivitas siswa mengalami peningkatan sebesar  23,23% dari nilai siklus I , dan meningkat sebesar  10,10 % pada siklus II, pemahaman siswa mengalami peningkatan  sebesar 7,70  dari nilai siklus 1, dan meningkat sebesar 8,05 pada siklus kedua. (3) Penuntasan belajar siswa meningkat 94 %  pada siklus I menjadi 100 % pada siklus II.

Kata kunci: Keaktivan Siswa, Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning)    
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
         Sebagai Wujud pelayanan bagi siswa Madrasah Aliyah yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi diberikan bekal keterampilan. Program keterampilan  teknik pemesinan di Madrasah Aliyah secara umum diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi tenaga terampil dan mandiri dalam bidang teknik pemesinan yang siap memasuki dunia kerja atau wirausaha mandiri.
          Kemampuan memahami gambar kerja dan instruksi kerja perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses pembuatan komponen dalam praktek pemesinan. Kemampuan memahami gambar kerja dan Instruksi kerja perlu ditanamkan kepada seluruh peserta didik program keterampilan, khususnya dalam hal ini peserta didik program keterampilan teknik pemesinan di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar.
          Mata Pelajaran Kopetensi Kejuruan Teknik Pemesinan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk kompetensi, kecakapan, dan kemandirian kerja.
         Mata Pelajaran Kopetensi Kejuruan Kopetensi Keahlian Teknik Pemesinan standar kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut, menuntut peserta didik memiliki kemampuan memahami Gambar kerja dan Instruksi kerja.
         Program Keterampilan teknik pemesinan di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar menggunakan kurikulum produktif sebagaimana yang diterapkan di Sekolah Menengah Kejuruan.
I. Tujuan Pendidikan Program Keterampilan di Madrasah Aliyah :
         Tujuan Pendidikan Program Keterampilan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
II. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
          Standar isi Kopetensi Kejuruan Kopetensi keahlian Teknik Pemesinan yang dirumuskan berikut merupakan mata pelajaran yang terdiri dari:
1.  Melaksanakan penanganan material secara manual
2.  Menggunakan peralatan pembandingan dan/atau alat ukur dasar
3.  Mengukur dengan alat ukur mekanik presisi
4.  Menggunakan perkakas tangan
5.  Menggunakan perkakas bertenaga/operasi digenggam.
6. Menginterpretasikan sketsa.
7.  Membaca gambar teknik.
8.  Menggunakan mesin untuk operasi dasar.
9.  Melakukan pekerjaan dengan mesin bubut.
10.Melakukan pekerjaan dengan mesin frais.
11. Melakukan pekerjaan dengan mesin gerinda
12. Menggunakan mesin bubut ( Kompleks)
13. Memfrais (Kompleks).
14. Menggerinda pahat dan alat potong.
15. Mengeset mesin dan program mesin NC/CNC (dasar)
16. Memprogram mesin NC/CNC (dasar)
17. Mengoperasikan mesin NC/CNC (dasar)
        Dari Standar Isi dan Standar Kompetensi tersebut diatas, penulis memilih butir kesembilan yaitu melakukan pekerjaan dengan mesin bubut pada materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja, sebagai landasan judul penelitian tindakan kelas ini.   
         Memahami gambar teknik dan instruksi kerja harus dipahami oleh peserta didik sebab jika salah dalam memahami gambar kerja maka akan menghasilkan produk yang salah, lebih lagi jika salah memahami instruksi kerja bisa menjadikan tidak selamat baik produk, mesin, maupun operator mesin dalam hal ini peserta didik. Sehingga materi memahami Gambar kerja dan instruksi kerja harus dapat dikuasai oleh seluruh siswa dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang memahami gambar kerja dan instruksi kerja, ketika diberikan penjelasan tentang memahami gambar kerja dan instruksi kerja peserta didik banyak yang tidak memperhatikan dan cenderung meremehkan dan  menganggap mudah. Namun ketika sudah praktek di bengkel peserta didik salah dalam mengaplikasikan gambar kerja dan mengabaikan instruksi kerja yang telah disusun. Sehingga masih banyak ditemukan siswa menghasilkan produk praktek yang tidak dapat digunakan, disamping itu masih banyak peserta didik yang mengalami kegagalan pada sebagian komponen produk,sehingga masih sangat diperlukan peningkatan penguasaan materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja oleh peserta didik. Kondisi ini juga terjadi pada mata pelajaran melakukan praktek dengan mesin bubut, secara otomatis hasil belajar melakukan praktek dengan mesin bubut belum baik.
       Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada praktek melakukan pekerjaan dengan mesin bubut  belum baik yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar praktek, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru/instruktur sebagai pembina kegiatan belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana praktek pemesinan, kurikulum dan lingkungan.
       Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberikan  pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.
       Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan peciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut pada materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja. Dalam hal ini penulis memilih model “pembelajaran berbasis masalah ( Problem Based Learning ) dalam meningkatkan kemampuan memahami gambar kerja dan Instruksi kerja dalam mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut.
        Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.
        Menurut E. Mulyana Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator.  Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based Learning sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru disekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Melakukan Pekerjaan dengan mesin bubut pada materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja.
       Berdasarkan uraian diatas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning” dalam meningkatkan kemampuan memahami gambar kerja dan Instruksi kerja dalam mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut

B. Perumusan Masalah
       Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.   Apakah pembelajaran model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan memahami gambar kerja dan instruksi kerja dalam Melakukan Pekerjaan dengan mesin bubut?
2.   Bagaimana penerapan pembelajaran model Problem Based Learning di kelas dalam mata pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan mesin bubut pada materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja?
3.  Sejauh manakah pendekatan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil  belajar siswa?

C. Pemecahan Masalah
         Materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata  pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut sebagai salah satu materi pelajaran yang memiliki tujuan mendidik  peserta didik dengan   keahlian dan  keterampilan dalam kopetensi keahlian pemesinan agar dapat melakukan praktik operasi mesin dengan baik.  Memahami gambar kerja dan instruksi kerja merupakan salah satu  materi yang harus dikuasai oleh peserta didik program keahlian teknik pemesinan.
       Secara akademis Materi memahami gambar teknik dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut dapat didefinisikan sebagai suatu keterampilan mengoperasikan mesin bubut dengan tujuan membuat komponen/bagian mesin dengan ciri batang silindris, yang mengharuskan komponen dapat digunakan sehingga menuntut hasil kerja yang tepat dan teliti (presisi). Implementasiya sangat dibutuhkan guru yang profesional, guru yang profesional dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara lain :
1. Kemampuan menguasai bahan ajar.
2. Kemampuan dalam mengelola bengkel.
3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar.
4. Kemampuan dalam mengoperasikan  mesin.
4. Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil.
         Selanjutnya UNESCO dalam Soedijarto (2004 : 10-18) mencanangkan empat pilar belajar dalam pembelajaran (termasuk model Problem Based Learning) :
1. Learning to Know ( penguasaan ways of knowing or mode of inquire)
2. Learning to do ( controlling, monitoring, maintening, designing, organizing)
3. Learning to live together
4. Learning to be
         Berdasarkan uraian analisis permasalahan diatas, pendekatan model Problem Based Learning apabila diterapkan di kelas/bengkel akan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah memahami gambar kerja dan instruksi kerja dalam mata pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan mesin bubut.
D. Tujuan Penelitian
         Tujuan Penelititan Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kemampuan memahami gambar kerja dan instruksi kerja dalam mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut khususnya kelas XI IPA Keterampilan Teknik Pemesinan pada MAN Karanganyar, sehingga pembelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut menjadi lebih efektif dan menimbulkan kreatifitas.

E. Manfaat Hasil Penelitian
       Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1.   Memperbaiki proses belajar mengajar dalam mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin  bubut di Madrasah Aliyah Program Keterampilan.
2.  Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan kopetensi kejuruan di Madrasah Aliyah Program Keterampilan.
3.  Memberikan alterntif kegiatan pembelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut
4.   Menciptakan rasa senang belajar melakukan pekerjaan dengan mesin bubut
      selama pelajaran berlangsung dengan adanya “The Involvement of Participaton melalui Problem Based Learning.”


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.  Kajian Teori
1. Hakekat Pembelajaran materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata  pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut
a. Pengertian belajar
          Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan ( reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu :
1.   Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
2.   Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi koflik
3.   Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.
4.   Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahua yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).
b. Pengertian memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut.
         Memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran  melakukan pekerjaan dengan mesin bubut  adalah sebagai kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam operasi mesin bubut untuk membuat bermacam-macam komponen.   Dengan memahami gambar kerja peserta didik dapat melakukan pekerjaan dengan mesin bubut  yaitu membentuk bermacam-macam komponen sesuai kriteria yang diharapkan. Sedangkan dengan memahami instruksi kerja peserta didik  akan melakukan pekerjaan dengan mesin bubut sesuai langkah yang benar  dan menghasilkan produk yang presisi dalam waktu yang efektif. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut, adalah membentuk sikap teliti, kreatif dan disiplin kerja.
          Pertama : Materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut merupakan bidang kajian peserta didik program keahlian teknik pemesinan yang ditopang berbagai kopetensi kejuruan teknik pemesinan yang relevan, yaitu: Menjelaskan proses dasar teknik mesin, mengukur dengan alat ukur mekanik presisi, menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja, membaca gambar teknik dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep memahami gambar kerja dan instruksi kerja.
         Kedua : Materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan bahasa teknik berupa gambar kerja dan menyusun instruksi kerja sesuai prosedur/langkah-langkah kerja secara tepat dan efektif sehingga menghasilkan produk yang presisi dan dapat berdaya guna merupakan pengembangan daya nalar yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. Memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan peserta didik sebagai landasan pengembangan sikap teliti dan disiplin kerja.
         Ketiga : Materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan penalaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, bahan belajar yang digali dari hasil praktek peserta didik ( benda kerja ) hasil melakukan pekerjaan dengan mesin bubu, dan lingkungan kerja ( bengkel ) sebagai pengalaman langsung (hand of experience).
         Keempat: kelas melakukan pekerjaan dengan mesin bubut pada materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja sebagai bengkel disiplin kerja. Melalui materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut, pemahaman sikap dan perilaku disiplin dikembangkan bukan semata-mata melalui ‘mengajar disiplin”, tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara kerja secara disiplin. Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.

B.  Kerangka Berfikir
1. Meningkatkan hasil belajar materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut melalui model Problem Based Learning
          Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendir, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
           Hasil belajar memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada praktek melakukan pekerjaan dengan mesin bubut berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk memasuki dunia kerja baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: dunia usaha/dunia industri maupun dunia wirausaha. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.
           Untuk meningkatkan hasil belajar materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajaran interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan Problem Based Learning. Pembelajaran dengan model           Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka.
          Dari uraian diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut siswa dibandingkan dengan pendekatan tradisional (metode ceramah).

2. Pendekatan dan penerapan model Problem Based Learning dalam materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut.
          Pembelajaran model Problem Based Learning berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang bergua bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide.
           Dalam pembelajaran model Problem Based Learning tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.
          Dari pembahasan diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghafal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas).

C.      Hipotesis Tindakan
Dengan demikian dapat diduga bahwa:
1.   Pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut siswa kelas XI  IPA Keterampilan Teknik Pemesinan MAN Karanganyar.
2.   Pedekatan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran efektif, aktif dan kreatif.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Perencanaan Penelitian
    1. Desain penelitian
        Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
        Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : catatan guru, catatan siswa, dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa.
        Prosedur penelitian terdiri dari  4 tahap, yakni  perencanaan, melakukan tindakan, observasi,dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.
        Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas siswa saat mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut pada materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja dengan pendekatan Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) untuk melihat perubahan tingkah laku siswa, untuk mengetahui tingkat kemajuan belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat pengumpul data yang sudah disebutkan diatas.
        Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, presensi, nilai tugas seta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil.
Instrument yang dipakai berbentuk : soal tes, observasi, catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan.
     2. Tempat
        Penelitian ini dilakukan di MAN Karanganyar pada siswa kelas XI  IPA Keterampilan, dengan jumlah siswa 33 orang, yang seluruhnya  laki-laki. Penelitian dilaksanakan pada saat materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut berlangsung.
   3. Waktu Penelitian
        Penelitian direncanakan selama 4 (empat) bulan dimulai pada pertengahan bulan Juli sampai dengan pertengahan bulan November 2013
   4. Prosedur Penelitian
   Siklus I
A. Perencanaan
Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.
Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Memilih bahan pelajaran yang sesuai
Menentukan scenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan pembelajaran berbasis masalah. (PBL).
Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.
Menyusun lembar kerja siswa
Mengembangkan format evaluasi
Mengembangkan format observasi pembelajaran.
B. Tindakan
Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
Siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber.
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada buku sumber.
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.
Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah dipersiapkan oleh guru.
Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi.
Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).
Siswa praktek melakukan pekerjaan dengan mesin bubut.
C. Pengamatan
Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan catatan untuk mengumpulkan data.
Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).
D. Refleksi
Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang scenario pembelajaran dan lembar kerja siswa.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

       Siklus II
A. Perencanaan
Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternative pemecahan masalah.
Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
Pengembangan program tindakan II.
B.Tindakan
          Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
1. Guru melakukan appersepsi
2. Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
3. Siswa mengamati produk praktek melakukan pekerjaan dengan mesin bubut yang sesuai dengan materi.
4. Siswa bertanya jawab tentang  produk praktek melakukan pekerjaan dengan mesin bubut.
5. Siswa menceritakan gambar kerja dan instruksi kerja dari produk praktek melakukan pekerjaan dengan mesin bubut.
6. Siswa mengumpulkan bacaaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan.
7. Presentasi hasil diskusi.
8. Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.
9. Siswa menyelesaikan tugas praktek melakukan pekerjaan dengan mesin bubut

 C.Pengamatan (Observasi)
        Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.

D.Refleksi
      Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.
Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus III
Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.
Siklus III (bila diperlukan).
        Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi proses yaitu dengan berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui ” Pembelajaran berbasis masalah ” dengan mengadakan diskusi kelompok belajar, dimana para siswa dilatih untuk berani mengeluarkan pendapat dan / atau berbeda pendapat tentang memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada praktek melakukan pekerjaan dengan mesin bubut, khususnya :  Praktik membuat konis  dan Praktik membuat poros berulir.
        Belajar memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut serasa lebih menyenangkan, meningkatkan motivasi / minat siswa, kerjasama dan partisipasi siswa semakin meningkat.
        Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam catatan dan jurnal harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa terhadap materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut. Bila 100% siswa telah  memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut  melalui metode Problem Based Learning, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.
Kriteria hasil penelitian tentang penguasaan materi ” memahami gambar kerja dan instruksi kerja ” dan aktivitas siswa ditetapkan sebagai berikut :
Table 1. Kriteria nilai penguasaan materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja.

No
NIlai
Kriteria
1
< 5,9
Kurang
2
6,0 – 7,50
Sedang
3
7,51 – 8,99
Baik
4
9,00 – 10
Baik Sekali


Table 2. Kriteria aktivitas siswa yang relevan
No
NIlai
Kriteria
1
< 50
Kurang
2
60 – 69
Sedang
3
70 – 89
Baik
4
90 – 100
Baik Sekali
      





BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian
        Pembelajaran materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut dikelas XI  IPA Keterampilan Teknik Pemesinan MAN Karanganyar  ini dilakukan dalam dua siklus.
Pada setiap siklus, data yang diambil adalah aktivitas dan nilai evalusi pada akhir siklus.
Hasil Observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada table-tabel berikut ini :
Table 3. Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran.
No
Indikator
Ketercapaian
Siklus I
Siklus II
1
Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat
57,57%
84,84%
2
Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran ( meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok )
69,69%
90,90%
3
Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok
78,78%
93,93%
4
Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran
81,81%
90,90%
5
Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran  ( Dalam kerja kelompok)
84,84%
93,93%
6
Partisipasi siswa dalam pembelajaran  (memperhatikan), ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru).
87,87%
96,96%

Rata -Rata
76,76%
91,91%
Berdasarkan tabel 3 diatas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus1 yaitu sebesar 15,15%.
Selanjutnya  data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran terlihat pada table 4.
Table 4. Data Aktivitas Siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran.
No
Indikator
Ketercapaian
Siklus I
Siklus II
1
Tidak memperhatikan penjelasan guru
30,30%
15,15%
2
Mengobrol dengan teman
21,21%
9,09%
3
Mengerjakan tugas lain
18,18%
6,06%

Rata – rata
23,23%
10,10%

Berdasarkan tabel 4 diatas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami penurunan dibandingkan dengan siklus 1 yaitu sebesar 13,13%.
Data pemahaman Siswa tentang materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja dan ketuntasan belajar dari siklus ke siklus dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.


Tabel 5. Data Pemahaman Siswa tentang materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja dan ketuntasan belajar siswa .
No
Aspek yang diamati
Ketercapaian
Siklus I
Siklus II
1
Nilai Rata-rata pemahaman gambar kerja dan instruksi kerja
7,57
8,05
2
Siswa yang telah tuntas
94%
100%
3
Siswa yang belum tuntas
6%
0%

Berdasarkan tabel 5 diatas, nilai rata-rata pemahaman siswa tentang materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, begitu juga prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1 ke siklus2 sebesar 6%.

B. Pembahasan
          Siklus pertama dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Siswa dibagi menjadi delapan kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5  orang. Setiap anggota kelompok  diberi lembaran kasus yang telah disediakan oleh guru. Tiap-tiap kelompok melakukan pembahasan  dengan mengacu kepada buku pegangan.
          Hasil pengamatan guru menunjukan pada pembahasan siklus pertama dengan judul memahami gambar kerja dan instruksi kerja praktik membuat konis, terlihat para siswa sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan dan memberikan argumentasi.
Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat keberanian siswa bertanya dan mengemukakan pendapat, rerata perolehan skor pada siklus pertama 57,57 % menjadi 84,84 %, mengalami kenaikan 27,27 %. Begitupun dalam indikator motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran pada siklus pertama rata-rata 69,69 % dan pada siklus kedus 90,90 % mengalami kenaikan 21,21 %. Dalam indikator interaksi siswa selama mengikuti diskusi kelompok pada siklus pertama 78,78% dan pada siklus kedua 93,93 % mengalami kenaikan sebesar 15,15 %. Dalam indikator hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran, pada siklus pertama 81,81 % dan pada siklus kedua 90,90 % mengalami kenaikan sebesar 9,09 %. Dalam indikator hubungan siswa dengan siswa, pada siklus pertama 84,84 % sedangkan pada siklus kedua 93,93 % mengalami kenaikan sebesar 9,09 %. Dalam indikator partisipasi siswa dalam pembelajaraan terlihata pada siklkus pertama 87,87 %, sedangkan pada silklus kedua 91,91 % mengalam kenaikan sebesar 4,04 %.
Melalui model Problem Based Learning ini terlihat hubungan siswa dengan guru sangat signifikan karena guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep creatif learning yaitu melalui discovery dan invention serta creativity and diversity sangat menonjol dalam model pembelajaran ini. Dengan model problem based learning guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan efisien yaitu belajar bagaimana cara belajar ( learning how to learn). Dalam metode learning how to learn guru hanya sebagai guide (pemberi arah/petunjuk) untuk membantu siswa jika menemukan kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah. Melalui metode learning how to learn siswa dapat mengeksplorasi dan mengkaji setiap persoalan, setiap kasus dalam memahami gambar kerja dan instruksi kerja yang meliputi :
1. Gambar kerja dan instruksi kerja praktik membuat konis
2. Gambar kerja dan instruksi kerja praktik membuat poros berulir.
        Dalam model Problem Based Learning melalui diskusi kelompok guru dapat mengamati karakteristik atau gaya belajar masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas visual (gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, saling mngajukan argumentasi dengan cara mendengarkan siswa yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru kemudian menyampaikan pendapatnya tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas Auditorial (gaya belajar Auditorial). Dan siswa yang dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat, mendengar uraian dari siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan, mampu membuktikan teori kedalam praktek,  mampu memecahkan masalah secara rasional, tergolong kepada kelompok belajar yang memiliki potensi atau modalitas Kinestetik (gaya belajar Kinestetik). Kelompok kinestetik ini tergolong kepada tipe belajar konvergen dimana siswa memiliki kekuartan otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya dengan menggunakan kata tanya “How” (bagaimana).
         Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas diatas prosentasi ketercapaian pada siklus pertama mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus kedua, maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang dirumuskan pada bab II bahwa melalui model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan memahami gambar kerja dan instruksi kerja dalam mata pelajaran melakukan praktik menggunakan mesin bubut  pada siswa IPA Keterampilan Teknik Pemesinan MAN Karanganyar.













BAB V
SIMPULAN DAN SARAN - SARAN
A. Simpulan
       Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV diatas, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu:
1.   Skor rerata aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat meningkat dari 76,76 % menjadi 91,91 % mengalami kenaikan sebesar 15,15 %
2.   Skor rerata aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama rerata skor aktivitas siswa yang tidak relevan sebesar 23,23 %, sedangkan pada siklus kedua sebesar 10,10 % mengalami penurunan sebesar 13,13 %
3.   Skor rerata pemahaman siswa tentang materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja, pada siklus pertama sebesar 7,70 dan pada siklus kedua pada siklus kedua 8,05 tergolong baik demikian juga tentang penuntasan belajar pada siklus pertama 94 % dan pada siklus kedua menjadi 100 %
        Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning  dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami gambar kerja dan instruksi kerja dalam pelajaran melakukan praktik menggunakan mesin bubut  pada siswa IPA Keterampilan MAN Karanganyar.

B. Saran-Saran
Berdasarkan temuan-temuan diatas, dapat diasarankan agar:
1.   Pembelajaran pengetahuan teknik  pada umunya dan praktik melakukan pekerjaan dengan mesin bubut  pada khususnya dapat menggunakan model Problem Based Learning sebagai salah satu alternatif dalam proses penyampaian pembelajaran di Madrasah Aliyah Program Keterampilan.
2.    Melalui pembelajaran model Problem Based Learning, guru dapat dengan mudah merespon potensi atau modalitas siswa dalam setiap kelompok belajar, apakah tergolong kepada kelompok Visual, atau kelompok Auditorial atau kelompok Kinestetik. Dengan demikian seorang guru yang profesional dapat lebih efektif dapat melakukan kegiatan proses belajar mengajar, serta dengan mudah dapat merespon perbedaan-perbedaan potensi yang dimiliki peserta didiknya
3. Berbanggalah kita menjadi seorang guru yang dilibatkan (diikut-sertakan) dalam kegiatan penelitian kegiatan kelas tahun 2013 ini. Berbuat lebih baik lagi, agar kita dapat menuntut yang lebih baik. Bekerjalah hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dan besok harus lebih baik daripada hari ini. Dengan demikian, maka kita termasuk orang-orang yang sukses.





DAFTAR PUSTAKA

Taufiq Rochim, 1993, Teori dan Teknologi Proses pemesinan, Bandung, Higher Education Development Support Project
Anonim, 1982, Membubut, Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi Bandung
             , 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Jakarta
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bina Aksara
Sutama, Main sufanti, 2009, Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Muhamadiyah Surakarta.
R. Syamsudin, 1982, Teknologi Mekanik, Jakarta, Ghalia Indonesia

2 komentar:

  1. Mas pramono, dirimu sibuk dengan mengejar karier ya?? sehingga tak pernah kumpul2 dengan teman seangkatan..., sudah dua kali reuni setiap lebaran setiap 2 tahun sekali. skrg ada grup WA alumni mesin 92, silahkan gabung...untuk refreshing....(maaf aku mengcopy PTKmu).dari Ahmad Syarifuddin,S.Pd.,MT. Kricaan Mesir, ini no Hpku. 081803960100. tlg hub. saya, no hpmu aku ga punya. piye kabare??

    BalasHapus
    Balasan
    1. kemarin kemarin baru menyelesaikan amanah, mas udin maaf banget insya Alloh kalo ada reuni lagi
      tak ikutan

      Hapus