ABSTRAK
OPTIMALISASI KEAKTIFAN SISWA PADA MATA
PELAJARAN MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MESIN BUBUT MELALUI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) MATERI MEMAHAMI
GAMBAR KERJA DAN INSTRUKSI KERJA DI KELAS
XI IPA KETERAMPILAN TEKNIK PEMESINAN
MAN KARANGANYAR
Oleh
Pramono, S.Pd./MAN Karanganyar
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif materi melakukan pekerjaan dengan mesin
bubut melalui pembelajaran berbasis masalah , khususnya materi memahami gambar
kerja dan instruksi kerja. Yang dihadapi guru adalah siwa kurang aktif pada kegiatan belajar mengajar mata pelajaran melakukan
pekerjaan dengan mesin bubut, terutama materi memahami gambar kerja dan
instruksi kerja.
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelas XI IPA
Keterampilan Pemesinan MAN Karanganyar. Kegiatan dilakukan
sebanyak dua siklus tindakan. Pola Umum Prosedure pada
setiap tindakan adalah : (1) perencanaan
(2) pelaksanaan, (3) observasi
(4) refleksi hasil penelitian,
tindakan menunjukkan : (1) terjadi peningkatan aktivitas siswa dan peningkatan pemahaman siswa pada
materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja (2) Aktivitas siswa mengalami peningkatan
sebesar 23,23% dari nilai siklus I , dan
meningkat sebesar 10,10 % pada siklus
II, pemahaman siswa mengalami peningkatan
sebesar 7,70 dari nilai siklus 1,
dan meningkat sebesar 8,05 pada siklus kedua. (3)
Penuntasan belajar siswa meningkat 94 % pada siklus I menjadi 100 % pada siklus II.
Kata kunci: Keaktivan Siswa, Pembelajaran Berbasis
Masalah ( Problem Based Learning)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai Wujud pelayanan bagi siswa Madrasah Aliyah
yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi diberikan bekal keterampilan.
Program keterampilan teknik pemesinan di Madrasah Aliyah secara umum diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik
menjadi tenaga terampil dan mandiri dalam bidang teknik pemesinan yang siap
memasuki dunia kerja atau wirausaha mandiri.
Kemampuan
memahami gambar kerja dan instruksi kerja perlu ditingkatkan terus menerus
untuk memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses pembuatan komponen dalam
praktek pemesinan. Kemampuan memahami gambar kerja dan
Instruksi kerja perlu ditanamkan kepada seluruh peserta didik program keterampilan,
khususnya dalam hal ini peserta didik program keterampilan
teknik pemesinan di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar.
Mata Pelajaran Kopetensi
Kejuruan Teknik Pemesinan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk kompetensi, kecakapan, dan
kemandirian kerja.
Mata Pelajaran
Kopetensi Kejuruan Kopetensi Keahlian Teknik Pemesinan standar kompetensi
melakukan pekerjaan dengan mesin bubut, menuntut peserta didik memiliki
kemampuan memahami Gambar kerja dan Instruksi kerja.
Program Keterampilan teknik pemesinan di Madrasah
Aliyah Negeri Karanganyar menggunakan kurikulum produktif sebagaimana yang
diterapkan di Sekolah Menengah Kejuruan.
I. Tujuan Pendidikan Program Keterampilan di Madrasah Aliyah :
Tujuan
Pendidikan Program Keterampilan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
II. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
Standar isi Kopetensi Kejuruan
Kopetensi keahlian Teknik Pemesinan yang dirumuskan berikut merupakan mata
pelajaran yang terdiri dari:
1. Melaksanakan
penanganan material secara manual
2. Menggunakan peralatan pembandingan dan/atau
alat ukur dasar
3. Mengukur dengan alat ukur mekanik presisi
4. Menggunakan perkakas tangan
5. Menggunakan perkakas bertenaga/operasi
digenggam.
6. Menginterpretasikan sketsa.
7. Membaca gambar teknik.
8. Menggunakan mesin untuk operasi dasar.
9. Melakukan pekerjaan dengan mesin bubut.
10.Melakukan
pekerjaan dengan mesin frais.
11.
Melakukan pekerjaan dengan mesin gerinda
12.
Menggunakan mesin bubut ( Kompleks)
13.
Memfrais (Kompleks).
14.
Menggerinda pahat dan alat potong.
15.
Mengeset mesin dan program mesin NC/CNC (dasar)
16.
Memprogram mesin NC/CNC (dasar)
17.
Mengoperasikan mesin NC/CNC (dasar)
Dari
Standar Isi dan Standar Kompetensi tersebut diatas, penulis memilih butir kesembilan
yaitu melakukan pekerjaan dengan mesin bubut pada materi memahami gambar kerja
dan instruksi kerja, sebagai landasan judul penelitian tindakan kelas ini.
Memahami gambar teknik dan instruksi kerja harus dipahami oleh peserta
didik sebab jika salah dalam memahami gambar kerja maka akan menghasilkan
produk yang salah, lebih lagi jika salah memahami instruksi kerja bisa
menjadikan tidak selamat baik produk, mesin, maupun operator mesin dalam hal
ini peserta didik. Sehingga materi memahami Gambar kerja dan instruksi kerja
harus dapat dikuasai oleh seluruh siswa dengan baik. Berdasarkan hasil
pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang memahami gambar kerja dan
instruksi kerja, ketika diberikan penjelasan tentang memahami gambar kerja dan
instruksi kerja peserta didik banyak yang tidak memperhatikan dan cenderung
meremehkan dan menganggap mudah. Namun
ketika sudah praktek di bengkel peserta didik salah dalam mengaplikasikan
gambar kerja dan mengabaikan instruksi kerja yang telah disusun. Sehingga masih
banyak ditemukan siswa menghasilkan produk praktek yang tidak dapat digunakan,
disamping itu masih banyak peserta didik yang mengalami kegagalan pada sebagian
komponen produk,sehingga masih sangat diperlukan peningkatan penguasaan materi
memahami gambar kerja dan instruksi kerja oleh peserta didik. Kondisi ini juga
terjadi pada mata pelajaran melakukan praktek dengan mesin bubut, secara
otomatis hasil belajar melakukan praktek dengan mesin bubut belum baik.
Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar materi memahami gambar
kerja dan instruksi kerja pada praktek melakukan pekerjaan dengan mesin bubut belum baik yaitu faktor internal dan eksternal
dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar praktek, intelegensi,
kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang
terdapat di luar siswa, seperti; guru/instruktur sebagai pembina kegiatan
belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana praktek pemesinan,
kurikulum dan lingkungan.
Dari masalah-masalah
yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan
kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang
relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and
contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada
siswa.
Disinilah guru dituntut
untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik
dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan peciptaan suasana yang menyenangkan
sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran melakukan
pekerjaan dengan mesin bubut pada materi memahami gambar kerja dan instruksi
kerja. Dalam hal ini penulis memilih model “pembelajaran berbasis masalah (
Problem Based Learning ) dalam meningkatkan kemampuan memahami gambar kerja dan
Instruksi kerja dalam mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut.
Pembelajaran berbasis
masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas dimana siswa
terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta
untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru
adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada.
Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan
mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.
Menurut E. Mulyana
Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan
aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran harus
dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus
termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini
pembelajaran dengan Problem Based Learning sebagai salah satu bagian dari
pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu
alternatif yang dapat digunakan guru disekolah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran Melakukan Pekerjaan dengan mesin bubut pada materi memahami gambar
kerja dan instruksi kerja.
Berdasarkan uraian
diatas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji
penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning” dalam meningkatkan
kemampuan memahami gambar kerja dan Instruksi kerja dalam mata pelajaran melakukan
pekerjaan dengan mesin bubut
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada
latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran model Problem Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan memahami gambar kerja dan instruksi kerja
dalam Melakukan Pekerjaan dengan mesin bubut?
2. Bagaimana penerapan pembelajaran model
Problem Based Learning di kelas dalam mata pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan
mesin bubut pada materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja?
3.
Sejauh manakah pendekatan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa?
C. Pemecahan Masalah
Materi memahami
gambar kerja dan instruksi kerja pada mata
pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut sebagai salah satu materi
pelajaran yang memiliki tujuan mendidik
peserta didik dengan keahlian
dan keterampilan dalam kopetensi
keahlian pemesinan agar dapat melakukan praktik operasi mesin dengan baik. Memahami gambar kerja dan instruksi kerja
merupakan salah satu materi yang harus
dikuasai oleh peserta didik program keahlian teknik pemesinan.
Secara akademis Materi memahami gambar
teknik dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin
bubut dapat didefinisikan sebagai suatu keterampilan mengoperasikan mesin bubut
dengan tujuan membuat komponen/bagian mesin dengan ciri batang silindris, yang
mengharuskan komponen dapat digunakan sehingga menuntut hasil kerja yang tepat
dan teliti (presisi). Implementasiya sangat dibutuhkan guru yang
profesional, guru yang profesional dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan
keterampilan, antara lain :
1. Kemampuan menguasai bahan ajar.
2. Kemampuan dalam mengelola bengkel.
3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar.
4. Kemampuan dalam mengoperasikan
mesin.
4. Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses
maupun hasil.
Selanjutnya
UNESCO dalam Soedijarto (2004 : 10-18) mencanangkan empat pilar belajar dalam
pembelajaran (termasuk model Problem Based Learning) :
1. Learning to Know ( penguasaan ways of knowing or mode of inquire)
2. Learning to do ( controlling, monitoring, maintening, designing,
organizing)
3. Learning to live together
4. Learning to be
Berdasarkan uraian
analisis permasalahan diatas, pendekatan model Problem Based Learning apabila
diterapkan di kelas/bengkel akan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah memahami gambar kerja dan instruksi kerja dalam mata pelajaran Melakukan
Pekerjaan dengan mesin bubut.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelititan
Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kemampuan memahami gambar kerja dan
instruksi kerja dalam mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut
khususnya kelas XI IPA Keterampilan
Teknik Pemesinan pada MAN Karanganyar, sehingga
pembelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut menjadi lebih efektif dan
menimbulkan kreatifitas.
E. Manfaat Hasil
Penelitian
Secara teoritis dan
praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Memperbaiki proses belajar mengajar dalam mata
pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut di Madrasah Aliyah Program Keterampilan.
2. Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan kopetensi
kejuruan di Madrasah Aliyah Program
Keterampilan.
3. Memberikan alterntif kegiatan pembelajaran melakukan
pekerjaan dengan mesin bubut
4. Menciptakan rasa senang
belajar melakukan pekerjaan dengan mesin bubut
selama pelajaran berlangsung
dengan adanya “The Involvement of Participaton melalui Problem Based Learning.”
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian
Teori
1. Hakekat Pembelajaran materi memahami gambar kerja dan instruksi
kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan
dengan mesin bubut
a. Pengertian belajar
Belajar merupakan
proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (
reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten
pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a
result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli
pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan
akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi
mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan
(cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik
(psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan.
Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu :
1. Learning to Know, yaitu suatu proses
pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan
dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
2. Learning to do adalah pembelajaran untuk
mencapai kemampuan untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening,
Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang
kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga
meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola
dan mengatasi koflik
3. Learning to live together adalah membekali
kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh
toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.
4. Learning to be adalah keberhasilan
pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan
dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi
lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahua yang
mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap
perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya
diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya,
berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan
intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut
emotional intelegence (kecerdasan emosi).
b. Pengertian memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata
pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut.
Memahami gambar kerja
dan instruksi kerja pada mata pelajaran
melakukan pekerjaan dengan mesin bubut adalah sebagai kemampuan dasar yang harus
dikuasai oleh peserta didik dalam operasi mesin bubut untuk membuat
bermacam-macam komponen. Dengan
memahami gambar kerja peserta didik dapat melakukan pekerjaan dengan mesin
bubut yaitu membentuk bermacam-macam komponen
sesuai kriteria yang diharapkan. Sedangkan dengan memahami instruksi kerja
peserta didik akan melakukan pekerjaan
dengan mesin bubut sesuai langkah yang benar
dan menghasilkan produk yang presisi dalam waktu yang efektif. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran materi memahami gambar
kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin
bubut, adalah membentuk sikap teliti, kreatif dan disiplin kerja.
Pertama : Materi
memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan
dengan mesin bubut merupakan bidang kajian peserta didik program keahlian
teknik pemesinan yang ditopang berbagai kopetensi kejuruan teknik pemesinan yang
relevan, yaitu: Menjelaskan proses dasar teknik mesin, mengukur dengan alat
ukur mekanik presisi, menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja, membaca
gambar teknik dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk
melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep memahami gambar
kerja dan instruksi kerja.
Kedua : Materi
memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan
dengan mesin bubut mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta
didik. Pengembangan bahasa teknik berupa gambar kerja dan menyusun instruksi
kerja sesuai prosedur/langkah-langkah kerja secara tepat dan efektif sehingga
menghasilkan produk yang presisi dan dapat berdaya guna merupakan pengembangan
daya nalar yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. Memahami gambar kerja dan
instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut
memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan peserta didik sebagai
landasan pengembangan sikap teliti dan disiplin kerja.
Ketiga : Materi
memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan
dengan mesin bubut sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan
pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif
dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan penalaran. Untuk
menfasilitasi pembelajaran materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja
pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut yang efektif
dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai
paket seperti bahan belajar tercetak, bahan belajar yang digali dari hasil
praktek peserta didik ( benda kerja ) hasil melakukan pekerjaan dengan mesin
bubu, dan lingkungan kerja ( bengkel ) sebagai pengalaman langsung (hand of
experience).
Keempat:
kelas melakukan pekerjaan dengan mesin bubut pada materi memahami gambar kerja
dan instruksi kerja sebagai bengkel disiplin kerja. Melalui materi memahami
gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan
mesin bubut, pemahaman sikap dan perilaku disiplin dikembangkan bukan
semata-mata melalui ‘mengajar disiplin”, tetapi melalui model pembelajaran yang
secara langsung menerapkan cara kerja secara disiplin. Penilaian bukan
semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk
memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa
depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan
evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.
B.
Kerangka Berfikir
1. Meningkatkan hasil belajar materi memahami
gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan
mesin bubut melalui model Problem Based Learning
Hasil
belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar
yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna
bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis
dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab
bagi diri sendir, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Hasil
belajar memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan
pekerjaan dengan mesin bubut adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah
mengikuti proses pembelajara memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada
praktek melakukan pekerjaan dengan mesin bubut berupa seperangkat pengetahuan,
sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk memasuki dunia
kerja baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: dunia
usaha/dunia industri maupun dunia wirausaha. Hasil
belajar didapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk
kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil kerja (produk), portofolio,
sikap serta penilaian diri.
Untuk meningkatkan
hasil belajar materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata
pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut, dalam pembelajarannya harus
menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajaran
interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai
subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses
belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar
hasil belajar materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata
pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut meningkat diperlukan situasi,
cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif
baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar
mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara
totalitas adalah pembelajaran dengan Problem Based Learning. Pembelajaran
dengan model Problem Based
Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar
didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu
fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta
mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan
tersebut. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan
kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk
bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara
mereka.
Dari uraian diatas
dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja
pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut siswa dibandingkan
dengan pendekatan tradisional (metode ceramah).
2. Pendekatan dan penerapan model Problem Based
Learning dalam materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja mata pelajaran melakukan
pekerjaan dengan mesin bubut.
Pembelajaran
model Problem Based Learning berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari
pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa
mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari
berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang bergua bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide.
Dalam pembelajaran
model Problem Based Learning tugas guru mengatur strategi belajar, membantu
menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi
belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Dari pembahasan
diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, siswa
dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan
keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari
model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan
dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bukan hanya
sekedar hasil menghafal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata
(pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses
pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas).
C.
Hipotesis Tindakan
Dengan demikian dapat diduga bahwa:
1. Pembelajaran dengan model Problem Based
Learning dapat meningkatkan hasil belajar materi memahami gambar kerja dan
instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut
siswa kelas XI IPA Keterampilan Teknik Pemesinan MAN Karanganyar.
2. Pedekatan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran efektif, aktif dan kreatif.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Perencanaan Penelitian
1.
Desain penelitian
Penelitian ini
merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode dalam
penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research)
yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan
decision maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk
melakukan perbaikan.
Alat pengumpul data yang dipakai dalam
penelitian ini antara lain : catatan guru, catatan siswa, dan berbagai dokumen
yang terkait dengan siswa.
Prosedur penelitian
terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, melakukan tindakan,
observasi,dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali
pada siklus-siklus berikutnya.
Aspek yang diamati
dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas siswa saat mata pelajaran
melakukan pekerjaan dengan mesin bubut pada materi memahami gambar kerja dan
instruksi kerja dengan pendekatan Problem Based Learning (pembelajaran berbasis
masalah) untuk melihat perubahan tingkah laku siswa, untuk mengetahui tingkat
kemajuan belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat
pengumpul data yang sudah disebutkan diatas.
Data yang diambil
adalah data kuantitatif dari hasil tes, presensi, nilai tugas seta data kualitatif
yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama
dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil.
Instrument yang dipakai berbentuk : soal tes, observasi, catatan
lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan
yang sudah dirumuskan.
2. Tempat
Penelitian ini dilakukan
di MAN Karanganyar pada siswa kelas XI IPA Keterampilan, dengan
jumlah siswa 33 orang, yang seluruhnya laki-laki. Penelitian dilaksanakan pada saat materi
memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan
pekerjaan dengan mesin bubut berlangsung.
3. Waktu Penelitian
Penelitian
direncanakan selama 4 (empat) bulan dimulai pada pertengahan bulan Juli sampai
dengan pertengahan bulan November 2013
4. Prosedur Penelitian
Siklus I
A. Perencanaan
Identifikasi masalah dan
penetapan alternative pemecahan masalah.
Merencanakan pembelajaran yang
akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Menetapkan standar kompetensi
dan kompetensi dasar.
Memilih bahan pelajaran yang
sesuai
Menentukan scenario
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan pembelajaran berbasis masalah.
(PBL).
Mempersiapkan sumber, bahan,
dan alat Bantu yang dibutuhkan.
Menyusun lembar kerja siswa
Mengembangkan format evaluasi
Mengembangkan format observasi
pembelajaran.
B. Tindakan
Menerapkan tindakan yang
mengacu pada skenario pembelajaran.
Siswa membaca materi yang
terdapat pada buku sumber.
Siswa mendengarkan penjelasan
guru tentang materi yang terdapat pada buku sumber.
Siswa mendengarkan penjelasan
guru tentang materi yang dipelajari.
Siswa berdiskusi membahas
masalah (kasus) yang sudah dipersiapkan oleh guru.
Masing-masing kelompok
melaporkan hasil diskusi.
Siswa mengerjakan lembar kerja
siswa (LKS).
Siswa praktek melakukan
pekerjaan dengan mesin bubut.
C. Pengamatan
Melakukan observasi dengan
memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan catatan untuk
mengumpulkan data.
Menilai hasil tindakan dengan
menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).
D. Refleksi
Melakukan evaluasi tindakan
yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam
tindakan.
Melakukan pertemuan untuk
membahas hasil evalusi tentang scenario pembelajaran dan lembar kerja siswa.
Memperbaiki pelaksanaan
tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.
Siklus II
A. Perencanaan
Identifikasi masalah yang
muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternative pemecahan
masalah.
Menentukan indikator
pencapaian hasil belajar.
Pengembangan program tindakan
II.
B.Tindakan
Pelaksanaan
program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada
siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan masalah yang sudah ditentukan,
antara lain melalui:
1. Guru melakukan appersepsi
2. Siswa yang diperkenalkan dengan
materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
3. Siswa mengamati produk praktek
melakukan pekerjaan dengan mesin bubut yang sesuai dengan materi.
4. Siswa bertanya jawab tentang produk praktek melakukan pekerjaan dengan
mesin bubut.
5. Siswa menceritakan gambar kerja
dan instruksi kerja dari produk praktek melakukan pekerjaan dengan mesin bubut.
6. Siswa mengumpulkan bacaaan dari
berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi dan
menulis hasil diskusi untuk dilaporkan.
7. Presentasi hasil diskusi.
8. Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.
9. Siswa menyelesaikan tugas praktek melakukan pekerjaan dengan
mesin bubut
C.Pengamatan (Observasi)
Melakukan observasi
sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang
diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.
D.Refleksi
Melakukan evaluasi
terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.
Membahas hasil evaluasi tentang scenario
pembelajaran pada siklus II.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan
hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus III
Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus
ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.
Siklus III (bila diperlukan).
Kriteria
keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi proses yaitu dengan berhasilnya siswa
memecahkan masalah melalui ” Pembelajaran berbasis masalah ” dengan mengadakan
diskusi kelompok belajar, dimana para siswa dilatih untuk berani mengeluarkan
pendapat dan / atau berbeda pendapat tentang memahami gambar kerja dan
instruksi kerja pada praktek melakukan pekerjaan dengan mesin bubut, khususnya
:
Praktik membuat konis dan Praktik membuat poros berulir.
Belajar
memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan
dengan mesin bubut serasa lebih menyenangkan, meningkatkan motivasi / minat
siswa, kerjasama dan partisipasi siswa semakin meningkat.
Hal
ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam catatan dan
jurnal harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa terhadap materi
memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan pekerjaan
dengan mesin bubut. Bila 100% siswa telah memahami gambar kerja dan instruksi kerja
pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut melalui metode Problem Based Learning, maka
tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.
Kriteria hasil penelitian tentang penguasaan materi ” memahami
gambar kerja dan instruksi kerja ” dan aktivitas siswa ditetapkan sebagai
berikut :
Table 1. Kriteria nilai penguasaan materi memahami gambar kerja dan
instruksi kerja.
No
|
NIlai
|
Kriteria
|
1
|
< 5,9
|
Kurang
|
2
|
6,0 – 7,50
|
Sedang
|
3
|
7,51 – 8,99
|
Baik
|
4
|
9,00 – 10
|
Baik Sekali
|
Table 2. Kriteria aktivitas siswa yang relevan
No
|
NIlai
|
Kriteria
|
1
|
< 50
|
Kurang
|
2
|
60 – 69
|
Sedang
|
3
|
70 – 89
|
Baik
|
4
|
90 – 100
|
Baik Sekali
|
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Pembelajaran
materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada mata pelajaran melakukan
pekerjaan dengan mesin bubut dikelas XI IPA Keterampilan Teknik Pemesinan MAN Karanganyar ini dilakukan dalam dua siklus.
Pada setiap siklus, data yang diambil adalah aktivitas dan nilai
evalusi pada akhir siklus.
Hasil Observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat
pada table-tabel berikut ini :
Table 3. Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran.
No
|
Indikator
|
Ketercapaian
|
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
Keberanian
siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat
|
57,57%
|
84,84%
|
2
|
Motivasi dan
kegairahan dalam mengikuti pembelajaran ( meyelesaikan tugas mandiri atau
tugas kelompok )
|
69,69%
|
90,90%
|
3
|
Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok
|
78,78%
|
93,93%
|
4
|
Hubungan siswa
dengan guru selama kegiatan pembelajaran
|
81,81%
|
90,90%
|
5
|
Hubungan siswa
dengan siswa lain selama pembelajaran ( Dalam kerja kelompok)
|
84,84%
|
93,93%
|
6
|
Partisipasi
siswa dalam pembelajaran (memperhatikan), ikut melakukan kegiatan
kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru).
|
87,87%
|
96,96%
|
|
Rata -Rata
|
76,76%
|
91,91%
|
Berdasarkan tabel 3 diatas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang
relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus1 yaitu sebesar 15,15%.
Selanjutnya data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan
pembelajaran terlihat pada table 4.
Table 4. Data Aktivitas Siswa yang kurang relevan dengan
pembelajaran.
No
|
Indikator
|
Ketercapaian
|
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
Tidak memperhatikan penjelasan guru
|
30,30%
|
15,15%
|
2
|
Mengobrol dengan teman
|
21,21%
|
9,09%
|
3
|
Mengerjakan tugas lain
|
18,18%
|
6,06%
|
|
Rata – rata
|
23,23%
|
10,10%
|
Berdasarkan tabel 4 diatas terlihat bahwa aktivitas siswa yang
kurang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami penurunan
dibandingkan dengan siklus 1 yaitu sebesar 13,13%.
Data pemahaman Siswa tentang materi memahami gambar kerja dan instruksi
kerja dan ketuntasan belajar dari siklus ke siklus dapat dilihat pada tabel 5
sebagai berikut.
Tabel 5. Data Pemahaman Siswa tentang materi memahami gambar kerja
dan instruksi kerja dan ketuntasan belajar siswa .
No
|
Aspek yang diamati
|
Ketercapaian
|
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
Nilai Rata-rata pemahaman gambar kerja dan
instruksi kerja
|
7,57
|
8,05
|
2
|
Siswa yang telah tuntas
|
94%
|
100%
|
3
|
Siswa yang belum tuntas
|
6%
|
0%
|
Berdasarkan tabel 5 diatas, nilai rata-rata pemahaman siswa tentang materi
memahami gambar kerja dan instruksi kerja mengalami peningkatan dari siklus 1
ke siklus 2, begitu juga prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar
meningkat dari siklus 1 ke siklus2 sebesar 6%.
B. Pembahasan
Siklus pertama dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan. Siswa dibagi menjadi delapan kelompok dengan masing-masing kelompok
beranggotakan 4 – 5 orang. Setiap anggota kelompok diberi lembaran
kasus yang telah disediakan oleh guru. Tiap-tiap kelompok melakukan
pembahasan dengan mengacu kepada buku pegangan.
Hasil pengamatan guru menunjukan pada pembahasan siklus pertama
dengan judul memahami gambar kerja dan instruksi kerja praktik membuat konis,
terlihat para siswa sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan dan memberikan
argumentasi.
Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat keberanian siswa bertanya dan
mengemukakan pendapat, rerata perolehan skor pada siklus pertama 57,57 %
menjadi 84,84 %, mengalami kenaikan 27,27 %. Begitupun dalam indikator motivasi
dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran pada siklus pertama rata-rata 69,69
% dan pada siklus kedus 90,90 % mengalami kenaikan 21,21 %. Dalam indikator
interaksi siswa selama mengikuti diskusi kelompok pada siklus pertama 78,78%
dan pada siklus kedua 93,93 % mengalami kenaikan sebesar 15,15 %. Dalam
indikator hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran, pada siklus
pertama 81,81 % dan pada siklus kedua 90,90 % mengalami kenaikan sebesar 9,09
%. Dalam indikator hubungan siswa dengan siswa, pada siklus pertama 84,84 %
sedangkan pada siklus kedua 93,93 % mengalami kenaikan sebesar 9,09 %. Dalam
indikator partisipasi siswa dalam pembelajaraan terlihata pada siklkus pertama 87,87
%, sedangkan pada silklus kedua 91,91 % mengalam kenaikan sebesar 4,04 %.
Melalui model Problem Based Learning ini terlihat hubungan siswa
dengan guru sangat signifikan karena guru tidak dianggap sosok yang menakutkan
tetapi sebagai fasilitator dan mitra untuk berbagi pengalaman sesuai dengan
konsep creatif learning yaitu melalui discovery dan invention serta creativity
and diversity sangat menonjol dalam model pembelajaran ini. Dengan model
problem based learning guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan efisien
yaitu belajar bagaimana cara belajar ( learning how to learn). Dalam metode
learning how to learn guru hanya sebagai guide (pemberi arah/petunjuk) untuk
membantu siswa jika menemukan kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan
masalah. Melalui metode learning how to learn siswa dapat mengeksplorasi dan
mengkaji setiap persoalan, setiap kasus dalam memahami gambar kerja dan
instruksi kerja yang meliputi :
1. Gambar kerja dan instruksi kerja praktik membuat konis
2. Gambar kerja dan instruksi kerja
praktik membuat poros berulir.
Dalam model Problem
Based Learning melalui diskusi kelompok guru dapat mengamati karakteristik atau
gaya belajar masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca
daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan
kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas
visual (gaya
belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, saling mngajukan
argumentasi dengan cara mendengarkan siswa yang lain sewaktu menyampaikan
pendapatnya baru kemudian menyampaikan pendapatnya tergolong kepada siswa yang
memiliki potensi atau modalitas Auditorial (gaya belajar Auditorial). Dan siswa yang
dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat, mendengar uraian dari siswa
yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan, mampu membuktikan teori kedalam
praktek, mampu memecahkan masalah secara rasional, tergolong kepada
kelompok belajar yang memiliki potensi atau modalitas Kinestetik (gaya belajar Kinestetik).
Kelompok kinestetik ini tergolong kepada tipe belajar konvergen dimana siswa
memiliki kekuartan otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya dengan
menggunakan kata tanya “How” (bagaimana).
Berdasarkan hasil
Penelitian Tindakan Kelas diatas prosentasi ketercapaian pada siklus pertama
mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus kedua, maka dapat disimpulkan
bahwa temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang dirumuskan pada bab II
bahwa melalui model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan memahami
gambar kerja dan instruksi kerja dalam mata pelajaran melakukan praktik
menggunakan mesin bubut pada siswa IPA Keterampilan Teknik Pemesinan MAN Karanganyar.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN - SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian pada bab IV diatas, ada beberapa temuan dalam penelitian
tindakan kelas ini yaitu:
1. Skor rerata aktivitas siswa yang relevan
dengan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus pertama sampai siklus
kedua. Pada siklus pertama
keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat meningkat dari 76,76
% menjadi 91,91 % mengalami kenaikan sebesar 15,15 %
2. Skor rerata aktivitas siswa yang kurang
relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan dari siklus pertama sampai
siklus kedua. Pada siklus pertama rerata skor aktivitas siswa yang tidak
relevan sebesar 23,23 %, sedangkan pada siklus kedua sebesar 10,10 % mengalami
penurunan sebesar 13,13 %
3. Skor rerata pemahaman siswa tentang materi
memahami gambar kerja dan instruksi kerja, pada siklus pertama sebesar 7,70 dan
pada siklus kedua pada siklus kedua 8,05 tergolong baik demikian juga tentang
penuntasan belajar pada siklus pertama 94 % dan pada siklus kedua menjadi 100 %
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model
Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami gambar
kerja dan instruksi kerja dalam pelajaran melakukan praktik menggunakan mesin
bubut pada siswa IPA Keterampilan MAN Karanganyar.
B. Saran-Saran
Berdasarkan temuan-temuan diatas, dapat diasarankan
agar:
1. Pembelajaran pengetahuan teknik pada umunya dan praktik melakukan pekerjaan
dengan mesin bubut pada khususnya dapat
menggunakan model Problem Based Learning sebagai salah satu alternatif dalam
proses penyampaian pembelajaran di Madrasah
Aliyah Program Keterampilan.
2. Melalui pembelajaran model Problem Based
Learning, guru dapat dengan mudah merespon potensi atau modalitas siswa dalam
setiap kelompok belajar, apakah tergolong kepada kelompok Visual, atau kelompok
Auditorial atau kelompok Kinestetik. Dengan demikian seorang guru yang
profesional dapat lebih efektif dapat melakukan kegiatan proses belajar
mengajar, serta dengan mudah dapat merespon perbedaan-perbedaan potensi yang
dimiliki peserta didiknya
3. Berbanggalah kita menjadi seorang
guru yang dilibatkan (diikut-sertakan) dalam kegiatan penelitian kegiatan kelas
tahun 2013
ini. Berbuat lebih baik lagi, agar kita dapat menuntut yang lebih baik.
Bekerjalah hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dan besok harus lebih
baik daripada hari ini. Dengan demikian, maka kita termasuk orang-orang yang
sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Taufiq Rochim, 1993, Teori dan Teknologi Proses pemesinan, Bandung, Higher
Education Development Support Project
Anonim, 1982, Membubut, Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi
Bandung
, 2006, Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Jakarta
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi,
2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bina Aksara
Sutama, Main sufanti, 2009, Penelitian Tindakan
Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Muhamadiyah Surakarta.
R. Syamsudin, 1982, Teknologi Mekanik, Jakarta, Ghalia
Indonesia
Mas pramono, dirimu sibuk dengan mengejar karier ya?? sehingga tak pernah kumpul2 dengan teman seangkatan..., sudah dua kali reuni setiap lebaran setiap 2 tahun sekali. skrg ada grup WA alumni mesin 92, silahkan gabung...untuk refreshing....(maaf aku mengcopy PTKmu).dari Ahmad Syarifuddin,S.Pd.,MT. Kricaan Mesir, ini no Hpku. 081803960100. tlg hub. saya, no hpmu aku ga punya. piye kabare??
BalasHapuskemarin kemarin baru menyelesaikan amanah, mas udin maaf banget insya Alloh kalo ada reuni lagi
Hapustak ikutan