ABSTRAK
OPTIMALISASI KEAKTIFAN SISWA PADA MATA
PELAJARAN MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MESIN BUBUT MELALUI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) MATERI MEMAHAMI
GAMBAR KERJA DAN INSTRUKSI KERJA DI KELAS
XI IPA KETERAMPILAN TEKNIK PEMESINAN
MAN KARANGANYAR
Oleh
Pramono, S.Pd./MAN Karanganyar
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif materi melakukan pekerjaan dengan mesin
bubut melalui pembelajaran berbasis masalah , khususnya materi memahami gambar
kerja dan instruksi kerja. Yang dihadapi guru adalah siwa kurang aktif pada kegiatan belajar mengajar mata pelajaran melakukan
pekerjaan dengan mesin bubut, terutama materi memahami gambar kerja dan
instruksi kerja.
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelas XI IPA
Keterampilan Pemesinan MAN Karanganyar. Kegiatan dilakukan
sebanyak dua siklus tindakan. Pola Umum Prosedure pada
setiap tindakan adalah : (1) perencanaan
(2) pelaksanaan, (3) observasi
(4) refleksi hasil penelitian,
tindakan menunjukkan : (1) terjadi peningkatan aktivitas siswa dan peningkatan pemahaman siswa pada
materi memahami gambar kerja dan instruksi kerja (2) Aktivitas siswa mengalami peningkatan
sebesar 23,23% dari nilai siklus I , dan
meningkat sebesar 10,10 % pada siklus
II, pemahaman siswa mengalami peningkatan
sebesar 7,70 dari nilai siklus 1,
dan meningkat sebesar 8,05 pada siklus kedua. (3)
Penuntasan belajar siswa meningkat 94 % pada siklus I menjadi 100 % pada siklus II.
Kata kunci: Keaktivan Siswa, Pembelajaran Berbasis
Masalah ( Problem Based Learning)
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai
wahana utama pembangunan sumberdaya manusia perlu berperan dalam mengembangkan
peserta didik menjadi sumberdaya manusia yang produktif dan memiliki kemampuan
professional dalam melaksanakan pembangunan dalam menghadapi tantangan masa
depan. Pendidikan merupakan dasar dalam mengembangkan potensi sumber daya
manusia, karena melalui pendidikan seorang manusia dapat mengembangkan
kemampuan dan keterampilannnya sebagai modal dalam memasuki dunia kerja.
Pendidikan menengah kejuruan jurusan teknik pemesinan di
Indonesia secara umum diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi
tenaga terampil dan mandiri dalam bidang teknik pemesinan yang siap memasuki
dunia kerja atau wirausaha mandiri.
Mata
Pelajaran Kopetensi Kejuruan Teknik Pemesinan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk
kompetensi, kecakapan, dan kemandirian kerja.
Kemampuan
memfrais perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan kemudahan dan
kelancaran dalam proses pembuatan komponen dalam praktek pemesinan utamanya
terkait dengan pembuatan komponen dengan pekerjaan rumit seperti contoh
pembuatan roda gigi lurus. Kemampuan memfrais perlu
diberikan kepada seluruh peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan, khususnya
dalam hal ini peserta didik Program Keahlian Teknik Pemesinan.
Mata Pelajaran
Kopetensi Kejuruan Kopetensi Keahlian Teknik Pemesinan standar kompetensi memfrais
(kompleks), menuntut peserta didik memiliki kemampuan melakukan pekerjaan rumit
salah satunya adalah pembuatan roda gigi lurus yang memerlukan
perhitungan-perhitungan dalam proses pembuatannya.
Pembelajaran memfrais (kompleks) sebenarnya
mempunyai peran yang sangat penting. Mata pelajaran memfrais (kompleks)
diharapkan akan mampu membentuk siswa yang trampil memiliki kemampuan untuk
membuat komponen-komponen mesin yang tergolong pekerjaan rumit yang memerlukan
perhitungan dan kecermatan dalam pembuatannya.
Selama ini proses pembelajaran memfrais (kompleks) di kls XII kebanyakan
masih mengunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada
siswa yang pasif. Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah
dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal ( 3DCH ) ditambah
sedikit latihan soal sehingga kegiatan belajar mengajar ( KBM ) menjadi monoton
dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran memfrais (kompleks) khususnya
materi yang menuntut pekerjaan rumit dan membutuhkan perhitungan seperti
contohnya perhitungan roda gigi lurus. Akibatnya nilai akhir yang dicapai siswa
tidak seperti yang diharapkan. Di kelas XII selama ini siswanya masih kurang
aktif dalam hal bertanya dan mengerjakan sendiri perhitungan pemerencanaan roda
gigi lurus, banyak siswa cenderung membuat roda gigi dengan menggunakan
perencanaan siswa yang aktif. Siswa yang yang aktif hanya 55 %, dan siswa yang
mempunyai kemampuan menjawab soal latihan perhitungan roda gigi lurus 40%. Pada pelaksanaan praktek pada tahun
pelajaran 2012/2013, hasil yang dicapai siswa kls XII sangat jauh dari memuaskan, dimana hanya 60 %
siswa yang mampu menyelesaikan tugas membuat perhitungan roda gigi lurus, yang implikasinya
banyak siswa yang tidak berhasil menyelesaikan benda kerja roda gigi lurus
sesuai kriteria yang telah ditentukan, yang berarti standar kompetensi siswa
tidak tercapai . Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis berkeinginan
untuk memperbaiki/mengadakan inovasi pembelajaran.
Memperhatikan permasalahan diatas, sudah selayaknya
dalam pengajaran memfrais (kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus
dilakukan suatu inovasi. Jika dalam pembelajaran yang terjadi sebagian besar dilakukan oleh
masing-masing siswa, maka dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan
pemahaman siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achiement Division).
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
pendekatan pengajaran yang efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan, khususnya
dalam Keterampilan Interpersonal siswa (
Badeni, 1998 ) Pembelajaran dengan pendekatan kooperatif telah dikembangkan
secara intensif, tujuannnya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa,
membentuk hubungan positif, mengembangkan kemampuanan rasa percaya diri, serta
meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok (Idris Harta, 2009:
45). Salah satu pendekatan pembelajaran
koperatif adalah dengan tipe STAD ( Student
Team Achiement Division ) .
Diharapkan melalui pembelajaran
kooperatif dengan tipe STAD dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran memfrais (kompleks) materi
perhitungan roda gigi lurus. Serta semangat kebersamaan dan saling membantu dalam menguasai materi memfrais
(kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus. Sehingga siswa dapat meningkatkan
pemahaman yang optimal terhadap mata
pelajaran memfrais (kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah
tindakan apa yang dilakukan guru untuk meningkatkan pemahaman siswa pada
mata pelajaran memfrais (kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus. Banyak
faktor yang mungkin bisa menjadi penyebab terjadi permasalahan tersebut diatas.
Dengan merefleksi
bersama antar guru teridentifikasi akar permasalahan diduga penyebab masalah
tersebut, yaitu penggunaan strategi pembelajaran yang dilakukan guru memfrais
(kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus masih konvensional, dominasi guru
dalam kelas dominan (teacher centered strategi).
Oleh karena itu perlu dicari jalan keluar
untuk mengatasi masalah tersebut,
sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, aktif,
kreatif, bisa bekerja sama dan
membangun daya pikir yang optimal. Untuk
itu melalui penelitian ini akan
dicobakan suatu metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD, Keunggulan dari metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga
setiap anggota kelompok tidak bisa
menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe
STAD menekankan pada aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan
diatas, masalah yang perlu
dicarikan pemecahannya melalui penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut : ” Apakah pembelajaran koperatife tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman
siswa pada mata pelajaran memfrais (kompleks) materi perhitungan roda gigi
lurus di Kelas XII M2 SMK MAN
Karanganyar ?
B. Perumusan Masalah
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai
prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akdemik
baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
Dalam pembelajaran Kooperatife yang dikembangkan oleh Robert
Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang
sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran
Kooperatif.
Berdasarkan latar belakang rumusan masalahnya adalah
apakah pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman
siswa pada materi perhitungan roda gigi lurus di kelas XII M2 SMK MAN Karanganyar
?
Rumusan masalah diatas dirinci sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran
menggunakan metode pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan
pemahaman siswa pada materi perhitungan roda gigi lurus di Kelas XII M2 SMK MAN
Karanganyar ?
2. Apakah pembelajaran
mengunakan metode pembelajaran koperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil
pemahaman siswa pada materi perhitungan roda gigi lurus di kelas XII M2 SMK MAN
Karanganyar ?
C. Cara Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah
diatas, maka alternatif cara pemecahan masalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman siswa pada mata pelajaran memfrais (kompleks) materi perhitungan roda
gigi lurus melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan memperbaiki
strategi pembelajaran.
2.
Untuk
mengetahui ada tidaknya hasil peningkatan siswa dalam pemahaman mata pelajaran memfrais
(kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus, dengan pendekatan kooperatif
Tipe STAD dengan melakukan observasi, lalu merancang evaluasi, situasi belajar
dengan pembentukan kelompok-kelompok belajar.
D. Tujuan Peneliian
Tujuan penelitian ini untuk memperbaiki berbagai masalah
yang timbul dalam
pembelajaran memfrais (kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus di kelas XII
M2 SMK MAN Karanganyar.
Adapun tujuan secara rinci sebagai berikut
:
1. Untuk memperbaiki
peningkatan pemahaman siswa pada mata pelajaran memfrais (kompleks) materi
perhitungan roda gigi lurus dengan mengubah strategi pembelajaran.
2. Untuk melihat hasil
dari strategi pembelajaran dengan melakukan observasi
E. Kemanfaatan Hasil
Penelitian
Hasil penelitian
diharapkan dapat memberi manfaat :
1.
Bagi guru
dapat terjadi inovasi dalam proses pembelajaran karena guru akan mengubah
paradigma strategi pembelajaran.
2. Bagi siswa semakin
termotivasi untuk meningkatkan pemahaman mata pelajaran memfrais (kompleks)
materi perhitungan roda gigi lurus.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
Dalam
penerapan pembelajaran dengan metode kooperatif model STAD diharapkan para guru harus memiliki pemahaman yang
proposional terhadap metode tersebut dalam membantu proses belajar. Oleh karena itu perlu memahami:
1.
Hakekat Pembelajaran Koopertif ( Cooperative Learning ) .
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk memahami materi pelajaran memfrais (kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus, Unsur-unsur pembelajaran kooperatif paling sedikit ada empat macam yakni:
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk memahami materi pelajaran memfrais (kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus, Unsur-unsur pembelajaran kooperatif paling sedikit ada empat macam yakni:
a. Saling ketergantungan positif, artinya
dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar
siswa merasa saling membutuhkan antar sesama. Dengan saling membutuhkan antar sesama, maka
mereka merasa saling ketergantungan satu sama lain;
b.
Interaksi tatap muka, artinya menuntut para siswa
dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan
dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Dengan interaksi
tatap muka, memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar,
sehingga sumber belajar menjadi variasi. Dengan
interaksi ini diharapkan akan memudahkan dan membantu siswa dalam mempelajari
suatu materi.
c.
Akuntabilitas
individual, artinya meskipun pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam
belajar kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara individual. Hasil
penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada
kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang
memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan.
d.
Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi,
artinya, melalui pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan keterampilan menjalin
hubungan antar pribadi. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif
menekankan aspek-aspek: tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan
bukan mengkritik orangnya, berani mempertahankan pikiran logis, tidak
mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat positif lainnya.
2.
STAD (Student Teams Achievement Divisions).
Ada empat tipe yang biasa digunakan oleh guru dalam
model pembelajaran kooperatif (Abdurrahman dan Bintaro, 2000 dalam Nurhadi,
2003), yakni salah satunya adalah tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan
kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang sebagai yang
paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif.
Tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa
setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
1). Para
siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok , jadi ada 7 kelompok,
masing – masing kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin,
ras, etnik, maupun kemampuannya (prestasinya).
2). Guru menyampaikan materi pelajaran
3). Guru
membagikan materi yang berbeda pada masing-masing kelompok dengan menggunakan
lembar kerja akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai materi
pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama
anggota kelompok.
4). Selanjutnya masing-masing kelompok
mempresentasikan kedepan kelas.
5). Selanjutnya tanggapan dari masing-masing
kelompok.
6). Selanjutnya guru memberikan tanggapan dan
penegasan dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi
pelajaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih
prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
7). Kesimpulan Pelaksanaan tipe STAD melalui
tahapan sebagai berikut :
(1) Penjelasan
materi pembelajaran;
(2) Diskusi
atau kerja kelompok belajar;
(3) Validasi oleh guru;
(4) Evaluasi (Tes);
(5) Menentukan
nilai individu dan kelompok;
(6) Penghargaan
individu atau kelompok;
3.
Hakekat Hasil Belajar dan
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran .
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S.Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif.
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S.Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif.
Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu
penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah
menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang
dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin
tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Cullen, 2003 dalam Fathul Himam,
2004). Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif),
nilai ulangan tengah semester (Sub sumatif), dan nilai ulangan semester ( sumatif
).
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam
bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran
guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari
kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa
yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan
menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran.
Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan
mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih
berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar. .
Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari: pertama, mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran ; kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa; ketiga, mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD
Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari: pertama, mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran ; kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa; ketiga, mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Pendekatan dan
Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan berupa
penelitian pengembangan model pembelajaran dan tindakan. Penelitian tindakan
terikat dalam
perencanaan dan pengimplementasiaan perangkat pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
Teknik analisis yang digunakan
kualitatif, pendekatan deskriftif dengan pendekatan kualitatif, pendekatan
kualitatif digunakan mendeskripsikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran.
B. Seting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di kls XII M2 SMK MAN Karanganyar, siswa dikelas ini berjumlah 29
orang, semua laki-laki, kemampuan
akdemik siswa di kelas ini rata-rata cukup.
C. Data dan Sumber Data
Sesuai dengan fokus masalah yang diamati, maka data yang
diperlukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.
Hasil
pengamatan terhadap langkah-langkah dan
kondisi pembelajaran.
2.
Pemahaman
kompetensi memfrais (kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus oleh siswa.
Sedangkan sumber data
dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XII M2 SMK MAN Karanganyar
tahun pelajaran 2013 / 2014 .
D. Teknik Pengumpulan Data
1.
Observasi
dan catatan lapangan digunakan untuk menjaring data yang berkaitan dengan
peningkatan pemahaman materi pembelajaran.
2. Evaluasi digunakan
untuk menjaring data yang berkaitan dengan peningkatan hasil pemahaman materi pembelajaran.
E. Teknik Analisa Data
Data berasal dari lembar observasi , antara lain yang
diamati adalah : kerjasama dalam kelompok, memberikan ide, mengajukan
pertanyaan, memperhatikan pertanyaan
teman, memberikan tanggapan, kemampuan memahami materi, partisipasi
dalam kelompok, kemampuan menengahi jika ada kelompok yang salah paham,
kemampuan menjelaskan dan menyimpulkan materi yang dibahas.
F. Monitoring
Pelaksanaan Tindakan
Untuk memudahkan pelaksanaan tindakan kelas dikelas, maka
peneliti dibekali dengan lembar observasi kegiatan pembelajaran, agar pembelajaran berlangsung dengan baik dan
lancar.dan peneliti memberikan arahan tentang cara pengisian lembar observasi
kepada rekan guru yang membantu dalam penelitian tersebut.
Dari hasil pemantauan secara kolaboratif didiskusikan. Pembahasan tersebut dititik beratkan pada kekurangan dan kelemahan yang dicapai dalam
pelaksanaan tindakan. Dari hasil diskusi dijadikan bahan untuk membuat rencana
berikutnya, dengan harapan agar pelaksanaan pada siklus berikutnya menjadi lebih baik.
G. Keabsahan Data
Guru menjamin keabsahan data dilakukan dengan mengecek
keabsahan data dengan mengkonfirmasikan data yang telah ada dengan data, sumber data dan ahli. Dalam penelitian ini dilakukan diskusi, membandingkan pendapat beberapa
peneliti, hasil pengamatan dan data evaluasi.
H. Rancangan Penelitian
Untuk menerapkan perangkat
pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD digunakan rancangan penelitian
tindakan, selain itu juga memecahkan masalah-masalah
praktis, juga untuk memperbaiki strategi pembelajaran. Dalam penelitian ini
tindakan yang dimaksud penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD,
untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi
perhitungan roda gigi lurus.
Penelitian tindakan kelas melalui 4
tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi, yang dilaksanakan dalam tiga siklus ( siklus I dilakukan 3 kali tatap muka, siklus
II, dan III satu kali tatap muka ).
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dapat digambarkan
dengan skema sebagai
berikut
:
![]() |
Rencana
Tindakan
Pada kegiatan siklus akan
dilakukan sesuai dengan tahap-tahap tersebut.
Rencana tindakan
siklus 1
1. Perencanaan
- Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD
- Membuat rencana pembelajaran kooperatif tipe STAD dan lembar observasi.
- Membuat Instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas / alat Bantu / media yang diperlukan
- Membuat alat evaluasi
Secara garis besar tahapan pembelajaran
kooperatif tipe STAD :
1).
Tahap persiapan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan diantaranya
mempersiapkan materi dan merancang
pembelajaran yang mengarah ke kooperatif STAD, membuat kriteria kelompok heterogen
( jenis kelamin, kemampuan serta agama )
dan mempersiapkan instrument
observasi disertai cara penskoran
2).
Tahap penyajian materi
Dalam tahap ini pengajar
menyebutkan tujuan pembelajaran,
memotivasi rasa ingin tahu, memberikan apersepsi, umpan balik sesering mungkin, penjelasan
yang tepat agar tidak terjadi miskonsepsi ,dan beralih pada konsep lain, jika siswa telah memahami pokok masalahnya.
3).
Tahap kegiatan kelompok
Selanjutnya masing-masing kelompok
membahas materi yang dibagikan, siswa mempelajari konsep-konsep materi memfrais
(kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus, dan mempresentasikan di depan
kelas juga digunakan untuk melatih keterampilan kooperatif siswa dalam masing-masing kelompok. Jika
salah satu siswa belum memahami materi, maka teman sekelompoknya bertanggung
jawab untuk menjelaskan.
4).
Tahap selanjutnya , tanggapan dari masing-masing kelompok.
5). Selanjutnya guru memberikan
tanggapan dan penegasan tentang materi yang dibahas.
6).
Tahap tes hasil belajar
Dilakukan 1 x tes setelah pertemuan, tes dikerjakan
secara inividu mandiri. Tes uraian dikerjakan selama 45 menit.hasil tes
digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan siswa pada pemahaman mata
pelajaran memfrais (kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus.
2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan Skenario
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah drencanakan.
3. Observasi
Pada tahap ini dilakukan observasi
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi.
4. Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap
observasi dikumpulkan dan dianalisis , guru dapat merefleksi diri berdasarkan
hasil observasi dan diskusi. Untuk mengkaji apakah tindakan yang telah
dilakukan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran memfrais
(kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus. Hasil analis data yang dilakukan
dalam tahapan akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus
berikutnya.
Data dan cara pengambilannya
1. Sumber data:
sumber data dari tindakan kelas ini adalah siswa dan peneliti
2. Jenis
data : jenis data yang didapatkan adalah
data kuantitatif dan data kualitatif
yang tediri dari :
a. rencana
pembelajaran
b.data
hasil observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran hasil belajar.
3. Cara pengambilan data
a. data hasil belajar : diperoleh
melalui pos tes dan pre tes
b. data tentang situasi pembelajaran
, diperoleh melalui lembar observasi
c. data tentang keterkaitan antara
perencanaan dengan pelaksanaan
didapat dari rencana pembelajaran dan lembar obervasi.
J. Indikator kinerja
Indikator keberhasilan tindakan kelas ini
adalah jika terjadi perubahan peningkatan pemahaman siswa pada mata pelajaran memfrais
(kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus melalui pembelajaran kooperatif
dengan tipe STAD. Secara kuantitatif dapat di indikasikan jika 70% dari seluruh siswa terlihat pemahaman terhadap mata
pelajaran memfrais (kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus berubah lebih
baik. Hal ini diwujudkan dengan adanya kemampuan
siswa 70% dalam menjawab latihan soal perhitungan terstruktur dengan benar, 75% siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe STAD. Kemampuan guru untuk mengimplementasikan
pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat terlaksana dengan baik.
Secara skema dapatlah digambarkan kegiatan
penelitian tindakan kelas :

Rencana
1











![]() |
|||
![]() |










![]() |








Siklus rancangan penelitian tindakan
a).
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi awal,
merumuskan permasalahan dan merencanakan tindakan yang meliputi rancangan
strategis dalam penyampaian dan pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada tahap ini juga dikembangkan
strategi pembelajaran, instrumen pengumpul data berupa lembar pengamatan
perangkat tes hasil belajar serta menyusun rencana pengolahan data.
b). Tahap pelaksanaan
Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan
skenario tindakan yang telah direncanakan serta melakukan pengamatan selama
kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai dengan jadwal penelitian. Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan oleh tim dengan menggunakan instrumen
pengamatan, serta melakukan evaluasi dan refleksi selama pelaksanaan tindakan
ditujukan untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran berikutnya.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN
A. Deskripsi
Tindakan dan Hasil Siklus I
- Tindakan
Siklus I pada penelitian dilaksanakan pada tanggal 24
Juli 2013 sampai dengan 14 Agustus 2013, dengan materi yang dibahas roda gigi lurus dan perhitungan sederhana.
Tindakan yang dilakukan adalah pendekatan pembelajaran kooperatif dengan tipe
STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Guru
menyajikan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat
sebelumnya.
b.
Guru
mengelompokkan siswa yang anggota kelompok terdiri dari berbagai ragam (
heterogen ).
c.
Guru
membagikan lembar materi kepada masing-masing kelompok, dengan materi yang
berbeda, agar dipahami oleh kelompok siswa
tersebut.
d.
tahap
selanjutnya masing-masing kelompok mempresentasikan di depan kelas,guru
memberi kesempatan untuk ini sekitar 10 menit.
e.
selanjutnya
tanggapan dari berbagai kelompok
f. tahap
selanjutnya guru memberi tanggapan dan
penegasan.
2. Hasil Tindakan
a.
Ketika
guru membagi anggota kelas dalam kelompok-kelompok kecil, terlihat siswa mulai
menunjukkan antusias dan rasa ingin tahu, mereka ada yang bertanya-tanya apa yang akan dilakukan (ketika guru
mem bagikan lembar
materi kepada masing-masing kelompok yang berbeda).
b. Tampak pada awalnya, mereka masih lebih banyak
yang diam dengan
pemikirannya masing-masing. Mereka masih ada yang malu,
enggan untuk
berbicara dengan teman satu kelompok.
c. Seiring dengan berjalannya
waktu, setelah lebih kurang 10 menit tam pak mereka sudah mulai
berusaha untuk berinteraksi dengan teman satu kelmpok.
d. Kelompok-kelompok siswa mulai
melakukan pemahaman materi dengan selalu berdiskusi sesama teman satu kelompok.
Tetapi masih ada kelompok yang masih belum serius, sering berbicara masalah
lain.
e. Respon dari siswa ternyata
lebih baik, terlihat dari sebagian besar kelompok yang berkata kepada guru
untuk siap mempresentasikan kedepan kelas.
f. Secara umum minat untuk
memahami materi cukup baik, Hanya ada 2 kelompok yang
terlihat kurang serius, kurang berinteraksi dengan teman selain kelompoknya. Sehingga mereka cenderung lamban dalam memahami
materi.
g.
Karena ada
beberapa kelompok yang lamban dalam memahami materi, sehingga masih ada
kelompok yang belum siap tampil ( presentasi ).
h. Hasil tes ulangan
harian ternyata dari skor ideal 100,
skor perolehan rata-rata hanya mencapai 6,089 atau 60,89 %.
Hasil
observasi dan refleksi pada Siklus I, yang perlu diperhatikan Sebagai rencana tindakan siklus berikutnya
adalah :
- siswa masih ada yang lebih suka untuk berpikir sendiri, kurang tertarik untuk berbagi ide, gagasan atau pendapat dengan temannya. Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi ada juga yang lebih senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 69 %.
- Guru perlu memberi stimulus pada kelompok yang lamban, Sehingga waktu dapat digunakan dengan seefisien.
- Aktifitas guru dalam kegiatan belajar mengajar masih tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau 61,36% sedangkan skor idealnya adalah 40. Hal ini terjadi karena lebih banyak berdiri didepan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan
keberhasilan yang telah
dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat dibuat
perencanaan sebagai berikut :
1.
Memberikan motivasi kepada kelompok siswa agar
lebih aktif lagi dalam pembelajaran
2.
Guru lebih
intensif membimbing kelompok siswa yang mengalami kesulitan
3.
Memberikan penghargaan kepada siswa ( reward ).
B. Deskripsi Tindakan dan Hasil
Siklus II
1. Tindakan
Siklus kedua dilaksanakan tanggal 21 Agustus 2013 materi
yang disajikan adalah Perhitungan Roda gigi lurus dengan pembagian sudut.
Langkah-langkah tindakan pembelajaran yang dilakukan adalah revisi dari hasil refleksi
pada siklus I, yaitu :
a.
Guru memberikan motivasi kepada kelompok siswa agar
lebih aktif
lagi dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b.
Lebih
intensif membimbing kelompok siswa yang mengalami kesulitan.
c.
Memberikan penghargaan atau reward.
2. Hasil
Tindakan
a.
Pada
siklus II terlihat adanya suasana pembelajaran yang sudah mengarah kepada
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling
membantu untuk
memahami materi yang telah diberikan melalui diskusi, tanya jawab, pokoknya
sudah terjadi interaksi .
b.
Siswa
mulai tidak merasa canggung lagi saling bertukar pendapat, berbagai ide dengan
teman.
c.
Guru
secara aktif memantau kerja kelompok, jika ada hal-hal yang kurang jelas,
diberi kejelasan oleh guru. Terlihat semangat kebersamaan dalam proses
pembelajaran.
d.
Dari 7
kelompok yang ada, terlihat ada dua kelompok yang paling menonjol, 5 kelompok
dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan, satu kelompok
terlihat masih lamban.
e.
Kelompok yang
paling lamban menyelesaikan tugas terlihat kurang berinteraksi dengan satu sama lain, tampak mereka lebih banyak
berdiam diri, sesekali saja berbicara.
f.
Tanggapan
siswa dikelas cukup baik, wakil kelompok yang tampil cukup baik dalam menerima
masukan dari temannya.
g.
Hasil tes
mandiri rata-rata adalah 6,09, ada 7 (24,13%) orang siswa yang nilainya dibawah
5, siswa yang dapat nilai 6-7 ada 22 orang (75,87 %), yang dapat 8 – 10 tidak ada.
h.
Meningkatnya
aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitaas guru
meningkatkan suasana pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru intensif
membimbing siswa saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM, dapat dilihat dari
hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 61,36% pada siklus
pertama menjadi 80% pada siklus kedua.
Hasil observasi dan refleksi pada siklus II, yang perlu
diperhatikan sebagai rencana tindakan pada
siklus berikutnya adalah :
·
masih ada
siswa yang belum optimal telibat dalam proses interaksi dengan kelompoknya.
·
masih ada
siswa yang belum menguasai materi perhitungan roda gigi dengan pembagian sudut.
·
Siswa yang
kemampuan akademik lebih tinggi agak lebih mendominasi aktivias dalam kelompok
·
Hasil tes
formatif ( setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami
peningkatan ). Sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD rata kelas
hanya 5,50 setelah dilakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD menjadi 6,08. Siklus I, Siklus ke II 7,37.
C. Deskripsi Tindakan dan Hasil Siklus III
l. Tindakan
Siklus ke III penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus
2013. Materi yang diberikan perhitungan
roda gigi dengan pembagian deferensial. Rencana pembelajaran yang disusun
berdasarkan hasil dari refleksi pada siklus II. Pembelajaran yang
dilakukan adalah dengan langkah-langkah seabagai berikut :
a.
Guru memberi motivasi,serta apersepsi. Dengan mengingatkan kembali konsep sistem perhitungan roda gigi
lurus.
b.
Guru
membagi siswa dalam kelompok yang baru, tetapi masih heterogen, malahan lebih variatif.
c. Guru membagikan kartu-kartu soal pada materi ini, soal yang diberikan hanya 5 soal.
d. Siswa diminta untuk
memahami terlebih dahulu secara mandiri, kemudian berdiskusi dengan kelompok
masing-masing.
e.
Guru minta
beberapa wakil kelompok untuk menampilkan pekerjaannya didepan kelas.
f.
Guru
memberi penegasan .
2.
Hasil tindakan
a.
Pada siklus
III terlihat adanya peningkatan minat siswa secara mandiri tampak lebih tinggi
dan dikategorikan baik.
b.
Keseriusan kelompok baik sekali karena guru dan peneliti terlihat lebih fokus dalam
memperhatikan aktivitas mereka.
c.
Interaksi
dengan teman sudah baik, terlihat mereka dari awal sudah menunjukkan
kesungguhan /serius untuk berinteraksi.
d.
Siswa yang akademiknya tinggi , berusaha untuk
berbagi ide dengan anggota masing-masing, mereka lebih berekpresif dan
bekerjasama yang lebih baik .
e.
Dari 7
kelompok yang ada, dapat menyelesaikan tugas, dengan baik dan hasilnya betul
semua serta dengan waktu yang tepat.
f. Nilai rata-rata ulangan
harian siklus III adalah 8,41. Tidak ada siswa yang mendapat nilai 5.
g.
Meningkatnya
aktivitas guru dalam pembelajaran dilihat observasi aktivitas guru dari 80% pada siklus kedua menjadi 90% pada
siklus ketiga.
h.
Meningkatnya
aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi terhadap kemampuan siswa menguasai
materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 7,50 pada siklus kedua
meningkat menjadi 8,50 pada siklus ketiga.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah diamati dan
didiskusikan serta dilakukan refleksi selama
pelaksanaan penelitian tindakan dilapangan, maka dapatlah dipaparkan temuannya sebagai berikut :
1.
Kemampuan
siswa masih relatif rendah dapat diupayakan dengan melakukan pembelajaran
kooperatif melalui pendekatan tipe STAD . Siswa pada mulanya terlihat masih
binggung dan canggung untuk berinteraksi dengan temannya sehingga pada siklus
I, hasilnya belum memuaskan. Guru
tidak memiliki cukup waktu untuk melaksanakan seluruh skenario tindakan. Baru pada siklus ke II strategi
dirancang ulang, sehingga siswa dikelompokkan dalam kelompok yang lebih
heterogen tadinya dalam siklus I masih ada kelompok yang lemah. Pada siklus ke
II telihat kecanggungan untuk berinteraksi dan berbagi ide mulai terlihat lebih baik. Guru lebih aktif untuk mengontrol aktivitas
kelompok, sehingga
mereka lebih serius dalam memikirkan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Pada
siklus ke III, kondisi kelas dan kerja kelompok menunjukkan perubahan yang
lebih baik. Mereka lebih santai, rilek, riang dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan, meskipun materi yang dihadapi berkaitan .
2.
Setiap akhir siklus diakhiri dengan tes berupa
ulangan harian.
BAB V
SIMPULAN DAN
SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data, analisis data dan pembahasan
tentang upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa melalui pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Pembelajaran
kooperatif tipe STAD ternyata
efektif dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas X1 MAN Karanganyar tahun pelajaran 2013 / 2014.
Secara deskripsi diperoleh hal-hal sebagai
berikut :
·
Dari hasil
belajar siswa diperoleh 24% ( 7 siswa
dari 29 siswa ) memperoleh skor nilai
diatas rata-rata.
·
Rata-rata
nilai ulangan pada siklus II naik sebesar
21,18 % dibanding kan rata-rata
nilai ulangan siklus I.
·
Rata- rata nilai ulangan pada siklus III naik
sebesar 14,01% di dibandingkan dengan rata-rata nilai ulangan
siklus II.
·
Dari hasil observasi dikelas, menunjukkan bahwa
siswa yang berkemampuan tinggi terlihat
lebih aktif dan antusias, sehingga
memunculkan kerjasama serta mau berinteraksi, saling membantu serta berbagi pendapat, mau mendengarkan
pendapat teman dalam menyelesaikan tugas. Dari 7 kelompok , 80% dapat menyelesaikan dengan baik dan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
·
Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD , siswa membagun sendiri pengetahuan, menemukan
langkah-langkah dalam mencari
penyelesaian darisuatu materi yang harus dipahami dan dikuasai oleh siswa, baik secara individu maupun
kelompok.
·
Dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD , pembelajaran memfrais (kompleks) materi
perhitungan roda gigi lurus lebih menyenangkan.
·
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman dan aktivitas proses belajar
mengajar.
B. Saran
1.
Dalam
kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan pembelajaran kooperatif tipe
STAD sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran
memfrais (kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus untuk meningkatkan pemahaman,
ktivitas serta hasil belajar siswa .
2.
Karena
kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa,
maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesenambungan dalam pelajaran memfrais
(kompleks) materi perhitungan roda gigi lurus maupun mata pelajaran lainnya.
3.
Dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD guru harus
benar-benar memahami langkah-langkahnya, dan dapat
mengelola waktu seoptimal mungkin. Peran guru sebagai fasilitator
menjadi sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA
Ansori H. Muhammad, Prof. Dr. M.Pd., 2008. Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung
: Wacana Prima.
Arikunto, Suharsimi, Prof. 2007. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta
: Bumi Aksara.
Depdiknas, 2003. STAD (Student Teams Achievement Divisions).
Jakarta : Direktorat
Pendidikan Lanjutan Atas.
Idris Harta, Ph.D., M.A.
& Djumadi, M.Kes. Drs. 2009. Pendalaman Materi Metode Pembelajaran.
Surakarta : Modul PLPG UMS
Nurhadi, 2003, STAD (Student Teams Achievement
Divisions). Makalah.
Fathul Himam, 2004). Metode Belajar di Kelas Kelas
Tinggi. Jakarta : Dirjen
Binbaga Islam.
Zaini Husyain, dkk., 2004. Strategi
Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga.